...▪■▪■▪■▪...
Di sebuah ruangan dengan nuansa kuno, terbaring seorang gadis dengan wajah yang sangat pucat dan di sebelah nya ada seorang gadis mengenakan baju pelayan sedang menangis sesegukan.
"Nona, budak ini mohon jangan tinggalkan budak ini." Ucapan penuh harap itu terdengar sangan menyayat hati. Tangan kecilnya terus menggoyang-goyangkan tubuh gadis mungil yang di panggil Nona itu.
Wajah gadis mungil yang tadi nya sangat pucat kini terlihat ada sedikit rona merah.
"Enghhh." Sebuah lenguhan keluar dari bibir kecil itu.
"Nona? Nona sudah sadar?!" Pelayan itu kaget sekaligus senang ketika mendengar lenguhan yang keluar dari bibir Nonanya.
"Nona tunggu sebentar, Nubi akan memanggil kan Tabib¹ ." Pelayanan itu segera berlari ke arah luar dengan tergesa-gesa.
Setelah melihat pelayan itu keluar Xiao Lin duduk bersandar ke kepala ranjang.
"Di mana ini?" Gumamnya pada diri sendiri.
Tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit, seperti ada batu besar yang menimpa nya. Perlahan sebuah memori melintas di kepalanya. Ingatan tentang penyiksaan yang diterima Huang Yun Yi dari salah satu Selir sang Ayahanda. Yaitu selir utama dan juga sang anak. Tentang bagaimana ia di hina oleh orang-orang dari kekaisaran karena wajah nya yang penuh dengan jerawat. Namun satu yang sangat menonjol, Ayahnya Huang Jichen adalah orang yang selalu membela dan menyayanginya. Huang Jichen selalu memanjakan Yun Yi, ia tak merasa malu mempunyai anak yang di juluki 'si buruk rupa'.
Kasih sayang yang di berikan Jichen pada Yun Yi membuat hati Huang Mei Yan memanas, ia juga ingin mendapat kasih sayang yang lebih dari sang Ayah. Dan inilah salah satu alasan mengapa Selir utama selalu menyiksa Yun Yi ketika sang Jendral Huang tidak ada di kediaman.
Setelah itu rasa sakit yang Xiao Lin terima berangsur-angsur membaik.
"Tenang saja aku akan membantu mu untuk membalas dendam, Yun Yi." Ujar Xiao Lin dengan mata yang memancarkan kebencian yang kentara.
'sepertinya aku harus ber pura-pura hilang ingatan supaya bisa membalaskan dendam pemilik tubuh ini.' Lanjutnya di dalam hatinya.
Lamunan Xiao Lin terputus kala pintu di buka oleh gadis pelayan tadi dengan seorang pria paruh baya yang membawa kotak kayu di sampingnya.
"Tabib cepat periksa keadaan Nona kedua."
Pria yang di panggil Tabib itu hanya mengangguk lalu segera memeriksa Xiao Lin, setelah memeriksa Xiao Lin Tabib itu berbicara.
"Keadaan Nona kedua Huang saat ini sudah mulai membaik, walaupun racunnya masih belum seluruhnya menghilang. Saya akan meracik obat untuk proses penyembuhannya, sekitar dua jam setelah makan siang, saya akan kembali memberikan obat sekaligus memeriksa kembali keadaan Nona kedua Huang."
"Baik Tabib, terimakasih sudah memeriksa Nona kedua saya." ujar Pelayan itu.
Sebelum Tabib itu keluar ia kembali ber balik ketika Xiao Lin atau yang di panggil Nona kedua Huang itu mengeluarkan pertanyaan yang membuat semua orang yang di sekitarnya mengerutkan kening nya, bingung.
"Ini dimana? Dan siapa aku?"
"Nona anda tidak mengingat nama anda sendiri?" Tanya pelayan itu yang hanya di balas gelengan.
"Tabib kenapa Nona tidak bisa mengingat namanya?"
"Biar saya periksa kembali."
Lalu sang Tabib pun kembali memeriksa Xiao Lin kembali.
"Nona kedua Huang, apa anda benar-benar tidak mengingat nama anda?" Lagi-lagi hanya di balas dengan gelengan oleh Xiao Lin.
Xiao Lin terkekeh di dalam hati, sepertinya bakat ektingnya ini terbawa sampai ke tubuh ini, kalau begitu bukankah bakat yang lainnya pun pasti terbawa. Memikirkan itu membuat hati Xiao Lin berbunga-bunga.
Ketika sang Tabib akan menjelaskan keadaan Xiao Lin, sebuah suara teriak dari arah depan mengalihkan perhatian semua orang yang ada di ruangan itu.
"JENDRAL HUANG MEMASUKI RUANGAN."
Seorang pria yang ber-umur sekitar 40 tahun masuk dengan Zaosan² berwarna Navy dengan corak daun bambu, yang sangat cocok dengan warna rambut nya yang hitam legam, auranya terasa sangat berwibawa dan sangat mengintimidasi. Di pinggang nya terdapat sebuah pedang yang bergoyang seiring dengan langkah sang pria. Pandangan matanya yang tajam dan juga tegas mampu membuat semua orang, kecuali Xiao Lin, tunduk.
