Gerald angkasa wirasena, pria tampan dengan sejuta pesona, mungkin itulah julukan yang cocok untuk pria berbadan atletis, dengan wajah rupawan bak pangeran Arjuna.
Rahang tegas, dengan alis lebat di tambah hidung bengir dan senyum menawan, mampu membawa Gerald menjadi salah satu pria tertampan di majalah abad ini.
Terlahir dari keluarga kolongmerat, Gerald di limpahkan oleh kekayaan yang mungkin tak akan habis tujuh turunan.
Kini di usianya yang menginjak 25 tahun, Gerald menjabat sebagai CEO di salah satu cabang, demi melihat kemampuan juga potensinya sebelum mengambil alih jabatan sang ayah, Gerald di tugaskan sementara di sini.
Gerald sendiri adalah ahli waris yang sudah di tetapkan sebagai penerus dari ayahnya untuk memegang perusahaan di masa depan, MV group perusahaan milik keluarga wirasena yang di gadang-gadang adalah perusahaan terbesar nomor satu di negaranya.
Di sepanjang koridor yang di lalui Gerald semua gadis, para karyawan wanita berteriak memanggil namanya.
Namanya sendiri cukup tersohor di kalangan para selebriti dan model papan atas.
Selain dia pernah berpacaran dengan Laura-- model yang kini sedang naik daun, Gerald juga pernah di tawari untuk menjadi salah satu model majalah ataupun produk mereka.
"Lo makin terkenal aja yah, Dicaprio."
"Dicaprio apanya." Gerald tersenyum miring pada Samuel-- sahabatnya ini.
Samuel tertawa,cowok jangkung, berwajah oriental itu menjajari langkah Gerald.
Gerald dan Samuel kenal sejak kecil karena ayah mereka dulu adalah rekan bisnis.
Samuel bekerja sebagai kaki tangan Gerald di sini, Gerald yang terkadang plin-plan dalam mengambil keputusan bisa di bantu Samuel yang berpikiran dewasa.
Konon katanya, hanya Samuel yang dapat meredakan amarah Gerald saat pria itu sedang marah.
Itulah mengapa mereka selalu di satukan dalam situasi apapun.
"Ini data yang Lo minta."
Samuel melempar sebuah map coklat ke meja kebesaran Gerald.
Gerald mengambil map coklat itu lalu membukanya, Tertera nama 'Isvara kiraniadi' di sana.
"Gua gak ngerti sama lo, lo kan udah nikah dan tinggal bareng, tapi lo gak tahu apa-apa tentang istri lo?"
Samuel memang sudah mengetahui tentang pernikahan Gerald, namun sayang ia belum di beri kesempatan untuk melihat istri Gerald itu.
Di satu sisi Samuel menyayangkan karna sahabatnya ini harus menikah secara terpaksa,namun di sisi lain dia senang karna hal ini Gerald dan Laura tak jadi menikah.
Dan kini Gerald baru-baru saja memerintahkannya untuk mencari seluk-beluk tentang Isvara.
Samuel heran,Masa mencari tahu tentang istrinya sendiri aja Gerald menyuruh orang lain.
"Istri kata lo? Gua bahkan gak pernah nganggep dia kaya gitu," ucap Gerald sambil membaca setiap kata.
Samuel mendengkus. "Mau sampai kapan lo nyiksa gadis itu?" Ia menyandarkan bokongnya di sisi meja.
"Sampai dia bertekuk lutut." Netra coklat terang Gerald berkilat saat mengatakannya.
"Dia selalu ngomong congkak dan sombong, gua ingin dia mengakui kekalahannya."
"Kayanya itu gak mungkin deh."
Gerald melotot. "kenapa?"
"Karna menurut firasat gua lu yang bakal bertekuk lutut sama dia."
"Oh sekarang lo ada di kubu dia nih?"
"Bukan gitu aelah, masalahnya Gerald, sejauh yang gua cari tahu tentang Isvara,dia tuh gadis yang tangguh,lo mungkin bakal kesulitan buat mewujudkan keinginan lo itu."
"Gak, dia mungkin ada kelemahan,dan gua bakal pakai itu."
Samuel menggeleng. " Dasar psycho lo."
"Terkhusus buat dia aja."
Samuel tertawa. "Iya, kalau bebalik bucin gimana?"
Gerald hanya diam.
***
Di kamarnya Isvara mencoret tanggal terakhir bulan ini di sebuah kalender dengan spidol merah di tangannya.
Ia menghitung hari demi hari di kalender itu dan kini sudah lengkap satu bulan ia berada di rumah ini.
"Satu bulan terlewati, tinggal lima bulan lagi yang harus di lalui." Isvara menghela nafas lalu berjalan ke sisi ranjang.
