Malam hari Syahidah dan juga Zidan sedang duduk bersama dengan kedua orang tuanya di ruang tv menemani Shakila yang sedang menonton kartun kesukaannya.
"Kita mendapat undangan dari keluarga Abraham Wijaya, Asisten Arya akan menikah rencana aku akan menghadiri pernikahannya yang akan digelar di sebuah pulau. Apa Kalian ada yang mau ikut?" tanya Rafiz mengajak istri dan ketiga anaknya.
"Aku mau ikut, Pah," ucap Shakila langsung duduk di pangkuan Rafiz.
"Tentu saja Mama juga akan pergi," ucap Nandira kemudian melihat kedua anak kembarnya secara bergantian.
"Berapa hari kita akan di sana?" tanya Syahidah sebelum mengambil keputusan.
"Kita akan pergi sore dan akan pulang keesokan harinya saat sore hari, kalian hanya meminta izin satu hari, Papa yang akan meminta izin kepada guru kalian," ucap Rafiz.
"Baiklah, aku juga ikut sesekali kita menghadiri acara sambil liburan. Sudah lama kita nggak liburan bersama," ucap Syahidah kemudian mereka semua melihat ke arah Zidan.
"Aku acara ada latihan basket, aku dirumah saja."
"Ya sudah, Papa akan mengirim pesan pada Dika jika kita pergi hanya berempat. Mereka juga menyediakan transportasi ke sana." Rafiz mengambil ponselnya, mengkonfirmasi pada Dika jika mereka hanya akan pergi berempat.
"Kakak yakin nggak mau ikut? Itu acara keluarga Abraham Wijaya," ucap Syahidah masih asik menonton televisi sambil memakan biskuit di tangannya.
"Emangnya ada apa dengan keluarga Abraham Wijaya?" tanya Zidan masih belum paham apa maksud dari ucapan Syahidah.
Syahidah tak menjawab dia hanya diam dan mengangkat bahunya. Syahidah tahu betul jika Arsy adalah putri bungsu dari keluarga Abraham Wijaya dan bisa dipastikan Arsy pun akan ada di acara tersebut.
"Papa bilang ini acara keluarga Siapa?" tanya Zidan lagi.
"Keluarga Abraham Wijaya, kakak. Papa dari Arsy," ucap Syahidah mengedipkan matanya.
"Pah, aku ikut," ucap Zidan melihat antusias pada Papanya.
Rafiz mengerutkan keningnya melihat ke arah Zidan, tiba-tiba anaknya itu ingin ikut biasanya dia memang paling malas jika ingin diajak menghadiri acara undangan rekam bisnisnya, apalagi ini mereka harus menginap di sebuah pulau.
"Kamu yakin ingin ikut? Pikirkan baik-baik Papa nggak enak jika harus konfirmasi berulang-ulang."
"Yakin, Pah!"
"Pasti ikutlah, Pah. Papa tahu, kak Zidan sekarang sedang dekat dengan Arsy, putri bungsu dari Abraham Wijaya. Lebih tepatnya Kakak sih yang naksir dia."
Nandira langsung lihat ke arah Zidan begitu juga dengan Rafis, mereka kenal dekat dengan keluarga Abraham Wijaya.
"Kalian pacaran?" tanya Nadira.
"Gimana mau pacaran, kita ketemunya aja baru sekali. Dia sangat susah dihubungi. Aku bahkan tak bisa mendapatkan nomor ponselnya."
"Kau jangan macam-macam Bram rekan bisnis Papa yang sangat dekat, Papa tak mau karena urusan kalian itu bisa merenggangkan urusan bisnis dan silaturahmi kami," ucapkan Rafiz memperingatkan putranya.
"Iya, Pah. Zidan tahu Apa maksud Papa."
"Tapi kalau kau memang menyukai Putrinya Papa juga setuju, dia gadis yang baik terlebih lagi dia dari keluarga yang baik-baik."
Zidan tersenyum mendengar persetujuan dari Papanya.
"Papa Syahidah juga menyukai seseorang, namanya Kian, apa Papa tahu dia itu ... "
"Kamu masih kecil. Jangan pacaran dulu fokus aja sama sekolahmu, sebentar lagi kalian akan masuk perguruan tinggi," ucap Rafiz menghentikan ucapan Syahidah yang tadinya ingin memuji keahlian bisnis Kian.
"Masih kecil dari mana. Papa, aku itu hanya beda beberapa menit dengan kak Zidan, Kenapa kakak boleh pacaran sedangkan aku enggak," protes Syahidah mengerucutkan bibirnya.
Syahidah melihat kakaknya Zidan. Kini Zidan yang mengedipkan matanya, membuat Syahidah tak terima dan melihat ke arah Nandira meminta Mamanya itu untuk membantunya. Namun, Nandira mengangkat tangan, ia tak berani ikut campur jika menyangkut izin untuk menjalin hubungan dengan seorang pria.
🌹🌹 MAKASIH SUDAH MEMBACA 🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Susi nabila
wah... papa Rafia kasih lampu hijau....👍👍👍
2022-06-22
1