Namun, jika di lihat dengan seksama mata tajam itu memancarkan aura lembut yang hanya tertuju pada Xiao Lin.
"Yang rendah ini memberi salam kepada Jendral Huang." Ucap semua orang yang ada di ruangan itu, terkecuali Xiao Lin.
"Bagaimana keadaan nya?" Suara bariton yang tegas dengan pembawaan yang berwibawa menggema di ruangan itu.
"Menjawab Jendral Huang, keadaan Nona kedua cukup membaik dari yang sebelumnya, namun..." Sang Tabib seperti agak enggan untuk melanjutkan. Atau takut?
"Lanjutkan."
"Namun, racun yang ada di tubuh Nona kedua cukup sulit untuk di atasi, dan sepertinya karna racun itu sekarang Nona kedua kehilangan ingatannya."
"Kehilangan ingatannya?"
"Ya Jendral."
Jendral Huang mengalihkan pandangan nya ke arah seorang gadis yang sedang bersandar tenang di kasurnya.
"Apakah itu benar Yun Yi?"
"Siapa Yun Yi?" Tanya Xiao Lin dengan raut wajah polos.
"Seperti-nya benar. Lan Mei urus majikan mu dengan baik, jangan lakukan kesalahan. Jika ada kemajuan, kabari aku, segera!" Setelah mengatakan itu Jendral Huang segera pergi keluar dari paviliun mawar (nama kediaman/tempat yang di tinggali Yun Yi).
"Lan Mei? Apakah itu nama mu?" Tanya Xiao Lin menunjuk pelayan yang sedang berdiri di samping Tabib.
"Ijin menjawab. Itu benar Nona, nama budak ini Lan Mei."
"Lalu ... siapa nama ku?" Tanya Xiao Lin.
"Ijin menjawab kembali Nona, Nama Nona adalah Huang Yue Yin."
Sebelum Lan Mei kembali berbicara sang Tabib lebih dulu ber-ucap "Maaf menyela, yang tua ini pamit mengundurkan diri. Yang tua ini masih harus memeriksa beberapa orang."
"Baiklah kalau begitu terimakasih Tabib Ao." Bals Lan Mei dengan sedikit membungkukan badannya, hormat.
Tabib Ao pun mengangguk kecil lalu bergegas keluar, setelanya di dalam kamar hanya tersisa Yue Yin dan Lan Mei saja.
*Note, kita panggil Xiao Lin jadi Yun Yi.
"Lan Mei bisa kau ceritakan tentang identitas ku?" Tanya Yun Yi.
"Baik Nona. Jadi, Nona adalah putri ke dua di kediaman Huang ini. Nona adalah anak dari salah satu selir Jendral Huang. Nama ibu Nona adalah Qiu Ran Ran, Selir Qiu meninggal dunia saat Nona ber-umur 1 tahun. Saat itu Nona dan selir Qiu baru kembali dari kuil. Namun di tengah perjalanan pulang, kerata yang Nona dan Selir Qiu tumpangi di kepung oleh sekumpulan bandit gunung, Selir Qiu tertusuk panah ketika menyelamatkan anda."
"Lalu Ayah Ku?"
"Ahh... Mengenai Jendral Huang, ia adalah salah satu jendral yang sangat di hormati di kekaisaran Xi ini. Jendral Huang mempunya satu istri sah dan tiga Selir, namun karena kepergiannya Selir ke dua yaitu Ibu Nona. saat ini Jendral Huang hanya memiliki 2 Selir."
Lan Mei menjeda untuk mengambil nafas, dan melanjutkan. "Oh ya, untuk Istri sah Jendral Huang bernama Xi Lan Fen dia adalah putri ke 9 kekaisaan Xi yang kita tinggali saat ini, lalu Selir pertama bernama Da Hui Long, dan Selir terakhir bernama Da Hui Ling ia adalah adik sekaligus saudara kembar dari Selir pertama. Anda juga punya dua kakak dan tiga adik, kakak pertama anda adalah Tuan muda Huang Qiou Yue, anak dari Nyonya Huang. Kakak kedua anda adalah Nona Huang Mei Yan anak dari selir pertama. Lalu anda juga mempunyai adik beda Ibu, yang pertama Tuan muda Huang An You anak dari Selir pertama, adik satu ibu Mei Nona. Adik kedua anda adalah Nona Huang min an, anak dari selir ke tiga. Dan yang terakhir adalah putri bungsu dari Fu Huang ini Nona Huang Yu Lin putri dari Huang Fū rén."
...🔸️To Be Continued🔸️...
Author Note 📝 :
Hallo Readers kembali lagi dengan cerita ini.
Apa kabar? Semoga baik ya.
Makasih udah mau baca ya.
Kalo boleh, tolong bantu promosi (。•̀ᴗ-)✧
Penjelasan :
Tabib \= Dokter.
Zaosan \= Hanfu (baju tradisional cina) laki".
Revisi✔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Cipta Hendra
bru baca bab pertma.sumpah gue udh pusing dg penulisna nama dan kosakatanya. .
2024-06-25
0
Fitriani Fitri
kosa katanya yg gmpng di pahami saja Thor...
2024-06-04
0
Fansco
jujur aku bingung thoor
2024-05-25
0