Isvara terbangun esok paginya,di rasakannya sakit kepala yang tiba-tiba mendera, seperti hilang ingatan Isvara tak ingat apa-apa tentang kejadian semalam.
Yang dia ingat hanya dia yang di suruh berbelanja di tengah malam oleh Gerald, selebihnya seperti hilang di memori kepala.
"Boleh mama masuk." Seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Isvara mengiyakan lalu pintu terbuka menampilkan sosok wanita berumur 40 tahunan yang masih terlihat awet muda. kulit putih dengan hidung mancung dan kaki jenjang, Nyonya Indira memang definisi wanita yang sangat cantik dan elegan secara bersamaan.
Isvara iri, mungkinkah ia bisa secantik mama mertuanya ini?
"Kamu sudah baikan?" Tanya wanita dengan mata teduh itu.
Isvara mengangguk lemah. "Hanya sedikit sakit kepala."
"Oh papa menitipkan salam juga untukmu, tadinya dia mau menjengukmu tapi ada meeting penting yang harus di datanginya."
Isvara tersenyum. "Tidak apa-apa mah."
Hubungan mereka cukup dekat untuk Isvara memanggil dengan sebutan Mamah dan papah pada nyonya Indira dan tuan Aryaloka.
Setidaknya mereka yang meminta dan Isvara tidak terlalu canggung.
"Mama buatkan wedang jahe, minumlah selagi hangat." Indira meletakkan gelas yang masih mengepulkan asapnya itu di samping nakas.
"Terimakasih ma," ucap Isvara.
Indira hanya menatap Isvara, seperkian detik berikutnya ia mengelus pucuk kepala Isvara dengan sayang, seperti Isvara adalah putri kandungnya sendiri.
"Kamu gadis yang kuat, mama mu pasti bangga telah melahirkan gadis setangguh dirimu." Lalu tangannya berpindah mengusap punggung Isvara.
"Apapun yang terjadi tetap lah bertahan pada pendirian mu."
Lalu Indira berlalu setelah meminta Isvara untuk istirahat lebih lama. Isvara menatap kepergian Nyonya rumah itu dengan senyum mengembang.
"Semoga aku bisa setegar dirimu." Gumamnya.
Isvara menyesap sedikit wedang jahe di atas nakas, rasa hangatnya langsung menjalar sampai ke tenggorokannya.
Baru hendak merebahkan diri lagi, seseorang membuka pintunya dengan sedikit kasar.
Bisa Isvara lihat Gerald dan bibinya juga Brinda hendak menghampiri.
"Kau sudah baikan?" Gerald menatapnya.
Isvara mengerutkan kening, pria itu menanyakan keadaannya? Apa sekarang dia menyesal?
"Ya,aku sudah lebih baik."
"Nada bicaramu ketus sekali, masih mending Gerald mau prihatin padamu," ucap Arini.
"Tapi dia yang membuatku seperti ini," ucap Isvara tak mau kalah.
"Heh,malah menyalahkan kakak ku,kau saja yang lemah,mau di perkosa kok diam saja," ucap Brinda memandang remeh.
Isvara mengeratkan tangan,ia geram pada gadis dengan usia di bawahnya tapi berdandan menor itu, ingin rasanya dia menampar mulut pedas itu.
Namun semuanya teralihkan oleh tatapan Gerald padanya. Isvara di buat salah tingkah karna Gerald menatapnya berbeda, begitu lembut seakan penuh kekhawatiran.
Ada apa dengan pria itu?
"Bisa tinggalkan kami berdua?" Gerald memberi isyarat pada bibinya dan Brinda.
Arini dan putrinya kemudian saling pandang, lalu mereka memandang sinis kepada Isvara sebelum akhirnya melenggang pergi.
Setelah memastikan mereka berdua pergi, Gerald mendekati Isvara.
"Aku tidak akan meminta maaf karna ini bukan sepenuhnya salahku."
Tatapan mereka beradu, ada benci dan kekecewaan mendalam.
"Kenapa kau jadi peduli padaku?" Tanya Isvara.
"Jangan bilang? ... "
Gerald tersenyum sinis. "Aku menanyakan keadaanmu bukan berarti aku peduli padamu, kau tetap musuh ku,dan aku membencimu,akan selalu seperti itu."
"Kau kira aku tidak benci juga padamu? Aku sangat membencimu Gerald angkasa wirasena."
Tok,tok! ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka. pintu terbuka menampilkan sosok pria tegap dan tinggi,dia adalah Mahesa.
"Permisi ... "
Gerald dan Isvara serempak menolehkan pandangan ke arah Mahesa.
"Aku ingin menjenguk gadisku."
Apa? gadisku? mereka berdua tak salah dengar?
"Isvara, apa kau sudah baik-baik saja." Mahesa tersenyum mendekati Isvara.
Isvara mengangguk. " tapi maaf gadisku? apa maksudmu?"
"Karna mulai hari ini kamu adalah pacarku," ucap Mahesa tanpa beban.
Hening, Mahesa tanpa sengaja melirik ke arah Gerald yang kini menatap kesal ke arahnya.
