Isvara memeras kain bekas yang ia temui pada air di baskom yang dia minta dari bibi di dapur.
Kain itu lalu ia tempelkan pada kening Gerald yang kini sudah terlentang rapi. Pria itu belum juga sadarkan diri.
"Sepertinya dia tidak demam," gumam Isvara, menempelkan telapak tangannya pada pipi Gerald.
"Jika tidur seperti ini dia seperti bayi yang tidak memiliki dosa, coba kalau udah bangun, megalodon pun kalah seram dari dia," gumam Isvara lagi menatap wajah tenang Gerald.
Malam semakin larut, Isvara menguap beberapa kali karna mengantuk, ia ingin tidur, tapi ranjangnya malah dikuasai oleh mahluk menyebalkan ini.
Tak kuat dengan kantuk yang menyerang, Isvara akhirnya tertidur dengan kepala di atas tangannya yang menyilang di samping Gerald.
Pagi datang, Gerald yang tertidur membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat ia tak ingat yang terjadi semalam, yang ia tahu dia meminum terlalu banyak.
Gerald tertegun karna merasakan rasa hangat di lengannya, ia menoleh di dapatinya Isvara yang tertidur.
Tangan gadis itu memegang erat lengannya. Alih-alih tersentuh,Gerald malah kembali dikuasai emosi.
"Bangun!" Gerald meninggikan suara dan menarik kuat lengan Isvara.
Isvara terkejut, nyawanya belum terkumpul namun suara menggelegar itu memaksanya untuk bangun.
"Sedang apa kau di kamarku hah?!" Bentak Gerald.
Tubuh Isvara tiba-tiba gemetar, ia terkejut karna baru kali ini ada yang membentaknya sangat keras. Bahkan ayahnya pun tak pernah berkata dengan nada tinggi padanya.
"Kalau di tanya tuh jawab,bisu?!" Sentak Gerald.
Isvara buru-buru menguasai diri.
"Apa maksudmu? Ini adalah kamarku," elaknya.
"Apa kamarmu? Heh tau diri, mana mungkin kamar pembantu sebagus ini!"
"Ini adalah kamarku,kau dengar? pergi dari sini!"
Gerald bangkit dari kasur, seperti ada tenaga ntah dari mana yang membuatnya ingin mengusir gadis itu.
"Pergi!" Gerald terus mendorong tubuh Isvara,tak tertinggal tas jelek gadis itu yang ia lemparkan hingga mengenai wajah Isvara.
"Jangan pernah menyentuh kamarku lagi," ancam Gerald menunjuk Isvara.
Isvara hanya diam membeku, ia terlalu terkejut dengan semua ini. Rasa kantuknya pun masih ada karna ia sempat begadang semalam.
Brak! Pintu di tutup keras membuat Isvara berjengit.
Mata Isvara memanas dengan kristal bening yang siap meluncur, namun ia tahan. Ini bukan apa-apa, masih ada penyiksaan-penyiksaan lain yang harus ia lewati.
"Isvara," seseorang menepuk bahunya.
Isvara menoleh. "Eh, nyonya Indira?"
"Nyonya?" Bu Indira mengerutkan kening.
"Panggil aku mamah,kau adalah menantuku kan?" Ucap nyonya Indira tersenyum gurau.
Isvara terkekeh pelan. "Maaf, mamah."
Nyonya Indira tersenyum. "Ngapain kamu di sini?"
"Tunggu nak," nyonya Indira memerhatikan wajah Isvara, "Kamu menangis?"
Isvara buru-buru mengelak. "T-tidak mah, ini aku hanya kelipipan."
Nyonya Indira menggeleng, ia tidak bisa di bodohi semudah itu, melihat Isvara yang berada di depan pintu Gerald, ia sudah bisa menebak apa yang terjadi.
"Kamu pasti salah kamar ya?"
"Eh?"
"Ini bukan kamar yang di tunjukkan untukmu,ini kamar Gerald."
Isvara tidak tahu,jika begitu ia di bohongi?
Nyonya Indira menghela nafas, "pasti kamu udah di kerjai pelayan itu. Ayo,mamah tunjukkan kamarmu."
Nyonya Indira lalu menggamit tangan Isvara untuk mengikutinya.
"Nah ini kamar kamu," mereka terhenti di sebuah kamar berpintu kayu ukir.
Nyonya Indira lalu membuka daun pintu, terlihat oleh Isvara kamar sederhana yang sudah tersedia ranjang dan lemari.
"Kami tahu, Gerald tidak mungkin mau satu kamar denganmu,maka untuk mengindari hal yang tidak-tidak kamar kalian di putuskan berbeda, Vara tidak apa-apa kan?"
Isvara mengangguk,tentu ini sangat baik untuknya dari pada harus menerima amukan lagi dari Gerald, toh meskipun tak seluas tadi, kamar ini cukup nyaman.
"Baiklah, kamu bisa mandi dan bersiap dulu, baru setelah itu turun untuk makan."
Isvara tersenyum, "makasih mah."
***
Di dalam Isvara juga tidak bisa bergerak bebas, karna tiba-tiba ada dua orang pelayan yang merengsek masuk ke dalam kamarnya.
"Astaga nona muda, kenapa anda malah tidur lagi?" Pekik dua pelayan itu.
Isvara yang baru merebahkan diri terpaksa membuka matanya.
"Aku ngantuk,mau tidur," sungguh ia jujur kali ini, Isvara hanya mendapat waktu tidur sedikit karna merawat Gerald semalam.
