Esoknya Gerald pulang dalam keadaan mabuk, seperti biasa yang selalu ada di sampingnya adalah Samuel, menemaninya minum sampai memapahnya pulang.
Samuel adalah sahabat sekaligus kaki tangannya di perusahaan. Gerald, Samuel, dan Brandon tumbuh bersama sejak kecil, itulah mengapa mereka kerap di sebut sebagai tiga serangkai.
Namun akhir-akhir ini hubungan pertemanan mereka tidak terlalu baik, ntah karna kesibukan atau mungkin karna ada sedikit masalah.
Siang ini Gerald baru keluar dari kamarnya, ia berjalan ke dapur untuk mengambil air dingin, saat itulah ia melihat sang bibi.
"Tante, di mana papah?" Tanya Gerald.
Arini berhenti. "Papah mu tadi pergi, bersama istrinya itu."
"Kemana?"
Arini menggidikan bahu. " Ntah, mungkin jalan-jalan.
Brak! Di luar dugaan Gerald menghempaskan gelas di tangannya Membuat Arini berjengit.
"Wanita itu telah merubah papahku!"
Sudah menjadi rahasia umum, Gerald sangat tak suka dengan ibu sambungnya, Indira. Baginya Indira adalah perusak yang telah merebut kasih sayang papanya, terlebih lagi dengan Mahesa,anak Indira yang lebih di sayang oleh papanya di bandingkan dia dengan adiknya.
Tuan Aryaloka sendiri menikah dengan nyonya Indira saat Gerald berusia 15 tahun dan adiknya berusia 10 tahun saat itu.
Gerald sudah menaruh kebencian dengan Indira saat wanita itu di perkenalkan pertama kali oleh tuan Aryaloka sebagai 'mamah baru'.
Gerald sangat benci dengan panggilan itu dia tak sudi memanggil wanita yang telah merebut papanya dengan sebutan 'mama'.
"Gerald, kamu sabar sayang, jangan marah dulu." Arini berusaha menenangkan keponakannya.
"Sejak kedatangan perempuan itu ke rumah ini, papa telah berubah tan,aku sangat benci dengannya dan juga putranya!"
"Iyah tante tahu, tante juga benci melihat wanita itu yang telah merebut papa mu. tapi kemarahan tidak akan membuat Indira pergi dari rumah ini."
"Lalu bagaimana caranya? Bagaimana caranya agar wanita itu pergi dari sini juga dari kehidupan papa!"
"Sabar Gerald,kita buat hidupnya menderita di sini, seperti kau yang ingin Isvara hengkang dari rumah ini."
"Benar,aku ingin kedua wanita itu pergi dari sini Tan!"
"Itu benar, Tante juga ingin keduanya pergi dari sini, tapi perlahan-lahan, oke."
Gerald hanya bergeming dengan kilatan amarah di matanya.
Sementara Arini tersenyum senang, mencuci otak Gerald tidaklah sesulit itu apalagi Gerald mempunyai tempramen buruk, akan sangat mudah untuknya.
*Kau sangat bodoh Gerald. Akan ku buat kau semakin membenci Indira, dengan begitu dia akan lebih cepat pergi dari sini* batin Arini.
***
"Indira, apa aku sudah salah dalam mendidik Gerald?"
Kedua insan itu sedang duduk di bangku taman yang langsung menghadap sebuah danau cantik di depannya.
Indira dan Aryaloka, meskipun umur mereka tak lagi muda, namun semangat cinta mereka masih persis seperti dua sejoli yang baru di mabuk asmara.
"Tidak,mas sudah sangat baik dalam mendidik Gerald, buktinya dia telah sukses mengembangkan perusahaan kan? Gerald tumbuh menjadi pria cerdas yang bertanggung jawab, seperti dirimu," ujar Indira sambil mengusap lembut punggung sang suami.
"Kau mengatakan itu hanya untuk memenangkan ku?" Aryaloka menatap sang istri.
"Buktinya dia masih tak bisa menerima kau sebagai ibunya? Jelas-jelas aku adalah ayah yang gagal."
Indira tersenyum. "Soal itu mas tidak usah khawatir, Gerald pasti akan menerimaku sebagai ibunya, cepat atau lambat," ucapnya berharap bisa menenangkan sang suami.
"Tapi sampai kapan? Sampai kapan Indira?" Suara Aryaloka terdengar lirih.
"Sekarang umurnya sudah 25 tahun, 10 tahun berlalu tapi dia tetap sama, dia tak mau menerima mu sebagai ibunya.bahkan hubungannya dengan Mahesa pun tidak terlalu baik."
"Dosa di masa lalu apa yang ku perbuat hingga mendapatkan putra yang keras kepala dan membangkang seperti dia."
"Mas ... Jangan bicara seperti itu," Indira berkata lembut.
Aryaloka mengambil nafas dalam. "Kamu benar tidak seharusnya aku berkata seperti itu."
Indira mengusap bahu pria yang sangat di cintainya ini. "Kamu adalah ayah Gerald, aku adalah ibunya, tugas kita sebagai orang tua adalah membimbingnya, jangan sampai kemarahan menguasai hatimu."
Aryaloka mengulas senyum. " Kau benar. Sekarang ada Isvara di sini, ntah kenapa perasaanku selalu mengatakan jika gadis itu bisa merubah Gerald, aku yakin."
Indira pun tersenyum. "Firasat seorang ayah tidak akan pernah salah, sayang."
Aryaloka menoleh, tersenyum. "Terimakasih sudah selalu bersamaku. Aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu,Aku akan selalu bersamamu."
