Pemuda Tampan Bercaping Bambu

Suasana pagi begitu cerah di Kotaraja Kadiri. Mentari pagi bersinar terang di langit timur, perlahan mulai menghilangkan rasa dingin malam yang sempat menguasai seisi jagad raya. Burung burung berkicau riang di ranting pepohonan yang tumbuh diantara bangunan bangunan megah yang menghiasai pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu.

Tumenggung Ludaka turun dari kudanya di depan rumah kediaman Demung Gumbreg diikuti oleh 10 prajurit. Sepuluh prajurit pilihan nya yang dipimpin oleh Bekel Wairocana nampak gagah dalam busana keprajuritan Panjalu yang di dominasi warna ungu gelap. Salah seorang diantara mereka membawa bendera segitiga berwarna merah dengan sulaman gambar seekor burung garuda yang berwarna kuning keemasan.

Dengan langkah kaki tegak, Tumenggung Ludaka berjalan masuk ke dalam rumah Demung Gumbreg. Dua prajurit penjaga gerbang rumah langsung menghormat pada Tumenggung Ludaka yang sangat mereka hapal karena Tumenggung Ludaka merupakan kawan baik majikan mereka.

Begitu Tumenggung Ludaka masuk ke dalam rumah, Demung Gumbreg sudah bersiap dengan busana keprajuritan nya.

"Wah tumben kau bangun pagi Mbreg..

Hebat juga kau hehehe", ujar Tumenggung Ludaka sambil tersenyum simpul.

"Sialan kau Lu..

Kalau kau tidak mengancam ku, mana mungkin aku terpaksa membohongi Dhek Jum untuk membangunkan aku sepagi mungkin?", gerutu Gumbreg sambil mendengus dingin.

"Lha memang kau bicara apa sama Juminten? Kog bisa dia percaya?", Tumenggung Ludaka penasaran.

"Hehehe..

Aku bilang sama Dhek Jum kalau Gusti Prabu Jayengrana mengutus ku ke Lodaya sebagai persiapan untuk aku naik pangkat", Gumbreg tersenyum licik.

"Dan Juminten percaya?", Tumenggung Ludaka masih tak percaya.

"Tentu saja dia percaya dengan omongan ku Lu..

Sekalian dia memberikan uang saku yang lumayan banyak agar aku bisa menyejajarkan diri sebagai pejabat yang terhormat", ujar Demung Gumbreg sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Ckckckckckck...

Andai saja dia tahu kau mengibuli nya, pasti kau akan di hajar habis-habisan oleh Juminten Mbreg", Tumenggung Ludaka mengelus kumis nya.

"Jangan banyak bicara Lu, kau itu selalu punya mulut beracun..

Ayo berangkat, asal kau tutup mulut, nanti untuk biaya makan mu aku yang tanggung", ujar Gumbreg sambil mendengus dingin dan melangkah keluar dari kediaman nya. Tumenggung Ludaka tersenyum simpul sembari mengikuti langkah sang kawan karib.

Rombongan kehormatan Istana Kotaraja Kadiri itu langsung bergerak cepat menuju ke arah selatan.

Melewati jalan raya yang menghubungkan wilayah Kabupaten Gelang-gelang dan Kadipaten Seloageng, pasukan Panjalu ini benar-benar mampu bergerak cepat sebagaimana para prajurit yang mahir berkuda.

Belum sampai setengah hari, mereka telah menyeberangi Sungai Brantas lewat dermaga penyeberangan Wanua Padlegan. Dari sana mereka bergerak cepat ke arah timur melintasi beberapa pemukiman penduduk menuju ke arah timur dimana Kota Lodaya berada.

Rombongan Tumenggung Ludaka dan Demung Gumbreg sampai di kota Tanah Perdikan Lodaya tepat saat upacara adat jamasan pusaka saat hendak di mulai. Kedatangan mereka langsung di sambut oleh Pangeran Arya Tanggung, sang penguasa Tanah Perdikan Lodaya yang juga merupakan adik ipar Panji Watugunung alias Prabu Jayengrana di Istana Lodaya yang tampak meriah dengan hiasan penjor dan janur kuning yang di bentuk aneka ragam hias.