Gerald menatap tajam Mahesa dengan urat-uratnya yang terpampang jelas. apa-apaan ini, kenapa Mahesa mengatakan hal yang membuatnya kesal?
Dengan kedua matanya sendiri Gerald melihat bagaimana Mahesa yang begitu perhatian pada Isvara, tak tahan dengan itu Gerald langsung saja pergi dari sana tanpa mengatakan apapun lagi.
***
"Kau benar-benar tidak ingat denganku?"
Isvara menggeleng, sepeninggal Gerald kini hanya ada dirinya dan pria yang belum Isvara kenal sebelumnya.
Sementara Mahesa tampak berfikir,apa sebelumnya Isvara terkena benturan di kepala hingga gadis itu amnesia? Kenapa dia tak ingat apa-apa.
"Aku adalah Mahesa, yang sudah menyalamatkan mu."
Isvara diam, seperkian detik dia menutup mulut menahan jeritan. "K-kau Mahesa? Putra Nyonya Indira?"
Mahesa mengangguk, tersenyum. "Kau akhirnya ingat."
"Jadi kamu yang menyelamatkanku dari para geng motor itu?"
Mahesa mengangguk lagi.
"Aku ingat sekarang," ucap Isvara dengan mata berbinar.
Sekelebat bayangan tentang Kejadian semalam akhirnya Isvara bisa mengingatnya lagi. Di mana dia yang hampir di perkosa dan di selamatkan oleh seorang pria.
"Kita juga pernah bertemu sebelumnya saat aku melihatmu pertama kali di sini, aku membantumu saat kau sedang mengangkat koper," ucap Mahesa mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan gadis cantik bernama Isvara ini.
"Oh, jadi kamu pria itu."
Bagaimana Isvara bisa lupa.
"Arghhh." Isvara memegang kepalanya.
"Kenapa? Ada yang sakit lagi?" Mahesa sedikit panik
Isvara menggeleng. "Tidak, hanya sedikit berdenyut."
"Terimakasih, terimakasih sudah menyelamatkan ku," ucap Isvara dengan mata berkaca-kaca.
"Aku tidak bisa membayangkan jika kau tidak datang tepat waktu saat itu."
"Hei, jangan menangis." Mahesa menyeka pipi Isvara yang basah.
"Tidak apa-apa,kau sudah aman sekarang."
Saat Mahesa sibuk menenangkan Isvara yang tergugu, seorang gadis merengsek masuk dengan isakan tertahan.
"Kakak, kak Vara!" Kayra masuk tanpa permisi lagi dan langsung menghambur memeluk Isvara.
Isvara tertegun, lalu ia balas memeluk adik iparnya itu.
"Huhuhu,aku takut kakak kenapa-napa."
Isvara menepuk pelan punggung Kayra, berusaha menenangkannya yang kini mulai menangis.
"Aku sudah baikan, kenapa malah Kay yang menangis?" Isvara tersenyum.
Kayra melepaskan pelukannya. "Aku sangat khawatir dengan kakak, begitupun dengan bibi-bibi pelayan di sini yang terus menanyakan keadaan kak Vara."
"Nona muda."
Isvara menoleh, ada Bi Minah dan Dewi yang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah cemas.
"Nona muda udah gak apa-apa?" Tanya Dewi.
"Aku sudah baikan," ujar Isvara.
"Syukurlah nona muda baik-baik saja," ucap Bu Minah.
Isvara mengangguk. Lalu entah kerasukan apa, Dewi tiba-tiba ikut menangis.
"Saya fikir tidak bisa melihat nona muda bangun lagi, saya bersyukur Nona muda masih di beri kesempatan untuk hidup."
Plak! Bi Minah menggeplak lengan Dewi.
"Cocotmu Wi."
"Lah apanya yang salah bi kan saya bener, hiks." Dewi malah semakin terisak.
"Sudah, sudah malu-maluin kamu iki." Bi Minah menarik Dewi yang masih menangis seperti anak kecil ke luar.
"Ya sudah non, kami permisi. Nona muda jaga kesehatan ya," pamitnya lalu mereka undur diri.
Sementara tak jauh dari mereka ada Gerald yang masih mengawasi Isvara, Mahesa dan Kayra di sana.
Dengan pintu kamar Isvara yang masih terbuka,pria tampan itu bisa melihat jelas bagaimana ke akraban ketiganya.
Lalu Gerald seperti merasakan ada yang sakit dan kesal secara bersamaan di dalam hatinya.
Sebenarnya apa hubungan antara Mahesa dengan Isvara?
Kenapa mereka terlihat sangat akrab.
Gerald sangat kesal, lalu berbalik tidak ingin rasa kesal itu semakin menjadi-jadi.
***
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN,DAN TAMBAHKAN FAVORIT AGAR AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
jangan bilang kalau Gerald cemburu..
2023-01-29
2
Ju Karnaen
hati" ad gunung Merapi mau mledak
2023-01-23
0
Rita Puspitasari
lanjut
2022-06-01
0