...▪■▪■▪■▪...
Di pagi hari Yun Yi sedang berolahraga di belakang Paviliun, ia harus melatih fisik dari tubuh barunya ini. Tubuh barunya ini masih lemah, ia juga berencana untuk pergi keluar. Melihat pasar yang ada di zaman ini sekaligus membeli beberapa herbal yang akan ia racik untuk menghilangkan racun yang ada di tubuhnya ini.
Walau kemarin Tabib Ao sudah memberikan ramuan untuk menghilangkan racun yang ada di tubuhnya ini. Namun, itu bekerja sangat lambat. Dan Xiao Lin adalah salah satu dari sekian banyak orang yang tidak suka sesuatu yang membuatnya menunggu lama. Jadi dia akan membuat ramuannya sendiri.
"Huft, untuk hari ini sepertinya cukup." Ujar Yun Yi.
"Ah, aku sangat lapar."
Setelah mengatakan itu Yun Yi memasuki kediaman lalu memanggil Lan Mei. Ketika Lan Mei Masuk ia langsung membungkuk lalu berkata "Budak ini memberi salam kepada Nona kedua."
"Hm, bangkit."
"Terima kasih Nona."
"Lan Mei, tolong tunjukan dapur yang ada di Fu ini. Hari ini aku ingin memasak makananku sendiri." Jelas Yun Yi.
Lan Mei terdiam, apa dirinya tidak salah dengar? Nonanya ingin memasak? Sendiri?!
"Ah, Nona. Mohon maaf jika Nubi lancang. Tetapi bukankan anda tidak bisa memasak?" Tanya Lan Mei dengan hati-hati, takut Nona-nya ini marah.
"Apakah kau pernah melihatku memasakak Lan Mei?" Bukannya menjawab Yun Yi kini malah melontarkan pertanyaan balik kepada Lan Mei.
"E.. itu, anu. Budak ini tidak pernah melihatnya." Jawab Lan Mei gugup.
"Ya sudah."
Berjalan mengikuti Lan Mei, Yun Yi sesekali melihat sekeliling, banyak pasang mata yang menatapnya dengan pandangan merendahkan, menghina, dan ada juka sebagian yang menunduk hormat.
Yun Yi hanya acuh saja terhadap para pelayan itu, ia melanjutkan langkahnya dengan tegas, seolah berkata bahwa ia tidak peduli terhadap pandangan mereka.
Sesampainya di dapur, Yun Yi langsung masuk lalu melihat ke sekeliling-nya. Dapur itu cukup luas, dengan meja-meja di pinggiran yang di atasnya terdapat banyak bahan makanan lalu di bawah meja pun juga sama. Lalu di tengah ruangan terdapat dua tungku perapian tempat memasak.
Yun Yi berjalan mendekati meja-meja itu, memilih beberapa sayuran, ayam, dan beberapa bumbu dan rempah.
"Nona, anda akan memasak apa?" Tanya Lan Mei.
"Rahasia." Ucap Yun Yi dengan mengedipkan matanya sebelah.
Setelah mengucapkan itu Yun Yi mulai berkutat dengan peralatan masak.
Beberapa saat kemudian Yun Yi telah menyelesaikan semua masakannya, ia memasak sup wonton, sup bunga teratai, tumis daging, dan beberapa tumis sayuran lainnya.
"Lan Mei, bawa makanan ini ke gajebo depan. Aku akan makan di sana." Titah Yun Yi.
"Oh, dan jangan lupa panggil Ayah." Lanjutnya.
"Baik, Nona."
Alasan utama memanggil Jendral Huang adalah, agar laki-laki terus memperhatikannya. Saat ini dirinya takut orang-orang yang tidak suka pada pemilik tubuh asli ini berulah. Dengan adanya dukungan Jendral Huang, setidaknya dirinya akan aman untuk sementara.
Yue Yin berjalan ke gajebo dekat dapur, lalu duduk menunggu jendral Huang.
"Yi'er."
Merasa ada yang memanggilnya Yun Yi pun menoleh, di sana Jendral Huang tengah berdiri di ambang pintu gajebo dengan tangan kanan yang di lipat kebelakang.
"Ayah mari makan." Ajak Yun Yi.
Jendral Huang kira kalau ajakan dari Yun Yi untuk sarapan bersama adalah ilusinya. Namun, ketika ia kini mendengar dari mulut Yun Yi sendiri mambuat hatinya di penuhi dengan musim semi.
"Ayah, kenapa melamun terus. Ayo duduk, kita sarapan bersama." Ucap Yun Yi, apa Jendral Huang tak ingin sarapan bersamanya, pikir Yun Yi.
"Ah, aku kira Lan Mei berbohong tantang kau yang mengajak aku sarapan bersama. Dan ternyata tidak. Itu membuat Aku agak terkejut." Jelas Jendral Huang.
"Apakah sebelumnya aku tidak pernah mengajak Ayah makan bersama?" Tanya Yun Yi dengan wajah bingung.