"Selamat datang di Istana Lodaya, Tumenggung Ludaka, Demung Gumbreg...

Terimakasih atas kehadiran kalian dalam pesta hiburan rakyat kami", ujar Pangeran Arya Tanggung sambil tersenyum.

"Salam hormat kami, Gusti Pangeran Arya Tanggung..

Mewakili Gusti Prabu Jayengrana, kami meminta maaf kepada Gusti Pangeran karena tidak bisa menghadiri undangan yang Gusti Pangeran berikan. Sebagai ucapan permintaan maaf, Gusti Prabu memberikan hadiah kecil kepada Gusti Pangeran. Mohon diterima", ucap Tumenggung Ludaka yang duduk bersila di depan Pangeran Arya Tanggung.

Seorang prajurit langsung menghaturkan sebuah kotak kayu hitam berukir indah. Patih Tanah Perdikan Lodaya, Sumantri langsung berjalan menuju ke arah sang prajurit dan mengambil kotak kayu hitam itu kemudian menghaturkan nya pada sang penguasa Tanah Perdikan Lodaya.

Pangeran Arya Tanggung langsung membuka kotak kayu itu. Raut wajahnya langsung sumringah melihat sebuah kalung emas berhias permata merah yang indah. Penguasa Lodaya itu langsung menutup tutup kotak kayu hitam itu segera kemudian tersenyum tipis ke arah Tumenggung Ludaka dan Demung Gumbreg.

"Aku sangat menyukai hadiah yang Kanda Prabu Jayengrana berikan untuk ku.

Nah karena kalian sudah jauh jauh datang kemari, malam ini ada pertunjukan yang menarik. Kalian berdua harus hadir dan aku tidak mau mendengar penolakan", ujar Pangeran Arya Tanggung segera.

"Terimakasih atas kebaikan hati Gusti Pangeran", Tumenggung Ludaka dan Demung Gumbreg menghormat bersamaan.

"Patih Sumantri,

Antar dua tamu agung ini ke balai tamu kehormatan Istana Lodaya", perintah Pangeran Arya Tanggung sambil tersenyum simpul.

"Sendiko dawuh Gusti Pangeran", Patih Sumantri segera menghormat pada Penguasa Tanah Perdikan Lodaya dan mundur dari hadapan nya diikuti oleh Tumenggung Ludaka, Demung Gumbreg dan 10 orang pengawal mereka.

Sementara itu, seorang gadis cantik dengan senyum menawan terlihat berjalan di seputar pasar besar Kota Lodaya. Dua dayang di belakangnya juga 4 prajurit berbadan gempal yang mengikuti langkah nya menandakan bahwa si gadis cantik ini bukan orang biasa. Para pengunjung pasar yang lain langsung memberikan jalan kepada sang gadis cantik yang berusia sekitar 2 windu ini karena mereka begitu mengenal siapa gadis itu.

Dia adalah Rara Kinanti, putri sulung Pangeran Arya Tanggung dan Dewi Anggraeni dari Kabupaten Gelang-gelang. Dia adalah sepupu Panji Tejo Laksono yang pernah di ajak ke istana Katang-katang saat Panji Tejo Laksono hendak mulai berguru di Padepokan Padas Putih dulu.

Tingkah gadis remaja cantik ini benar benar membuat para dayang yang mengawalnya begitu kerepotan. Mereka harus ngos-ngosan mengatur nafasnya karena Rara Kinanti terus berlari kecil mengelilingi pasar besar. Sebenarnya ini di lakukan oleh Rara Kinanti agar para dayang istana yang mengekorinya berhenti karena lelah karena dia tidak suka di ikuti.

Hanya karena meleng saat berlari, Rara Kinanti menabrak tubuh seorang pemuda yang mengenakan caping bambu.

