Yun Yi membuka matanya, ia merasa familiar dengan ruangan ini.
"Putri kecil ibu sudah bangun ternyata." Suara wanita terdengar, dan langkah kaki yang begitu lembut.
Yun Yi membulatkan matanya ketika ia dengan jelas melihat siapa wanita tersebut.
"Xiao Lin selamat pagi menjelang siang, sayang." Sapa nya dengan senyum indah.
"Kau tidur dengan nyenyak ya? Sampai-sampai kau baru bangun. Biasanya kan kamu yang lebih dulu bangun di bandingkan dengan Ayah dan ibu." Wang An terus mengoceh, dan Yun Yi terus menatap wanita dengan senyum indah itu.
"Apakah kamu mau mandi? atau mau makan dulu?" tanya nya.
Yun Yi ingin berbicara, akan tetapi walaupun mulutnya terbuka, tapi tidak ada suara apa pun yang keluar. ketika ia merentangkan tangan nya.
alangkah terkejutnya ketika Yun Yi melihat tangannya yang menjadi kecil.
Dan apakah ia sedang bermimpi?
Kenapa ada ibunya di sini?
Tapi sentuhannya terasa nyata bagi Yun Yi, apakah ia benar-benar bermimpi? Atau apa?
"Xiao Lin ibu mari kita mandi terlebih dulu." Tubuh Yun Yi melayang, ia di dekap oleh ibunya. Mata Yun Yi sedari tadi pun tidak lepas dari Wang An.
Yun Yi senang bisa melihat wajah ibunya kembali, sangat senang.
Kenangan ia bersama Wang An dan juga Xiao Zhen, Ayahnya, terlintas di ingatan Yun Yi. Ia mengeluarkan air mata, bahagia.
Melihat bayi kecil nya menangis, Wang An menjadi panik.
"Xiao Lin, putri Ibu, kamu kenapa nak?"
Dengan panik Wang An menimbang Yun Yi dengan pelan.
"Cup, cup, cup. Jangan nangis ya..." Wang An terus menimbang Yun Yi agar tidak menangis.
Cklek
"Ada apa ini?" Tanya pria yang baru saja masuk, Xiao Zhen.
Tangis Yun Yi berhenti, ia menoleh ke arah Xiao Zhen. Matanya berbinar, itu benar-benar Ayahnya, Ayah yang sangat ia rindukan.
Xiao Zhen menghampiri Wang An dan Yun Yi, "Kenapa dengan putri kecil kita, Wang An?" Tanya nya.
"Dia tiba-tiba menangis, aku kan jadi panik. Tapi ketika kamu masuk dia langsung diam, sepertinya dia sedang ingin bersama Ayahnya." Jelas Wang An, di akhiri senyum.
"Kalau begitu kemari." Xiao Zhen menggendong Yun Yi. Dia menatap mata hitam jernih dari anaknya.
"Apakah putri Ayah sedang merindukan ku?" Tanya Xiao Zhen.
Yun Yi dengan segera menganggukkan kepalanya, Wang An dan Xiao Zhen yang melihat itu tertawa.
"Dia sangat menggemaskan."
Setelah Wang An dan Xiao Zhen mengucapkan itu, tiba-tiba ruangan ini berubah. Dan Yun Yi tidak lagi menjadi seoang bayi kecil, ia sedang berdiri di depan cermin.
Di cermin itu menampilkan Yun Yi yang dulu, yaitu Xiao Lin. Dia sangat cantik dengan seragam SMA nya, dan rambutnya seperti biasa selalu terikat satu.
Yun Yi terdiam, mencoba mencerna semuanya.
Tok tok tok
Ketukan pintu membuat lamunan Yun Yi buyar, ia menoleh dan menatap ke sekelilingnya. Ini benar-benar kamarnya pada saat dirinya masih duduk di bangku SMA, di mana dia belum masuk ke organisasi itu.
Tapi bukankah ia hidup sendirian? Lalu kenapa ada yang mengetuk pintu kamarnya? Dan siapa?
Yun Yi melangkah, ia membuka pintu.
Cklek
Mata Yun Yi membesar, melihat siapa orang yang mengetuk pintu kamar nya.
"Ibu?" Gumam Yun Yi lirih, nyaris hampir tidak terdengar.
Yun Yi bergetar, bukankah ibunya sudah tidak ada ketika ia beumur enam tahun, lalu... Apa ini?
"Xiao Lin kamu kenapa?" Tanya Wang An ketika melihat mata Yun Yi yang mulai memerah, menahan tangis.
"Ah, tidak aku tidap apa-apa." Yun Yi mengusap air matanya yang keluar.
"Apakah kamu menonton drama lagi?" Tanya Wang An, ia bersedekap dada, seolah tengah kesal.
"Ya?" Sejak kapan dirinya suka menonton drama?