Lalu keduanya mendekatkan wajah dan sama-sama tersenyum sebelum akhirnya Indira meletakkan kepalanya di bahu sang suami sambil menikmati indahnya danau biru di depan mata.
***
"Iya ayah, aku baik-baik saja di sini, keluarga tuan Aryaloka menerima ku dengan baik, ayah tidak usah khawatir," ucap Isvara pada ayahnya via telepon.
Dugaan Isvara ternyata salah, ayahnya belum tahu jika sudah menikah dengan putra tuan Aryaloka, atasannya demi untuk menyelamatkannya.
Yang ayahnya tahu, ia di bebaskan karna kemuliaan tuan Aryaloka dan Isvara ada di sini Karna kebaikan tuan Aryaloka juga.
Ah, ayahnya terlalu polos, dia tidak tahu penderitaan yang di alami putrinya ini. tapi biarlah begitu, ia tak ingin ayahnya khawatir.
Apalagi ayahnya mengidap skizofrenia, meski belum terlalu parah, Isvara yakin itulah yang membuat sang ayah sampai bisa di jebak, oleh orang-orang yang iri dengan kesuksesan sang ayah.
Karna Isvara sangat yakin ayahnya tidak mungkin melakukan tindak korupsi.
Karna ayahnya adalah ayah yang paling hebat yang menanamkan nilai-nilai baik padanya. Membuat putrinya tumbuh menjadi gadis yang kuat, pantang menyerah, dan berbudi luhur.
Isvara sangat rindu dengan ayahnya, tapi dia tidak bisa menemuinya sekarang karna situasi dan letak rumah sang paman di mana ayahnya tinggal juga cukup jauh.
Isvara hanya berharap semoga ayahnya selalu dalam lindungan Tuhan dan keluarga pamannya bisa merawat pria kebanggaannya itu dengan baik.
"Ya sudah ayah,kalau begitu Vara tutup dulu, ayah jaga diri baik-baik."
Setelah cukup puas mengobrol dengan sang ayah, Isvara melangkahkan kakinya keluar kamar.
Malam semakin gelap, Isvara niatnya akan membantu para pelayan menyiapkan makan malam seperti biasa, saat ia melihat Kayra ternyata ada di dapur.
"Eh kenapa kamu ada di sini?"
Gadis manis yang tampak sibuk itu menoleh. "Eh kak Vara,Kay sedang membuat kue kak."
Gadis yang sangat manis. Semenjak beberapa hari lalu, hubungan Isvara dengan Kayra kini cukup akrab.
Gadis yang kini sedang menjalani kuliah semester empat itu sangat ekspresif, aktif dan selalu ceria, Isvara yakin siapapun akan betah berlama-lama dengannya.
"Kay Membuat kue untuk siapa?"
Kayra diam, tapi mata bulatnya tampak berbinar.
Lalu sejurus kemudian seorang pria melewati mereka, pria itu adalah Raka,yang Isvara tahu adalah putra dari pak Hasan, sopir keluarga ini.
Sama seperti mbok Minah, pak Hasan sudah mengikuti keluarga wirasena sejak lama sekali. Putranya pak Hasan, Raka-- sesekali akan datang mengunjungi ayahnya.
Isvara memperhatikan gerak mata Kayra yang begitu lamat memperhatikan pria tampan yang kini sedang membantu Bi Minah mengangkat galon.
"Jangan bilang kue itu Untuk .... Raka?"
Kayra tertegun, gadis itu tampak salah tingkah dengan pipi merona merah.
"Kamu menyukai Raka, Kay?"
Kayra tak menjawab, namun ekspresi wajahnya menjelaskan semuanya.
"Kayra bagaimana bisa?"
"Dia pria yang baik kak."
Isvara mengangkat satu alisnya.
"A-aku menyukainya sejak kita masih kecil," ucap Kayra.
"Sejak pertama kali dia di bawa oleh pak Hasan,aku sudah menyukainya, dia tampan, terkadang cuek dan nyebelin tapi dia juga perhatian. dia selalu menemaniku bermain saat semua orang sibuk dengan urusan mereka sendiri."
Kayra menjelaskan itu semua dengan mata berbinar penuh cinta.
Isvara yang melihatnya malah tersenyum geli. "Beginikah tingkah seseorang saat jatuh cinta?"
"Eh," Kayra mengerjap beberapa kali. "Kak Vara tidak marah?"
"Untuk apa aku marah?"
"Soalnya Kay juga pernah cerita ke Tante Arini kalau aku suka sama Raka. tapi tante Rini malah marah-marah dan bilang aku tidak boleh menyukai putra seorang supir."
"Kay, tidak ada yang salah dalam mencintai seseorang, cinta tidak memandang status ataupun rupa, setiap manusia mempunyai hak untuk cinta," ucap Isvara menepuk pundak Kayra.
"Jadi kak Vara ngedukung aku sama Raka?"
Isvara mengangguk. "Tentu saja."
Kayra tersenyum senang. Namun netra Isvara malah fokus menatap seorang pria yang hendak menghampiri mereka.
Raut wajah Isvara berubah masam. "Kecuali dengan pria kejam dan egois, pria seperti itu tak berhak untuk cintamu."
"Kakak ngomong buat siapa?" Kayra tak mengerti.
Hingga akhirnya Kayra mengikuti arah pandang Isvara, yang kini sedang melirik Gerald yang menuju ke arah mereka.
Oh. Kayra paham, lalu gadis itu tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Gerald tersindir nkah Sama ucapan vara🤔
2022-05-15
2
Rahima
lwan aja vans biar tau rasa dia gerland
2022-05-14
3