"Yi'er!." Teriak Jendral Huang ketika melihat putrinya terjatuh cukup keras.
Jendral Huang berlari ke arah Yun Yi, "Yi'er, apakah ada yang sakit?" Tanya-nya cemas.
"Ayah, aku tidak apa-apa. Hanya terjatuh." Ucap Yun Yi, menenangkan Jendral Huang.
Jendral Huang mengangguk lalu memegang tangan Yun Yi untuk membantunya berdiri.
Meng Shu Li yang melihat Jendral Huang yang begitu peduli pada gadis yang tadi ia dorong, sangat terkejut. Setaunya Jendral Huang sangatlah dingin kepada siapapun termasuk istri sah nya, kecuali pada anak perempuan kedua dan Qiu Ran Ran.
Itu berarti orang di depannya benar-benar Nona kedua dari kediaman Huang. Setelah memikirkan itu entah kenapa perasaanya menjadi tidak enak.
Jendral Huang menatap Meng Shu Li dengan tatapan tajam, dia menggeram marah.
"Berani sekali putri dari mentri kecil seperti mu mendorong putri ku!"
Tubuh Meng Shu Li bergetar, antara marah dan takut, ketika sang Jendral menyebut 'putri mentri kecil'. Marah karena harus terlahir dari seorang 'mentri kecil' yang tak sehebat Jendral yang ada di depannya. 'Kenapa bukan aku yang menjadi putri kesayangan Jendral Huang?!' batin Meng Shu Li berteriak marah.
Dan takut akan aura kejam yang di keluarkan oleh Jendral Huang, yang di tujukan padanya.
"Maafkan saya Jendral Huang, saya tidak tahu kalau nona ini adalah nona kedua dari kediaman Huang." Ucap Meng Shu Li.
Matanya diam-diam menatap Yun Yi dengan tajam. Ia langsung mengalihkan pandangannya ketika Yun Yi memergokinya.
Jendral Huang menatap tidak suka pada Meng Shu Li.
"Kau seharusnya meminta maaf pada putri ku, bukan kepada Jendral ini."
Meng Shu Li mengepalkan tangannya, dia sama sekali tidak berniat meminta maaf pada Yun Yi.
Melihat itu Jendral Huang semakin memancarkan aura yang sangat menyesakkan, sampai beberapa orang yang tidak bisa ber-Kultivasi, yang sedang menonton drama perebutan sebuah Hanfu, pingsan karena tidak bisa bernafas.
Tubuh Meng Shu Li bergetar, dan dengan enggan Meng Shu Li menghampiri Yun Yi, kepala Meng Shu Li sedikit menunduk lalu berkata,
"Maafkan saya nona kedua Huang, anda bisa mengambil baju nya."
Dalam hati, Meng Shu Li terus mengumpati Yun Yi, dan nasibnya yang hanya putri mentri kecil.
"Baju itu sedari awal aku yang telah memesannya, jadi tentu saja baju itu akan ku ambil." Yun Yi berucap sambil menatap Meng Shu Li dengan senyum kemenangan nya.
Meng Shu Li yang melihat itu mengepal kan tangannya.
'S*alan, awas saja kau Huang Yun Yi!!' Meng Shu Li mengumpat dalam hati, dia tidak terima di perlakukan seperti ini oleh perempuan yang ada di depannya ini.
"Kalau begitu, saya pamin undur diri nona Meng." Setelah mengatakan itu Yun Yi segera menarik tangan Ayah nya menuju kasir.
"Yi'er apakah kau hanya ingin membeli satu Hanfu?" Tanya Jendral Huang, menatap Yun Yi dengan bingung.
"Iya Ayah. Hari ini aku sedang tidak mood berbelanja." Tanpa sadar Yun Yi mengucapkan kata yang berasal dari dunia-nya.
"Mud?" Gumam Jendral Huang penuh tanya, tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Yun Yi.
"Ah... Maksudnya tidak berselera, nah iya, tidak berselera." Ucap Yun Yi dengan panik, ia lupa kalau tempat yang ia tinggali sekarang sangat berbeda dengan tempat tinggalnya dulu.
"Oh, jadi Mud itu tidak berselera." Jendral Huang mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.
Melihat Jendral Huang yang tidak bertanya lagi, Yun Yi menghela nafas lega.
'untung saja Ayah tidak bertanya lebih banyak lagi.' batinnya.
"Kalau begitu, apakah masih ada tempat yang ingin Yi'er kunjungi?" Tanya Jedral Huang.
"Ada, aku ingin ke tempat pengrajin senjata. Apakah Ayah tahu di mana tempatnya?"
