Pagi hari Syahidah berangkat ke sekolah bersama dengan kakaknya Zidan begitu juga dengan Shakila.
Terlebih dahulu Zidan mengantar adik bungsunya kemudian Ia pun lanjut ke sekolahannya.
"Kakak gimana hubungan kakak dengan Arsy?"
"Gimana apanya?" tanya Zidan masih terus fokus mengendarai mobilnya.
Syahidah memutar tubuhnya mengarah ke Zidan.
"Maksudku, apa kakak hanya berteman atau Kakak sudah menyatakan perasaan Kakak padanya?"
Zidan menyentil kepala Syahidah membuat Syahidah memekik dan langsung memukul lengan Zidan sambil mengusap keningnya yang terasa berdenyut.
"Kakak sakit tahu nggak sih!" gerutu Syahidah mengerucutkan bibirnya.
"Kamu itu aneh banget sih, orang aku juga belum terlalu kenal, mana mungkin langsung mengatakan perasaanku padanya. Sudah pasti dia akan menolak dan akan semakin menjauh."
"Tapi, kakak ada rencana kan mendekatinya?"
Zidan terdiam, ia tak tau harus menjawab apa.
"Diam berarti iya. Berarti Kakak benar-benar sudah jatuh cinta ya pada Arsy ya?" tanya Syahidah.
Zidan masih diam dia sendiri juga tak tahu mengapa ia bisa merasakan perasaan seperti itu, ia tak tenang dan selalu ingin bertemu dengan Arsy selalu ingin mendengar kabar darinya. 'Apakah aku jatuh cinta padanya?' batin Zidan bertanya pada Dirinya sendiri.
"Syahidah. Apa kau punya nomor ponsel pribadi Arsy?"
"Aku sudah mencarinya, tapi tetap saja tak ketemu. Sepertinya Arsy tak memakai ponsel deh." Syahidah menatap kakaknya.
"Masa sih dia nggak memakai ponsel?"
"Ia nomor yang dipakai untuk mendaftar akun sosial medianya itu udah nggak bisa dihubungi. Atau mungkin saja ia mendaftarkan SIM card-nya dengan nomor data orang lain," jelas Syahidah yang sudah pernah mencari. Namun, tak ada data yang menunjukkan nomor yang aktif yang cocok dengan data Arsy.
"Nanti aku coba cari tahu langsung dari orangnya." Syahidah turun begitu mobil mereka sudah sampai. Zidan terus terdiam di dalam mobil, bayangan wajah Arsy terus teringat. "Kenapa aku tak bisa melupakannya," menggelang mencoba mengusir senyum Arsy yang terus membayanginya.
Saat pelajaran sedang berlangsung Nara dan Lusi terus saling berbisik dan sekali menengok ke arah Zidan.
"Kalian kenapa sih?" tanya Syahidah melihat kedua sahabatnya.
"Kakak kamu lagi sakit ya? Kok dari tadi dia senyum-senyum sendiri?" tanya Lusi menunjuk Zidan dengan ekor matanya.
Syahidah juga berbalik ingin melihat kakaknya. Namun, tetap matanya justru tertuju pada Kian yang tersenyum padanya membuat Ia pun ikut tersenyum, membalas senyuman Kian dan itu dilihat oleh Zidan, membuat Syahidah mendapat tendangan di kaki kursinya dari Zidan yang duduk di belakangnya.
"Ayo anak-anak jika selesai kumpulkan tugas kalian," ucap bu guru setelah selesai memberikan soal di papan tulis. Mereka pun mengerjakannya dengan tenang begitu juga dengan Zidan dan Kian mereka fokus pada pelajaran mereka hingga bel berbunyi.
Zidan kita ke kantin yuk," ajak Reza langsung merangkul Zidan dan mereka pun pergi ke kantin bersama, begitu juga dengan Nara, Lusi dan Syahidah mereka langsung saling berlarian menuju ke kantin. Kantin adalah tempat favorit mereka saat jam istirahat.
Berbeda dengan Zidan dan Syahidah serta anak-anak lainnya, Kian justru memilih untuk mengambil laptop dan mulai mengerjakan sesuatu di sana.
"Syahidah Kamu cari siapa sih?" tanya Lusi yang melihat Syahidah seperti mencari sesuatu, ia melihat ke sana kemari.
"Kalian lihat Kian tidak? Kok aku tak melihatnya di kantin ya?" ucap Syahidah masih terus mencari sosok Kian.
