Tersadar kalau dia memeluk Raja Xin sembaranga, ia segera melepaskan pelukannya.
"Maaf, maaf. Aku tidak sengaja, itu refleks begitu saja." Ujar Yun Yi, gugup.
Raja Xin menggeleng sambil tersenyum, "Tidak perlu minta maaf, aku senang kamu mau memelukku seperti tadi." Sahut Raja Xin.
Yun Yi mengangguk. Saat Raja Xin ingin kembali memeluk Yun Yi.
"Ekhem, maaf jika Zhen menganggu Raja Xin." Kaisar Xi tersenyum kecil.
'Ternyata Raja Xin bisa dekat dengan wanita, ku kira dia tidak akan luluh terhadap wanita.' Kaisar Xi membatin.
Raja Xin mengubah raut wajah nya menjadi datar.
"Saya kira anda akan berbincang cukup lama dengan Jendral Huang." Ucap Raja Xin dengan penuh rasa kesal.
Yun Yi sedikit membungkukkan badannya ke arah Kaisar lalu berucap, "Yun Yi memberi salam kepada yang mulia kaisar."
"Kau boleh bangkit." Ucap Kaisar Xi yang di angguki oleh Yun Yi.
"Kau tidak perlu memberi salam kepadanya Yun Yi."
Yun Yi yang berada di samping Raja Xin melotot, ia memukul lengan Raja Xin pelan.
"A'Guang, dia adalah Kaisar. Kamu jangan berkata seperti itu." Ucap Yun Yi, khawatir kalau Kaisar Xi akan marah.
"Itu terserah padaku Yun'er. Dia juga pasti tidak keberatan." Ucap Raja Xin menyebut 'dia' pada Kaisar.
Sedangkan Kaisar Xi hanya bisa tersenyum. Namun, seakan sadar ada sesuatu yang ganjal, Kaisar Xi memicingkan matanya.
"Raja Xin, apakah anda memanggil Er'Xiăo Jiě Huang dengan 'Yun'er' ?" Tanya Kaisar Xi memastikan.
"Jika iya memangnya kenapa?" Tanya Raja Xin, balik.
"Apakah anda keberatan?" Lanjutnya.
"Tidak. Hanya saja Zhen tidak pernah melihat bahkan mendengar kalau anda dekat dengan seorang wanita." Papar Kaisar.
"Jadi, sekarang saya agak terkejut ketika anda memanggil Er'Xiăo Jiě Huang dengan sebutan 'Yun'er'." Lanjutnya, menyelesaikan ucapannya.
Jendral Huang yang baru saja datang mengernyit heran akan suasana aula yang agak aneh.
"Saya memberi salam kepada yang mulia kaisar dan Raja Xin." Salam Jendral Huang ketika sudah di depan Kaisar Xi dan Raja Xin.
Seperti biasa Raja Xin hanya mengangguk, dan Kaisar mempersilahkannya untuk berdiri.
Setelah itu, ruang aula menjadi hening kembali.
Melihat itu Yun Yi segera berucap, "Ayah, aku ingin kembali ke paviliun. Jadi saya mohon pamit."
Ucapan Yun Yi membuat Raja Xin terdiam untuk sesaat. Namun, setelah beberapa langkah lagi Yun Yi keluar dari aula ia pun berbicara.
"Jendral Huang, Raja ini sudah punya tanggal yang baik untuk pertunangan antara Raja ini dan juga Yun'er."
Kekagetan Jendral Huang datang bertubi-tubi, kaget karena Raja Xin sudah menentukan tanggal pertunangan antara putri ya dengan dia. Dan kaget karena Raja Xin memanggil Yun Yi dengan sebutan 'Yun'er'.
Untuk beberapa saat Jendral Huang terdiam linglung.
"Pertunangan?" Yun Yi mengurungkan niatnya untuk segera kembali ke paviliun nya.
"Benar, Raja ini sudah menemukan tanggal nya, Yaitu hari ketujuh musim semi esok." Raja Xin menganggukan kepalanya.
"Maaf jika saya lancang Raja Xin, hari ketujuh musim adalah dua minggu dari sekarang, apakah tidak terlalu cepat?" Jendral Huang mancoba untun membuat Raja Xin mengulur waktu pertunangan anaknya dengan dia.
"Tidak, menurutku itu adalah waktu yang lama." Ucap Raja Xin.
Melihat Raja Xin yang sepertinya tidak berniat mengganti tanghal pertunangan, Jendral Huang kembali berpikir keras.