"Tentu saja Ayah tahu, kalau begitu ayo." Jendral Huang memegang pergelangan tangan Yun Yi dengan lembut, lalu mulai membawanya ke tempat pengrajin terbaik di kekaisaran ini.
Setelah cukup lama berjalan, akhirnya mereka sampai di depan bangunan berlantai dua dengan bertuliskan ' Dao dan Senjata' di depannya.
Yun Yi melangkah masuk mengikuti Jendral Huang, mata Yun Yi langsung berbinar kala melihat banyak sekali senjata-senjata yang di pajang di toko ini.
"Dari tampilan semua senjata yang ada di sini, sepertinya pengrajin ini sangat hebat. Bahannya pun sangat berkualitas, aku tidak melihat senjata dengan kualitas rendah di sini." Gumam Yun Yi.
"Yi'er."
Lamunan Yun Yi buyar, kala Jendral Huang memanggilnya. Yun Yi berbalik menatap sang Ayah.
"Iya?"
Jendral tersenyum melihat Yun Yi yang sepertinya menyukai senjata-senjata yang ada di sini. Terbukti dari tatapan Yun Yi yang berbinar melihat senjata yang di pajang di ruangan utama.
"Apakah ada senjata yang kamu sukai?" Jendral Huang bertanya dengan senyum yang tak pernah pudar. Rasanya dia menjadi orang yang paling bahagia hari ini.
"Entahlah, aku bingung Ayah." Yun Yi bersedekap dada, kembali menperhatikan senjata-senjata yang di pajang di dinding maupun yang di letakan di ats meja yang cukup besar.
"Bingung?" Jendral Huang mengerutkan alisnya, heran.
"Benar, sedari rumah aku berniat membeli satu belati dan satu set jarum akupuntur dengan bahan terbaik dan dengan ukiran yang indah." Yun Yi menjeda ucapannya, ia menghela nafas, lalu kembali berucap.
"Belati dan jarum akupuntur yang di pajang di sini semuanya seperti terbuat dari bahan dengan kualitas tinggi dan juga ukirannya unik sekaligus indah. Aku jadi bingung ingin membeli yang mana." Jelasnya.
Setelah mendengarkan penjelasan dari Yun Yi, Jendral Huang menganggukkan kepalanya mengerti.
"Kalau begitu pilih yang paling berkualitas di antara semua itu, karena itu mari kita bertanya ke pemilik toko sekalis pengrajin di sini." Ajak Jendral Huang.
"Benar juga, kenapa tidak terpikirkan ya." Yun Yi menepuk kening nya pelan, kenapa sekarang ia jadi sangat bodoh.
Jendral Huang menghampiri Yun Yi dengan wajah cemas, dia menangkup kedua pipi Yun Yi lalu matanya memerhatikan kening Yun Yi dengan seksama.
"Apakah ini sakit? Yi'er jangan memukul kening mu seperti tadi, kalau sakit bagaimana."
Yun Yi terkekeh kecil, dia sangan bahagia sekaligus terharu ketika Jendral Huang memerhatikan serta menghawatirkan nya.
"Ada yang bisa saya bantu?"
Jendral Huang dan Yun Yi menoleh ke arah sumber suara. Di tangga seorang pria yang sepertinya seumuran dengan Jendral Huang tengah melihat ke arah mereka dengan wajah yang tidak ramah tapi juga tidak dingin.
"Akhirnya kau turun juga." Jendral Huang berucap santai kepada pria yang ada di tangga itu. Seolah-olah mereka sudah saling kenal.
Pria yang sepertinya pemilik sekaligus pengrajin di toko yang mereka datangi itu tiba-tiba tertawa.
"Hahaha. Sudah lama kau tidak datang kemari Jendral besar, Huang Ji Chen."
"Ya, lama tidak bertemu Dao Xi Ling, sepertinya kau baik-baik saja." Sahut Jendral Huang.
Pria yang di panggil Dao Xi Ling itu tersenyum. "Apakah kau memerlukan pedang untuk para Prajurit?" Tanya nya.
"Tidak, bukan para Prajurit-ku yang membutuhkan senjata. Tapi anakku, Huang Yun Yi." Jelas Jendral Huang, tangannya menepuk puncuk kepala Yun Yi dengan sayang.
"Jadi dia adalah putri dari Ran Ran." Dao Xi Ling berseru dengan penuh semangat, dengan langkah yang cukup tergesa-gesa dia menghampiri Yun Yi. Mata Dao Xi Ling terus mengamati Yun Yi dari atas sampai bawah.
"Kau benar-benar mirip dengan Ran Ran, apalagi mata kelabu keunguan itu."