"Mungkin seperti biasa dia akan tinggal di kelas. Sepertinya dia sedang bocor saat jam istirahat sehingga dia tak bisa meninggalkan kelas barang sedetik pun," ucap Lusi yang membuat Naya tertawa.
"Selamat dia sekolah di sekolah Kian tak sekalipun pergi ke kantin, ia lebih banyak menghabiskan waktu di kelas dan akan keluar saat bel pulang saja."
"Ya udah aku samperin dia aja," ucap Syahidah berdiri dan mengambil 2 jus jeruk dan cemilan mereka yang baru datang.
"Syahidah itukan jus ku," protes Nara saat Syahidah mengambil pesannya.
"Kamu pesan aja lagi, nanti aku yang bayar semua."
Kedua temannya itu langsung melihat ke arah Zidan yang terlihat asyik mengobrol dengan teman-temannya, tanpa menyadari jika Syahidah sudah keluar dari kantin tersebut.
***
"Kian apa aku mengganggu?" tanya Syahidah yang sudah berdiri di depan Kian dengan dua gelas jus di tangannya.
"Tentu saja tidak, duduklah!" ucap Kian mempersilahkan Syahidah duduk di depannya dan langsung menutup laptopnya.
"Ini untukmu." memberikan segelas jus yang tadi di bawahnya. "Kenapa kamu tidak ke kantin? Apa kamu tidak merasa lapar dan haus?"
"Nggak, tadi aku sudah sarapan dan lagian aku juga punya bekal minum," ucap Kian memperlihatkan sebotol air mineral di tasnya.
"Ya tetap saja kan setidaknya kamu mengunjungi kantin, selama kamu sekolah di sini kamu tak sekalipun menginjakkan kakimu di kantin." ucapnya kemudian membuka cemilan yang di bawahnya.
"Pernah kok, kamu aja yang tak ingat."
"Oya, kapan?" tanya Syahidah mencoba mengingat.
Kian hanya tersenyum sebagai jawaban, semakin hari Syahidah semakin cantik di mata Kian.
"Minumlah, jus dan cemilannya juga sangat enak," menyodorkannya kepada Kian. Mereka pun makan bersama sambil sesekali berbincang santai.
"Kamu lagi ngerjain apa sih?" tanya Syahidah.
"Sama saat yang waktu itu, aku kan sudah mempunyai Restoran yang harus aku kembangkan dan aku sudah punya tanggung jawab Selain sebagai seorang murid.
"Ohhh masalah restoran ya."
"Oh ya, Apa kamu nggak takut jika pacar kamu tahu kamu ke sini dan kita sering jalan berdua?" tanya Kian.
"Siapa? Aku nggak punya pacar."
"Bukannya Zidan itu pacar kamu?" tanyanya
Syahidah tertawa, Ya bukanlah, kak Zidan itu bukan pacarku dia itu saudaraku, saudara kembar ku mana mungkin kami pacaran."
Kian menggaruk kepalanya, ternyata selama ini dia salah paham sikap positif Zidan itu bukan sikap positif dari seorang kekasih. Namun, sikap positif dari seorang kakak kepada adiknya.
Setelah menghabiskan jus jeruknya Syahidah tiba-tiba teringat akan Zidan, Ia pun melihat ponselnya dan melihat alat pelacak yang ditanam di ponsel kakaknya itu sedang mengarah ke arahnya tanpa pamit Syahidah langsung berlari keluar kelas.
Kian hanya melongo melihat Syahidah yang berlari begitu cepat.
"Mau kemana dia, ada apa dengannya?" ucap Kian mengangkat bahunya dan mengambil kedua gelas yang di tinggalkan Syahidah dan membawanya kembali ke kantin.
Saat di jalan ia berpapasan dengan Zidan dan teman-temannya. "Apa Syahidah punya firasat jika Zidan akan datang?"
"Ahhh... Sudahlah yang jelas ternyata Syahidah dan Zidan itu saudara aku pikir mereka pacaran. Aku bisa lebih dekat dengannya dari sekarang." Kian berjalan menuju kantin dengan senyum tak lepas dari bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
maulana ya_manna
dah lega tuh si kian😌
2022-07-22
0
Deriana Satali
Semoga Kian nggak macam2 sama Syadiah
2022-06-20
1
Susi nabila
semoga aja kian ini anak baik baik ya Thor....😁
2022-06-19
1