"Sepertinya benar." Wang An mengangguk.
"Lain kali kalau mau menonton drama, jangan di lakukan saat mau sekolah, bisa-bisa nanti kamu terlambat ke sekolah Xiao Lin." Setelah mengucapkan itu, Wang An menarik Yun Yi turun.
"Ayo cepat, kai harus sarapan terlebih dulu. Jam masuknya juga masih agak lama." Ucap Wang An.
Sedangkan Yun Yi yang di tarik seperti itu hanya bisa terdiam, ia menatap tangan nya yang di genggam oleh Wang An.
'Rasanya seperti nyata, dan bukan mimpi.' Yun Yi membatin.
'Jika benar-benar mempi, bisakah aku terus di sini?' batin Yun Yi, ia bertanya pada dirinya sendiri, terutama hati kecilnya.
Sesampainya di sampin meja makan, genggaman itu terlepas. Wang An menatap Yun Yi lalu berucap.
"Ada apa Xiao Lin? Kenapa diam saja?" Tanya Wang An.
"Tidak, hanya sedang memikirkan sesuatu saja." Yun Yi menggeleng, ia menatap semua makanan yang di sediakan di meja. Itu semua adalah makanan kesukaannya.
"Cepatlah duduk, kau tidak perlu menunggu Ayahmu. Sekarang kamu harus makan dulu, supaya tidak terlambat pergi ke sekolahnya." Wang An menarik Yun Yi untuk duduk.
Stelah Yun Yi duduk, Wang An menyerahkan satu mangkuk nasi, dan Yun Yi menerimanya.
Tak tak tak
Suara langkah kaki membuat atensi Wang An dan Yun Yi beralih. Xiao Zhen yang baru turun dan langsung di tayap itu tersenyum.
"Selamat pagi bidadari-bidadari cantik ku." Xiao Zhen menghampiri Wang An, lalu memeluknya, begitupun Yun Yi.
Yun Yi yang mendapat pelukan tiba-tiba seperti itu membulatkan matanya.
'Hangat, sangat nyaman.' batin Yun Yi.
Setelah Xiao Zhen melepaskan pelukannya ia pun duduk di kursinya.
Ketika Wang An dan Xiao Zhen sudah mulai makan, beda halnya dengan Yun Yi. Dia terus terdiam, kepalanya tengah berpikir.
Semua ini tidak mungkin terjadi, dan jika mimpi... ini seperti berbeda dari mimpi-mimpi sebelumnya.
Entah kenapa walau Yun Yi merasa nyaman dan bahagia, tapi ada rasa aneh juga. Tapi Yun Yi pun tidak tahu rasa aneh seperi apa yang ia rasakan.
"Xiao Lin." Panggilan dari Wang An membuat Yun Yi tersadar.
"Iya kenapa?" Yun Yi menoleh.
"Kenapa kamu belum memakannya? Cepatlah, kalau kamu tidak segera makan nanti kamu bisa telat sekolah." Ucap Wang An, ia menaruh sepotong daging di atas nasi milik Yun Yi.
'Ini yang aneh.' batin Yun Yi.
Yang Yun Yi tahu, ibunya tidak akan memberi dirinya satu mangkuk nasi dan menaruh daging di atasnya. Yang Yun Yi ingat sewaktu ia baru memasuki umur enam tahun, ibunya selalu meberinya satu mangkuk sayur yang telah di campur dengan nasi.
Ibunya juga selalu bilang "Kau harus lebih banyak memakan sayur di bandingkan dengan daging." Dan Ayahnya pun selalu mengangguk dan mengucapkan.
"Daging juga baik untuk tubuh, tapi jika terlalu banyak memakan daging itu tidak bagus."
Jadi untuk satu hari Xiao Lin kecil hanya di beri satu bangkuk daging tapi daging itu selalu di masak dengan sayuran lainnya.
Mata Yun Yi beralih ke meja, di sana daging dan sayur di pisah. Di dekat Yun Yi pun tidak ada sayur sama sekali.
"Ibu, bukankah ibu bilang sayur itu lebih baik di bandingkan dengan daging?" Yun Yi menatap Wang An.
Wang An yang di tatap mengerutkan keningnya, "Kapan ibu berbiara seperti itu?" Tanya nya.
Mendengar itu Yun Yi segera berdiri dari duduknya. "Kalian bukan mereka." Gumam Yun Yi.
"Kalian bukan Ayah dan Ibuku! Kalian siapa?!" Yun Yi berteriak dengan air mata yang tiba-tiba turun begitu saja.
...🔸️To Be Continued🔸️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
ciru
cakeep
2023-12-02
0
Kania Rahman
👍👍💪💪🥰🥰
2023-06-07
0
Sribundanya Gifran
lanjut thor
2023-06-06
0