"Tapi ini sudah pagi nona, anda tidak boleh tidur lagi," ucap salah satunya yang berambut pendek.
"Benar nona, atau ntar rezeki nona di patok ayam," ancam salah satunya yang bersurai panjang.
Isvara jadi tak fokus, ia hanya ingin tidur tenang,kenapa susah sekali?
Kedua pelayan itu menarik-narik tangan Isvara hingga mau tak mau Isvara bangun.
"Ayo nona, anda harus mandi dulu, kami
akan siapkan gaun untuk nona?"
"Kalau Nona muda tidak mau kami yang akan kena semprot Nyonya Triani?"
Mendengar nama sang nenek Isvara seketika menegakkan badan. "Nenek?"
"Iya, beliau tidak suka menunggu, tapi sekarang beliau sedang menunggu nona di meja makan," ucap salah satunya.
"Baiklah, baiklah aku akan cepat," Isvara Langsung ngacir ke dalam kamar mandi.
"Huffft, akhirnya dia mau juga," mereka menghela nafas.
Selesai mandi, Isvara kini duduk di kursi cermin rias besar, para pelayan itu sedang menata rambutnya dan memberi sapuan make up tipis.
"Rambut nona sangat indah ya," puji Dewi, salah satu pelayan yang menyisir rambut panjang Isvara.
"Kulit nona muda, juga sangat sehat dan glowing," ucap Nela, pelayan yang berambut pendek.
"Anda perawatan di salon kecantikan mana Nona?" Tanya mereka karna iri dengan kecantikan Isvara.
"Tidak, aku tidak pernah melakukan perawatan seperti itu," ucap Isvara jujur.
Mendengarnya kedua pelayan itu mencebik dalam hati.
"Kalau Nona tidak mau kasih tau tempatnya bilang saja, jangan beralibi nona tidak pernah melakukan perawatan,"
Isvara kaget, mereka bicara dengan nada ketus padanya.
"Sudah selesai nona, kalau begitu kami permisi," pamit mereka.
"Oh ya, besok-besok nona harus mandiri sendiri jangan sampai menyusahkan kami," ucap mereka masih dengan nada ketus.
Isvara terbengong-bengong, lalu mereka berlalu dengan menutup pintu kasar.
"Dasar pelit, bilang saja tidak mau ngasih tau nama salonnya. Emang kecantikan bisa di bawa dari lahir gitu?" Ketus Nela yang di angguki oleh Dewi, mereka lalu pergi dengan perasaan kesal.
Di dalam kamar Isvara mematutkan dirinya dalam cermin, blouse sederhana yang semata kaki bermotif bunga Daisy ini sangat cantik, rasanya ia tak pantas untuk memakainya, rambut coklatnya yang bergelombang pun sudah di tata dengan rapih.
Namun Isvara heran dengan sikap kasar dua pelayan tadi.
"Bahkan mereka secara terang-terangan membenciku,huft," Isvara membuang nafas lalu keluar kamar.
***
Saat mendekati meja makan, Isvara gugup karna semua orang mulai menolehkan pandangan padanya.
"Kau ini mandi berapa lama sih? Sampai-sampai Membuat ibuku menunggu," hardik nyonya Arini padanya.
"Maafkan aku," Isvara hanya bisa menunduk.
"Sudah, sudah, tidak apa-apa. Ayo, Isvara duduk di samping Kayra," kata nyonya Triani.
Isvara mengangguk,lalu mulai mendudukkan bokongnya. Hingga sebuah tepukan membuatnya menoleh.
"Halo kakak ipar," sapa Kayra padanya.
"Eh, Y-ya halo."
"Tidak usah gugup begitu, pasti kamu udah tahu siapa aku kan?"
Isvara mengangguk. "Adiknya Gerald."
Kayra melebarkan senyumnya. "Adik kak Gerald yang paling cantik."
Lalu mereka sama-sama terkekeh geli.
Semua anggota keluarga sudah berkumpul untuk menyantap sarapan pagi ini.
Namun ada hal aneh yang membuat Isvara sedikit terganggu, tatapan Gerald padanya.
Sejak tadi pria itu terus menatapnya membuat Isvara sedikit tak nyaman.
Namun bukan tatapan sengit penuh kebencian seperti biasanya, tatapan Gerald kali ini terlihat teduh dan sendu, seperti rasa bersalah ada pada diri pria itu.
Atau cuma perasaan Isvara saja?
Sementara Gerald terus melirik ke arah Isvara saat ini, hatinya sedikit tercubit saat tahu Isvara lah yang merawatnya semalam yang dalam keadaan mabuk.
Gerald di beri tahu oleh mbok Minah,pembantu rumah ini.
Seketika rasa bersalah langsung menyergapnya, dirinya malah dengan tega mengusir dan membentak Isvara tadi.
Ingin meminta Maaf dan berterimakasih, namun gengsi meruntuhkan segalanya. Gerald tidak mungkin melakukan itu,tidak akan pernah.
***
PLEASE TINGGALKAN LIKE, KOMEN, TAMBAHKAN FAVORIT DAN BERI HADIAH AGAR AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT UP.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Lineke Walangitan
makan tu gengsi 😘
2023-03-06
2
Yunerty Blessa
jangan gengsi dulu Gerald.. nanti jatuh cinta baru tau loh
2023-01-29
0
Tini Wijayanti
bucin nih nanti nya
2022-06-22
0