Brrukk..

Rara Kinanti nyaris saja jatuh andai saja si pemuda bercaping bambu ini tidak cepat menyambar pinggang nya. Namun tangan kiri Rara Kinanti menepuk ujung caping bambu hingga caping terlepas dari kepala sang pemuda yang ternyata memiliki paras yang rupawan.

Hati Rara Kinanti langsung berdetak kencang tak karuan melihat ketampanan sang pemuda hingga dia terpana beberapa saat lamanya. Bahkan sampai para dayang istana dan prajurit pengawal pribadi nya sampai, Rara Kinanti masih terpesona dengan ketampanan pemuda itu.

"Ndoro Putri, huh huh huhh...

Hamba mohon jangan lari lagi", ucap sang dayang yang ngos-ngosan mengatur nafasnya. Teriakan sang dayang istana langsung membuat Rara Larasati tersadar dari pesona sang pemuda.

"Gusti Putri sebaiknya berhati-hati dalam berjalan agar tidak jatuh", ujar sang pemuda tampan yang tidak lain adalah Panji Tejo Laksono.

"Eh itu aku minta maaf, ti-tidak sengaja menabrak mu", Rara Kinanti gugup bukan main mendengar penuturan Panji Tejo Laksono. Dia merasa tidak asing dengan wajah tampan pemuda ini, tapi dia masih belum ingat kapan dan dimana mereka bertemu.

Ehemmm ehemmm!!

Deheman keras dari Gayatri langsung membuat suasana indah itu buyar seketika.

"Taji, ayo kita pulang...

Kalau terlalu lama di tempat seperti ini terlalu berbahaya", ujar Gayatri sambil melangkah. Mendengar ucapan itu, Panji Tejo Laksono langsung mengerti. Dia menghormat pada Rara Kinanti dan bergegas mengikuti langkah Gayatri meninggalkan pasar besar Lodaya.

Rara Kinanti melongo melihat kepergian sang pemuda tampan yang baru saja bersama nya. Rasanya ada yang hilang dari dalam hatinya.

"Namaku Taji ya? Ah nama yang indah", gumam Rara Kinanti.

"Gusti Putri, kau tidak apa-apa?", tanya sang dayang istana yang langsung membuyarkan lamunan indah Rara Kinanti yang kini jatuh hati pada pemuda tampan yang di sebut Taji oleh kawan nya tadi.

"Hah....??!!!

Kalian benar-benar bikin aku kesal. Kalian sudah merusak hal baik ku. Sekarang jangan dekati aku", Rara Kinanti geram dengan kedatangan para abdi setia Istana Lodaya yang mengikuti nya.

"Tapi Gusti Putri...", belum selesai sang dayang bicara, Rara Kinanti sudah mendengus keras sembari menatap tajam ke arah mereka.

"Sekali lagi aku lihat kalian merusak hari ku, aku tidak akan segan segan untuk memberi kalian pelajaran", hardik Rara Kinanti yang benar kesal karena kehadiran mereka mengganggu pertemuan nya dengan lelaki tampan bercaping bambu. Gadis cantik itu segera melangkahkan kakinya menuju ke arah istana Lodaya.

"Ada apa dengan Gusti Putri ya? Kenapa bisa marah besar seperti itu?", tanya si dayang istana yang bertubuh kurus.

"Aku juga tidak tahu. Kesambet setan pasar ini mungkin", sahut si dayang istana lainnya yang bertubuh sedikit gemuk.

"Husstt..

Jaga mulutmu kalau bicara. Di dengar oleh Gusti Putri, tamat riwayat mu nanti. Sudah ayo ikuti Gusti Putri sebelum amarah nya semakin menjadi-jadi", ujar si dayang bertubuh kurus itu yang segera melangkah menyusul Rara Kinanti menuju istana Lodaya bersama dengan kawan nya itu.

