...▪■▪■▪...
Di perjalanan, Yun Yi memerhatikan sekitarnya dengan seksama, ini pertama kalinya ia keluar dari kediaman Huang.
Baru saja keluar dari gerbang Yun Yi langsung di suguhi pemandangan yang sangat menakjubkan. Di sepanjang mata memandang, Yun Yi selalu mendapati berbagai pohon bunga yang tengah bermekaran.
Jendral Huang mengamati setiap ekspresi Yun Yi. Dirinya seperti melihat sosok selir kecilnya di setiap senyum Yun Yi.
'Ran'er, kalau kamu masih hidup, mungkin saat ini kita tengah berjalan bersama untuk bermain.' Jendral Huang menggumam dalam hati, sambil teringat senyum cerita Qiu Ran Ran, ibu Yun Yi.
Sesampainya di pasar, Yun Yi segera turun dari kudanya lalu menyerahkannya pada pengawal. Setelah merapihkan pakaian nya Yun Yi segera menyusul sang Ayah yang sudah cukup jauh berjalan.
Yun Yi berlari sambil berteriak, "Ayah tunggu."
Jendral Huang yang mendengar suara Yun Yi langsung menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang, manatap Yun Yi yang terlihat kesusahan berlari menggunakan hanfu.
"Menggemaskan." Gumam Jendral Huang dengan senyum yang semakin lebar.
"Ayah kenapa malah meninggalkan aku." Gerutu Yun Yi, dia membungkuk seraya memegang kedua lututnya. Yun Yi mencoba mengatur nafasnya suapaya lebih tenang.
Dirinya agak kesal, padahal dia baru berlari dengan jarak yang tidak jauh. Namun karena tubuh ini tidak pernah berolahraga, jadilah dirinya begitu lemah.
'Kedepannya aku harus banyak berlatih.' Gumam Yun Yi dalam hati.
Melihat anak perempuannya yang terlihat kelelahan, Jendral Huang pun mengeluarkan air dari balik lengan Hanfu-nya.
"Minumlah." Ucap Jendral Huang menyodorkan sekantung air itu.
"Apa ini?" Tanya Yun Yi setelah menerima benda itu, bentuknya aneh. Yun Yi sampai tidak bisa menebak benda apa itu.
"Itu kantung yang berisi air. Sepertinya kamu membutuhkannya." Jawab Jendral Huang. Ia heran, mengapa Yun Yi tidak mengetahui benda yang di pegangnya. Ah, benar juga, anaknya kan sedang dalam keadaan hilang ingatan.
Tapi mungkinkah sampai separah ini?
"Kantung? Isi air?" Gumam Yu Yi, yang masih di dengar Jendral Huang.
Yun Yi teringat sebuah film yang pernah ia tonton di kehidupannya yang dulu. Benda ini memang terbuat dari kulit seperti yang ada dalam film, namun bentuk dan kualitasnya tidak sama.
Tanpa berpikir panjang Yun Yi langsung meneguk nya.
"Huah... Segarnya." Ujar Yun Yi. Rasa hausnya pun telah hilang, dengan beberapa teguk saja.
Air di era ini terasa lebih segar di banding di zaman modern.
"Kalau begitu ayo pergi berbelanja." Ajak Jendral Huang mengulurkan tangannya.
Yun Yi menerima uluran itu, lalu mereka mulai berjalan. Jendral Huang mengambil kembali kantung itu lalu memasukannya ke dalam lengan Hanfu.
"Ayah, kemana perginya kantung tadi?" Tanya Yun Yi yang merasa heran dari mana muncul dan menghilang nya benda tadi.
"Tentu saja ke dalam cincin ruang." Jawab Jendral Huang.
Mata Yun Yi berbinar, ternyata cincin ruang yang di tulis di novel benar-benar ada.
"Mau melihatnya?" Tanya Jendral Huang ketika melihat wajah antusias dari Yun Yi.
"Mmm mm." Gumam Yun Yi menganggukan kepalanya beberapa kali.
Jendral Huang sedikit menggulung lengan Hanfu nya, memperlihatkan sebuah cincin giok hijau bercorak Naga dan burung Phoenix.
"Wah... sangat indah." Kagum Yun Yi, cincin itu benar-benar sangat indah. Giok hijau murni yang bercahaya disertai gambar Naga berwarna biru dan Phoenix yang berwarna merah keorenan, sangat cocok dengan kulit Jendral Huang.