"Ya, benar."
"Kalau begitu ini pertamakalinya?" Tanya Yun Yi lagi.
"Benar. Kau belum pernah mengajakku sarapan bersama. Mungkin karena aku yang terlalu sibuk dengan pekerjaan." Sahut Jendral Huang.
Mendengar penjelasan dari Jendral Huang Yun Yi tidak lagi bertanya maupun berkata apapun. Dan tanpa ia sadari Jendral Huang kini sudah duduk di hadapannya.
"Yi'er. Kenapa malah kau yang melamun?"
"Ah tidak apa-apa."
"Kalau begitu ayo makan." Ajak Jendral Huang.
Jendral Huang mengambil sumpit lalu mulai mengisi mangkuk Yun Yi dengan berbagai macam sayuran. Lalau berkata,
"Makanlah sayuran yang banyak, ini baik untuk tubuh."
"Baik Ayah." Ucap Yun Yi dengan senyum kecil. Ia merasa bahagia di perlakukan seperti ini oleh Jendral Huang. Walaupun Jendral Huang bukan Ayah kandungnya, tapi ia sangat bahagia.
Ini adalah kali pertama, dirinya duduk bersama dengan seseorang yang di sebutkan Ayah. Di kehidupan sebelumnya, dirinya di besarkan oleh Ayah yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Dirinya dah Ayah kandungnya, tidak terlalu akrab.
"Oh ya, Ayah. Aku ingin meminta ijin pergi keluar rumah." Ucap Yun Yi di sela-sela makannya.
"Ingin kemana? Dan ada perlu apa?" Tanya Jendral Huang.
"Aku ingin berjalan-jalan di pasar dan aku ingin mencoba mengembalikan ingatanku yang dulu." Jawab Yun Yi menatap Jendral Huang dengan penuh harap.
Melihat mata Yun Yi yang bersinar antusias membuat Jendrla Huang tak berdaya.
"Baiklah At ah ijinkan."
"Yey, terimakasih Ayah."
'akhirnya'. Batin Yun Yi, berseru senang.
"Tapi dengan satu syarat." Ucapan Jendral Huang mendadak membuat kebahagiaan Yun Yi memudar.
'mengapa harus ada syaatnya.' batin Yun Yi menjerit.
"Syaratnya, Ayah akan ikut denganmu." Ucap Jendral Huang dengan tegas, kentara sekali kalau tidak ingin di bantah.
"Baiklah." Lain di mulut lain lagi di hati.
Walaupun ia berucap begitu, tapi Yun Yi terus saja menjerit di dalam hati. 'mengapa harus ikut sih.' batin Yun Yi berteriak.
Setelah menyelesaikan sarapannya, kini Yun Yi tengah berjalan bersama Ayahnya menuju gerbang Kediaman Huang. Di sana sudah ada satu kereta kuda dan juga satu kuda yang terlihat cukup mewah.
"Ayah, bisakah kita menaikki kuda saja?" Tanya Yun Yi.
"Kau ingin menaikki kuda Yi'er?" Tanya balik Jendral Huang.
Yun Yi mengangguk cepat, matanya berbinar cerah. "Benar, aku ingin menaikki kuda."
"Baiklah. Chu xi ambilkan dua kuda yang bagus." Titah Jendral Huang pada pengawal pribadinya.
"Bawahan ini mematuhi perintah."
Setelah Chu Xi pergi kini Yun Yi tengah menanti kuda yang seperti apa yang akan ia naikki. Jendral Huang yang melihat mata Yun Yi yang bersinar tanpa sadar menyunggingkan senyumnya.
Jendral Huang terkekeh, "Sepertinya kau sudah tidak sabar ya." Ucapnya.
"Benar. Aku tidak sabar melihat pasar. Pasti akan sangat menyenangkan." Yue Yin pun tanpa sadar bertingkah seperti anak kecil, padahal dulunya ia adalah pemimpin dari organisasi pembunuh bayaran.
"Oh! Dan juga pasti banyak camilah enak." Lanjutnya.
Yun Yi menoleh ke arah Jendral Huang.
"Ayah?" Yun Yi agak heran dan kaget ketika Jendral Huang tengah menatapnya dengan senyum lembut.
"Sudah lama Aku tidak melihat senyum ceriamu ini Yi'er. " Jantung Yun Yi berdetak dua kali lipat kala Jendral Huang mengusap puncuk kepalanya dengan penuh kasih.
'Beginikah rasanya di sayang Ayah?' Batin Yun Yi.
...🔸️To Be Continued🔸️...
*
*
*
Terimakasih sudah membaca. (◍•ᴗ•◍)❤
Revisi ✔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Rangiku Gin
bahagialah Yun Yi / Xiao Lin ❤🥰
eh bener yaakk?? maaf klo salah wkwkw 🙏🏻
2024-05-23
0
ciru
cakeepp
2023-12-01
1
RS
mampir,,semoga menarik semangat Thor
2023-06-21
0