Sepasang mata terus menatap ke arah kepergian Panji Tejo Laksono sambil menyeringai lebar.

"Hadiah besar ternyata ada di depan mata", gumam pemilik sepasang mata itu yang segera menuju ke arah selatan, ke arah hutan jati di selatan kota Lodaya.

Sepanjang siang itu Rara Kinanti jadi uring-uringan sendiri. Di matanya, wajah pemuda tampan bercaping bambu itu terus terbayang di pelupuk matanya.

Dia bahkan menolak ajakan Dewi Anggraeni sang ibu untuk ikut menyaksikan upacara jamasan pusaka di alun alun Kota Lodaya padahal dari hari pertama pesta hiburan rakyat, dia yang paling semangat untuk melihat-lihat keramaian setahun sekali itu. Meski sedikit heran dengan tingkah laku putri sulungnya, Dewi Anggraeni memilih untuk berangkat mendampingi Pangeran Arya Tanggung dan putri nya yang bungsu di acara jamasan pusaka yang juga di hadiri oleh Tumenggung Ludaka dan Demung Gumbreg.

Sementara itu, Panji Tejo Laksono dan Gayatri yang mengenakan caping bambu nampak menikmati keramaian kota Lodaya dengan berjalan kaki di sekitar Alun-alun kota, bahkan mereka juga menyaksikan acara jamasan pusaka yang berlangsung sakral.

Dari kejauhan, Panji Tejo Laksono juga melihat kehadiran Tumenggung Ludaka dan Demung Gumbreg di panggung kehormatan bersama dengan Penguasa Tanah Perdikan Lodaya, Pangeran Arya Tanggung dan bibi nya Dewi Anggraeni.

Tumenggung Ludaka yang sekilas melihat Panji Tejo Laksono, menajamkan penglihatan nya kearah kerumunan penonton yang memadati alun-alun kota.

'Apa Gusti Pangeran Panji Tejo Laksono ya itu tadi? Apakah dia sudah sampai disini?', batin Tumenggung Ludaka.

"Kau lihat apa Lu?

Kog celingukan mencari sesuatu seperti maling mengincar ayam tetangga", ujar Demung Gumbreg yang keheranan dengan sikap sahabat karibnya itu.

"Sssssttttttttt, pelankan suara mu Mbreg..

Sepertinya tadi aku melihat Gusti Pangeran Tejo Laksono diantara kerumunan penonton itu", bisik Tumenggung Ludaka sambil terus menatap ke arah penonton, berharap agar bisa menemukan sosok yang dicari nya.

Mendengar itu, Demung Gumbreg langsung ikut tolah toleh seperti enthung ( larva) jati. Tidak menemukan yang dicari, Demung Gumbreg segera menoleh kearah Tumenggung Ludaka.

"Mana Lu? Aku kog tidak melihatnya", ujar Gumbreg segera.

"Pandangan ku tak salah Mbreg... Tadi pasti Gusti Pangeran Panji Tejo Laksono.

Dia mengenakan caping bambu", jawab Tumenggung Ludaka dengan cepat.

"Eh kampret semprul,

Semua orang yang kemari rata rata memakai caping bambu untuk melindungi kepala nya dari sinar matahari", Demung Gumbreg menatap tajam ke arah Tumenggung Ludaka.

Mendengar sergahan Demung Gumbreg, Tumenggung Ludaka hanya mendengus dingin karena tak ingin berdebat dengan kawan karibnya itu di panggung kehormatan. Tapi dia yakin bahwa dia melihat Panji Tejo Laksono diantara orang orang yang datang siang hari itu.

Panji Tejo Laksono sendiri langsung menunduk saat tatapan Tumenggung Ludaka mengarah pada nya. Segera dia mundur dari tempat itu sembari menggelandang tangan Gayatri.

"Taji, acara jamasan pusaka nya belum sampai puncak. Kau mau kemana?", tanya Gayatri setengah keheranan dengan sikap Panji Tejo Laksono.