"Apakah Yi'er ingin memilikinya?" Tanya Jendral Huang.
"Apakah boleh?" Tanya-nya balik.
"Tentu. Nanti Ayah akan carikan cincin ruang yang cocok denganmu di pelelangan." Jendral Huang tersenyum ketika melihat raut bahagia dari Yun Yi.
Dia benar-benar senang hari ini, bisa menggandeng, mengobrol serta melihat semua tingkah Yun Yi yang baru ia lihat pertama kalinya.Ia menyesal, kenapa tidak sedari dulu ia melakukan ini, kenapa baru sekarang.
Mulai sekarang, Jendral Huang bertekad, tidak akan menerima banyak pekerjaan di luar kota. Agar dapat menemani anaknya ini.
Ketika kepala Jendral Huang sedang di penuhi dengan penyesalan, tanpa sadar tangannya terulur mengusap puncuk kepalan Yun Yi dengan lembut.
"Maaf." Ucap Jendral Huang pelan.
Yun Yi yang mendengarnya berkerut heran, "Maaf kenapa Ayah?" Tanya-nya.
"Karena Ayah baru bisa meluangkan waktu Ayah sekarang. Maaf karena Ayah kurang memperhatikan mu dulu. Maaf..." Jendral Huang berucap dengan mata memerah, menahan air mata yang siap meluncur.
'Entah kenapa suasananya menjadi agak...' batin Yun Yi.
Yun Yi menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu meminta maaf, aku tau Ayah pasti banyak hal yang harus di kerjakan. Ayah juga tidak perlu meluangkan waktu untukku. Mulai sekarang biar aku yang meluangkan waktu untuk Ayah." Ucap Yun Yi terbawa suasana.
"Mungkin nanti aku akan memasak makan siang untuk Ayah." Lanjutnya.
"Mmm, tapi masak apa ya?" Yun Yi memiringkan kepalanya, dengan jari telunjuk yang berada di dagunya.
Jendral Huang tertawa kecil ketika melihat tingkah laku anaknya. Tangan nya kembali terulur mengusap puncuk kepala Yun Yi.
"Yi'er, kamu benar-benar sangat menggemaskan." Ucap Jendral Huang dengan suara tawa yang semakin kencang.
"Ih... Kenapa Ayah malah tertawa. Bukannya bantu aku untuk memikirkan menu apa yang akan ku masak nanti." Ujar Yun Yi menggembungkan pipinya, kesal.
"Apa saja yang Yi'er masak pasti Ayah akan memakannya." Kata Jendral Huang.
"Baiklah, apa saja. Jangan salahkan aku kalau masakannya tidak sesuai dengan selera Ayah." Putus Yun Yi.
"Baiklah."
Setelah berdebat kecil, sepasang Ayah dan anak itu kembali melanjutkan langkah nya. Setelah beberapa saat mereka berjalan, mata Yun Yi seketika langsung berbinar. Di depannya banyak sekali kios-kios yang menjual berbagai macam makanan.
"Ayah ayo beli tanghulu." Ajak Yun Yi menunjuk penjual tanghulu yang sedang berkeliling di sekitar jalanan pasar.
Jendral Huang mengangguk lalu ia di tarik cukup keras oleh Yun Yi yang sedang tergesa-gesa menghampiri penjual tanghulu tadi.
Yun Yi langsun membeli tiga tanghulu sekaligus, dan Jendral Huang hanya bisa menurutinya saja. Setelah embeli tanghulu Yue Yin menghampiri penjual kue di sana ia membeli berbagai macam kue.
"Ayah, mau mencoba kue bunga mawar ini? Rasanya enak loh." Tawar Yun Yi.
"Tidak Yi'er saja yang makan." Tolak Jendral Huang secara halus.
"Baiklah." Ucap Yun Yi mengangguk-anggukan kepalanya smbil memakan kue mawarnya.
"Yi'er mari membeli beberapa gaun." Ajak Jendral Huang ketika melihat Yun Yi yang mulai bosan dengan keadaan pasar.
"Baiklah, tapi setelah itu mari pergi ke tempat pembuatan senjata." Ujar Yun Yi ketika teringat dengan tujuannya pergi ke pasar.
"Sesuai keinginanmu Yi'er."