Jendral Huang yang sudah jengkel dengan kelakuan sahabatnya itu menarik pundak Dao Xi Ling, menjauh dari Yun Yi.
"Sudahlah Xi Ling jangan membuat anakku tidak nyaman karena kelakuan mu." Tegur Jendral Huang, yang di samput anggukan oleh Yun Yi.
Jendral Huang yang melihat itu, ia tersenyum kecil ke arah Dao Xi Ling. Dao Xi Ling yang melihat itu mendengus.
"Ayah dan anak sama saja." Gumamnya lirih.
"Baiklah, baiklah. Mari masuk ke ruangan sebelah, di sana senjata dari mulai belati, pedang, cambuk, panah bahkan ada jarun akupuntur, dengan kualitas yang lebih baik di bandingkan dengan senjata yang ada di ruangan ini." Ajak Dao Xi Ling sambil menjelaskan.
Jendral Huang dan Yun Yi mengangguk secara bersamaan, lalu mereka mengikuti langkah Dao Xi Ling.
Mata Yun Yi membulat, melihat berbagai macam senjata yang ada di ruangan kedua ini.
"Wah, belatinya sangat cantik. Ukiran Phoenix nya lebih detail."
"Wah bahkan yang ini Phoenix nya membawa bunga."
"Jarum perak ini sangat mengagumkan, ini terlihat tipis tapi sangat kuat."
Mungkin saking kagumnya Yun Yi tanpa sadar menyentuh berbagai senjata yang menarik perhatiannya. Yun Yi juga sepertinya lupa kalau masih ada Ayah dan Dao Xi Ling di ruangan ini.
Yun Yi terus melangkah mencari lalu mengamati belati dan juga jarum akupuntur yang menarik di matanya.
Jendral Huang yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia tersenyum melihat tingkah laku Yun Yi yang belum pernah dia tunjukan padanya.
"Ji Chen, anak perempuan mu sangat berbeda dengan anak perempuan lainnya. Bukankah biasanya mereka lebih menyukai Hanfu dan perhiasan mewah, kenapa anakmu malah menyukai hal seperti ini?" Heran Dao Xi Ling, sedari tadi dia terus mengamati apa saja yang Yun Yi lakukan, dari mulai menghampiri belati Blue Blade nya, memegangnya, menilainya, lalu mengaguminya. Terus saja seperti itu.
"Apa dia lupa kalau masih ada kita di sini?" Walau tak mendapati sahutan apapun dari Jendral Huang, Dao Xi Ling terus saja bertanya dan bertanya.
Sebenarnya Jendral Huang mendengar semua pertanyaan yang di ajukan Dao Xi Ling, tapi karena dia tidak ingin melewatkan kesempatan mengamati Yun Yi yang bertingkah imut (menurut Jendral Huang) seperti ini, dia terus mengabaikan Dao Xi Ling.
Yun Yi yang sadar akan kelakuan randomnya, ia segera berdiri tegak.
"Ekhem. A-ayah, aku ingin membeli belati dan Jarum akupuntur ini." Ucapnya mencoba bertingkah biasa saja, seolah kejadian tadi hanyalah hayalan belaka.
Jendral Huang tersenyum melihat Yun Yi yang tengah merasa malu karena kelakuannya sendiri, dia menghampiri Yun Yi, lalu berucap.
"Baikalah, mari beli yang ini."
Melihat Jendral Huang dan Yun Yi yang kembali ke kasir, Dao Xi Ling mendengus kesal. Ia pun mengikuti Jendral Huang dan Yun Yi dengan langkah yang sengaja ia hentak-hentakan ke lantai, seolah memeberi tahukan kepada mereka bahwa ia sedang kesal.
"Yi'er, tidak akan membeli pedang atau cambuk?" Tanya Jendral Huang.
"Tidak Ayah, tapi aku ingin membuat panah dengan desain, yang sudah aku gambar." Jawab Yun Yi memperlihatkan gulungan kertas yang ia bawa.
"Yi'er membuat desainnya sendiri?" Alis Jendral Huang mengerut bingung, setaunya Yun Yi tidak pandai dalam membuat desain, yang ia tahu Yun Yi hanya suka membaca buku dan tidak pernah melakukan hal lainnya.
"Benar, apakah Ayah tidak percaya?" Ucap Yun Yi dengan air mata membendung.
Entah kenapa tiba-tiba dia menjadi sangat sensitif. Apakah mungkin ini karena dorongan dari pemilik tubuh ini?
...🔸️To Be Continued🔸️...
Revisi ✔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
ciru
cakeepp
2023-12-01
1
Wanda Wanda i
kereeen
2023-09-22
0