"Aku sudah bosan melihat nya. Ayo kembali ke penginapan", ajak Panji Tejo Laksono tanpa menghiraukan protes dari Gayatri.

Siang dengan cepat berganti malam. Acara jamasan pusaka telah selesai, namun suasana di dalam Alun alun Kota Lodaya tidak semakin sepi tapi malah semakin ramai dengan pengunjung yang ingin menyaksikan acara kesenian tayub dari Pakuwon Ngrowo, Kadipaten Karang Anom dengan penari tersohornya Rara Pujiwati.

Suara tabuhan gamelan yang di padu dengan suara sinden mengalun merdu di atas panggung kehormatan. Ribuan penonton yang memadati tempat itu langsung bertepuk tangan dengan suitan keras yang riuh rendah saat rombongan penari cantik mulai memasuki panggung kesenian.

Apalagi saat sang primadona kesenian tayub, Rara Pujiwati memasuki arena panggung kesenian yang berhias aneka janur.

Suara indah alunan gamelan itu benar benar membius mata dan telinga para penonton juga orang orang di panggung kehormatan seperti Demung Gumbreg, Tumenggung Ludaka bahkan Pangeran Arya Tanggung juga.

Gayatri yang menonton pertunjukan itu bersama Panji Tejo Laksono mendengus dingin sembari berkata perlahan.

"Gending Pemikat Sukma"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pasukan begadang mana suaranya?? 😁😁😁