Jendral Huang membawa Yun Yi ke sebuah toko Hanfu yang paling terkenal di Kekaisaran Xi. Memasuki tempat itu Yun Yi langsung di suguhkan dengan berbagai macam model Hanfu dengan warna yang beragam.
"Yi'er, pergilah memilihin Hanfu yang kau suka." Ucap Jendral Huang.
Yun Yi mengangguk lalu mulai melihat-lihat Koleksi Hanfu yang ada di toko ini. Setelah beberapa saat matanya langsung tertuju pada hanfu berwarna hitam dengan corak burung Phoenix berwarna emas.
"Pelayan tolong bungkus yang ini." Titah Yun Yi pada pegawai toko yang sedari tadi mengikutinya berkeliling.
"Tunggu." Belum sempat sang pelayan berucap, ada sebuah suara yang menghentikan pelayan itu.
"Hanfu itu akan nona ini beli." Ucap perempuan itu dengan nada sombong.
"Maaf nona Meng, tapi nona kedua Huang yang memilihnya terlebih dulu." Ucap pelayan tersebut, mencoba membuat Perempuan yang di panggil Meng itu mengerti.
"Apa kau mencoba menentang ku?!" Tanya Meng Shu Li, marah.
"Bukan seperti itu..."
"Jika bukan, lalu kenapa kamu tidak melakukan perintahku?!" Selanya, ganas.
Suasana hati Yun Yi berubah 180° dengan kedatangan Nona sombong di depannya.
"Nona Meng, Hanfu ini saya yang lebih dulu melihatnya dan saya juga yang lebih dulu memesannya. Jadi itu artinya Hanfu ini adalah milik saya." Jelas Yun Yi tenang.
"Siapa kau yang dengan berani memotong pembicaraan nona ini." Meng shu Li mendengus, memandang rendah ke arah Yun Yi.
"Maaf saya telat memperkenalkan diri." Ucap Yun Yi sedikit membungkukakn kepalanya.
"Saya Huang Yun Yi. Putri ke dua dari kediaman Jendral Huang." Lanjutnya memperkenalkan diri.
Setelah mendengar apa yang di ucapkan Yun Yi, orang-orang di sana mulai berbisik.
"Bukan kah banyak yang berkata bahwa Nona kedua dari kediaman Huang adalah gadis dengan wajah buruk rupa. Lalu siapa gadis cantik yang mengaku Nona kedua Huang di depan kita ini?"
"Saya juga tidak tahu siapa gadis ini, tapi sepertinya dia benar-benar Nona kedua dari kediaman Huang. Lihatlah liontin giok yang dia pakai." Tunjuknya paja liontin yang tergantung di sabuk pinggang Hanfu Yun Yi.
"Ternyata rumor itu bohong, nyatanya Nona kedua dari kediaman Huang sangat cantik."
"Benar, nona kedua dari kediaman Huang sangatlah cantik."
Mendengar pujian orang-orang yang bukan di tuju pada-nya, Meng Shu Li marah.
'Harusnya aku yang di beri pujian seperti itu.' batin Meng Shu Li, marah.
Dengan kemarahan di hatinya Meng Shu Li segera mengambil baju itu dari tangan sang pelayan, Karena tak siap akhirnya pelayan itu terjatuh akibat tarikan kuat Meng Shu Li.
Bruk
"Aduh." Ringis sang pelayan.
Yun Yi yang melihat itu segera membantu pelayan itu berdiri.
"Apakah kamu tidak apa-apa?" Tanya Yun Yi.
"Saya tidak apa-apa Nona."
Setelah membantu pelayan tersebut, Yun Yin berbalik ke arah Meng Shu Li yang sedang berjalan ke arah kasir. Merasa tidak terima karena baju yang ia suka di rebut, dengan cepat Yun Yin berjalan ke arah Meng Shu Li. Ia menarik lengan Hanfu Meng Shu Li dengan keras yang membuatnya hampir terjatuh ke belakang.
"Apa-apaan kamu. Berani menarik Hanfu nona ini." Kesal Meng Shu Li.
Dengan marah Meng Shu Li pangsung mendorong Yun Yin dengan kasar, Yun Yin yang di dorong secara tiba-tiba pun akhirnya terjatuh.
Bruk
"Yi'er!."
...🔸️To Be Continued🔸️...
Revisi ✔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
ciru
cakeep
2023-12-01
1
Wanda Wanda i
nah Lo mampus kan
2023-09-22
0