Lalu ia berjalan ke dapur berfikir untuk menyelesaikan sisa pekerjaan.
"Kakak, kakak Vara!" Seseorang berlari ke arahnya dengan suara melengking.
"Kamu terlihat sangat senang," Isvara tersenyum ke arah adik Gerald ini.
"Kakak tahu,Raka memberiku surat,aku sangat gembira."
"Benarkah?" Isvara cukup terkejut. Karna sebelumnya saat Kayra mengungkapkan perasaannya pada pria itu,Raka menolaknya mentah-mentah.
Alhasil Isvara lah yang menjadi tempat Kayra untuk mengadu dan menumpahkan air mata.
"Pria itu sangat jahat kak,aku benci aku benci dengannya." Itulah yang setiap hari Kayra ucapkan ketika mengingat penolakan Raka atau ia tak sengaja melihat pria itu yang akan menjenguk ayahnya di sini.
Namun hari ini berbeda Raka seakan memberi harapan baru untuk gadis kecil ini.
"Ini semua berkat kak Vara, terimakasih sudah menjadi tempatku untuk mengadu."
Isvara tersenyum. "Tentu saja,aku sudah menganggapmu sebagai adikku sendiri."
Kayra memeluk sekilas kakak iparnya ini. "Sayang kak Vara."
Isvara berfikir Sepertinya ada yang tidak beres di sini.
Lalu Kayra berpamitan setelah mengambil sekotak eskrim di kulkas.
Isvara yang sudah membereskan dapur, berjalan ke kebun belakang rumah.
kediaman mewah wirasena ini memang mempunyai halaman luas di belakang rumahnya, bahkan ada taman mungil cantik dengan kursi panjang berjejer, dan ada sebuah paviliun kecil di sana.
Biasanya setiap senja datang, nyonya Triani akan duduk di sana sambil menyeruput teh melati kesukaannya.
"Isvara!"
"Nenek." Isvara berjalan menghampiri nyonya Triani yang sedang duduk bersantai di dalam paviliun.
"Kamu mau kemana?"
"Oh ini nek, aku sedang mencari Raka, ingin meminta bantuannya mengangkat barang."
"Raka sudah pergi sejak tadi, kata pak Hasan dia ada jam mata pelajaran kuliah katanya."
Isvara hanya ber-Oh saja. "Ya sudah kalau begitu aku kembali ke dalam nek."
"Tunggu Isvara,nenek ingin berbicara dengan mu."
Isvara menurut lalu duduk di samping sang nenek.
"Apa kamu menyukai Raka? akhir-akhir ini nenek sering lihat kamu bareng dia."
"Ah,nenek salah sangka, aku hanya terkadang meminta bantuannya mengantar berbelanja atau mengangkat barang berat," jawab Isvara tampak salah tingkah di tanyai begitu.
Nenek menggangguk. "Jadi kamu tidak menyukai Raka?"
Isvara menggeleng,tentu saja,mana mungkin ia menyukai pria yang di gilai Kayra.
"Lalu bagaimana dengan Mahesa? nenek lihat kamu juga sangat dekat dengannya."
Isvara hanya diam,dia tidak tahu harus menjawab apa. Mahesa, sejak awal mengenal pria itu, Isvara merasakan perlindungan dan kehangatan, tapi apakah itu di sebut suka?
Tidak. Isvara hanya mengangumi pria itu.
"Jadi kamu tidak menyukainya?" tanya nenek saat Isvara hanya menggeleng.
"Tidak nek."
"Nenek senang, nenek kira kamu menyukai dua pria itu."
Eh, Isvara mendongak menatap wajah tua itu.
"Jujur saja, nenek ingin kamu dengan Gerald."
"Nenek tahu, walaupun hanya ada rasa benci di antara kalian, namun nenek selalu berharap di 6 bulan yang nenek berikan ada cinta yang datang di antara kalian."
Isvara tampak bergeming. sepertinya itu tidak mungkin nek, batinnya.
Lalu nenek mengambil tangan Isvara dan mengenggamnya.
"Gerald selalu membangkang, punya sifat dan kebiasaan yang buruk, nenek harap dengan mu lah Gerald bisa berubah."
"Jadi nenek mohon,apapun yang terjadi jangan pernah menyerah dengan Gerald."
Isvara hanya diam,lalu sejurus kemudian tatapan beradu dengan pria yang kini berdiri tak jauh dari tempatnya duduk.
"Mahesa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
lanjut
2023-01-29
1
Rice Btamban
lanjut
2022-05-22
0
Susilawati
lnjuutt thoorr
2022-04-30
0