"Raja Xin bukankah kerajaan mu sedang ada masalah." Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan. Raja Xin yang mendengarnya agak geram, kenapa ia harus di ingatkan lagi tantang itu.
Melihat wajah Raja Xin yang berubah menjadi marah, Yun Yi dengan panik melangkah ke samping sang Ayah.
Mata raja Xin bertemu dengan mata indah Yun Yi, kemarahannya tiba-tiba sirna begitu saja.
Raja Xin menghembuskan nafasnya pelan, "Baiklah, pertunangan Raja ini dengan Yun'er akan di laksanakan ketika masalah di kerajaan saya sudah selesai."
Ini pertama kalinya bagi Raja Xin mengalah dari orang lain, jadi dia sedikit agak aneh ketika melakukannya.
"Baik Raja Xin."
...> > > ✧✧✧ < < <...
Malam ini Yun Yi tengah menunggu Ayahnya yang sedang mengantar Kaisar dan Raja Xin yang akan pulang.
Selang beberapa saat kemudian, Jendral Huang pun datang.
Jendral Huang duduk di kursinya, lalu berucap.
"Yi'er ingin menanyakan apa?" Tanya Jedral Huang to the point.
"Aku sudah memeberikan pertanyaannya saat di pasar, dan karena Ayah yang selalu sibuk aku jadi belum mendapat jawabannya. Jadi, karena hari ini Ayah sedang agak senggang, aku ingin mendengarkan kisah tentang ibu ku." Yun Yi menjelaskan alasannya bisa ada di ruang kerja Jendral Huang saat ini.
Jendral Huang mengangguk, "Ibu mu adalah wanita tercantik, dan terhebat yang pernah Ayah temui." Jendral Huang memulai ceritanya.
... * Flashback *...
Hari itu adalah hari di mana Huang Ji Chen dan Qiu Ran Ran pertama kali bertemu. Sekaligus hari pertama Ji Chen berstatus menjadi suami putri ke sembilan Kekaisaran Xi, Xi Lan Fen.
Pernikahan Xi Lan Fen dan juga Huang Ji Chen bukan terjadi karena saling mencintai, tapi ini adalah pernikahan politik.
Ji Chen yang sedari dulu berjanji pada sang Ibu untuk menikah dengan perempuan yang ia cintai, dan akan ia jadikan istri utama di kediamannya.
Janji itu terpaksa ia ingkari karena titah dari Kaisar. Ibunya memang tidak marah, tapi bagi Ji Chen janji adalah hal yang harus di tepati sekalipun ia harus mengorbankan nyawa nya. Namun ia di cegah oleh Ibunya dan di minta agar menerima titah tersebut.
Ji Chen yang baru saja resmi menjadi suami dari Lan Fen, tidak pergi ke kamar pengantin untuk bertemu istrinya. Ia malah pergi ke barak pelatihan para prajurit untuk melampiaskan amarahnya.
Di barak, Ji Chen langsung pergi ke tempat latihan pedang. Di sana ia mendapati Qiu Ran Ran yang tengah berlatih pedang.
Qiu Ran Ran dengan seragam Jendral wanitanya berhasil membuat Ji Chen terpesona, dia terpaku di sana terus menerus menatap Ran Ran yang tengah berlatih.
Ji Chen langsung lupa dengan kemarahannya tentang pernikah politik itu.
Ran Ran yang menyadari keberadaan Ji Chen segera menghentikan latihannya, lalu berjalan me arah Ji Chen.
"Saya memeberi salam kepada Jendral beaar." Ran Ran memebei hormat kepada Ji Chen dengan anggun juga tengas.
"Tidak perlu formal." Sahut Ji Chen, agak acuh.
Wajahnya memasng terlihat seperti acuh, namun lain dengan hatinya yang tiba-tiba berdesir hebat, dan jantungnya yang berdetak semakin kencang.
'Kenapa ini?' tanya Ji Chen di dalam hati.
Melihat Ji Chen yang tiba-tiba terdiam, Ran Ran mengerutkan alisnya bingung.
"Jendral, anda tidak apa-apa kan?" Tanyanya.
Ji Chen mengangkat kepalanya, matanya membulat ketika wajah Ran Ran begitu dekat dengan wajahnya.
"Aaa..." Karena terlalu kaget, Ji Chen pun ter jungkal ke belakang.
Ran Ran yang melihat itu bernuat memebantu, namun ia malah ikut-ikutan terjatuh.
Bruk
...🔸️To Be Continued🔸️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
ciru
cakeepp
2023-12-02
0