Selamat malam semuanya

Terpopuler

Comments

Mahayabank

Mahayabank

Yaudah lanjuuuut lagiiieee 👌👌👌

2024-03-29

1

Mahayabank

Mahayabank

/Good//Good//Good//Ok//Ok/

2024-03-29

1

Ipul Anam

Ipul Anam

sekarang lagi tengah hari ki demung

2023-10-15

1

lihat semua
Episodes
1 Prahara Jurang Menjing
2 Begawan Ganapati
3 Samaran
4 Kota Pakuwon Palah
5 Gerombolan Serigala Abu-abu
6 Tanah Perdikan Lodaya
7 Pemuda Tampan Bercaping Bambu
8 Gending Pemikat Sukma
9 Pertarungan Di Tengah Sawah
10 Menuju Kadipaten Karang Anom
11 Makam Keramat Gunung Budeg
12 Makam Keramat Gunung Budeg 2
13 Kawan Baru
14 Hutan Jati Perbatasan
15 Sisa Kelompok Bulan Sabit Darah
16 Pertapaan Bukit Rance
17 Pertapaan Bukit Rance 2
18 Pakuwon Widoro
19 Akuwu Durjana
20 Akuwu Durjana 2
21 Rahasia Gayatri
22 Tantangan
23 Wiku Sesat dan Sepasang Pedang Pembunuh dari Gunung Wilis
24 Kidung Cinta Endang Patibrata
25 Mimpi
26 Tuduhan Mata-mata
27 Setan Gunung Wilis
28 Hasrat Terlarang Dewi Ambarwati
29 Panggil Aku Wiro
30 Guru Untuk Wiropati
31 Dendam Kesumat dari Tanah Blambangan
32 Salah Paham
33 Palupi dan Luh Jingga
34 Melawan Jerangkong Api
35 Pencuri
36 Istana Kotaraja
37 Ayah dan Anak
38 Pedang Naga Api
39 Bagian
40 Pertempuran Sungai Lawor
41 Pertempuran Sungai Lawor 2
42 Pertempuran Sungai Lawor 3
43 Pertempuran Sungai Lawor 4
44 Perayaan
45 Pangeran Dari Kadiri
46 Kembang Istana Kadipaten Kalingga
47 Iblis Picak dari Sungai Wulayu
48 Pengelana dari Jauh
49 Sama Gilanya
50 Perguruan Tapak Suci
51 Luh Jingga dan Gayatri
52 Akhir Hidup Kelelawar Mata Iblis
53 Utusan Istana Kadiri
54 Taruhan
55 Karena Arak
56 Setan Gendeng dari Lembah Kali Serang
57 Wasesodirjo dan Raden Sindupati
58 Kembar Tapi Beda
59 Kejutan Besar
60 Lelaki Tua Berjari Buntung
61 Pertarungan yang Melelahkan
62 Maling Hati
63 Tahanan
64 Istana Kadipaten Kalingga
65 Tantangan dari Danapati
66 Adu Jago Ilmu Beladiri
67 Tugas
68 Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 1)
69 Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 2)
70 Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 3)
71 Berangkat ke Tanah Tiongkok
72 Pelabuhan Tumasik
73 Perompak Bendera Hitam
74 Pangeran Suryavarman
75 Kecantikan Putri Champa
76 Malam Panjang
77 Kota Lin'an
78 Penginapan Musim Semi
79 Hadangan Perampok Gunung Lima Singa
80 Siapa Kau Sebenarnya?
81 Gumbreg Melawan Gu Heng
82 Pesta
83 Tubuh Emas
84 Dewa Pedang Wang Chun Yang
85 Putri Lan
86 Raja Serigala Gosong
87 Perayaan Danau Naga ( bagian 1 )
88 Perayaan Danau Naga ( bagian 2 )
89 Perayaan Danau Naga ( bagian 3 )
90 Stempel Giok Naga
91 Nona Besar Song
92 Pertarungan
93 Pencuri Angin
94 Pencuri Angin 2
95 Menuju ke Kota Kaifeng
96 Hati Tiga Wanita Cantik
97 Hua Mei dan Gui Wu
98 Sekte Lembah Hantu
99 Ayu Ratna Palsu
100 Tamu Tak Diundang
101 Melawan Hauw Tian
102 Melawan Hauw Tian 2
103 Lawan Lama Ayah
104 Pertarungan di Kuil Shaolin
105 Pertarungan di Kuil Shaolin 2
106 Tiga Pukulan
107 Kisah Pilu Sepasang Kekasih
108 Ilmu Semesta Yin Yang
109 Di Tepi Jurang Terjal
110 Masalah di Kota Luoyang
111 Pelajaran untuk Fan Zhong Yan
112 Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou
113 Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou 2
114 Rumah Makan Bunga Persik
115 Ilmu Sembilan Matahari
116 Dewi Topeng Waja
117 Ajian Gelap Sayuto
118 Melawan Luo Fan
119 Melawan Luo Fan 2
120 Kaisar Huizong
121 Bara Api Dendam dari Rajapura
122 Pendekar Berpedang Butut
123 Mapanji Jayagiri
124 Siluman Rawa Seribu Teratai
125 Siluman Rawa Seribu Teratai 2
126 Balada Penari Tledek
127 Jasa Pengawalan Bendera Naga
128 Si Ular Kecil
129 Cinta Tak Harus Memiliki
130 Sepasang Iblis Gagak Berkaki Tiga
131 Lawan Yang Sepadan
132 Pimpinan Pasukan
133 Salah Paham
134 Madu
135 Istana Kalingga
136 Ikatan Sepuluh Cincin
137 Ikatan Sepuluh Cincin 2
138 Ikatan Sepuluh Cincin 3
139 Kejutan Yang Tidak Terduga
140 Para Prajurit Penjaga Perbatasan
141 Suasana Kadipaten Rajapura
142 Bajak Laut Tsang
143 Bajak Laut Tsang 2
144 Gegabah
145 Benteng Pertahanan Karangwuluh
146 Tanah Jawadwipa, Aku Kembali..
147 Siapa Dia?
148 Persiapan di Kalingga
149 Bantaran Kali Comal
150 Rajapura adalah Lawan
151 Para Penantang
152 Akhir Hidup Sang Otak Pemberontakan
153 Pesona Putri China
154 Telik Sandi
155 Pengorbanan Nyi Kenikir
156 Penyerbuan Rajapura
157 Diatas Langit Masih Ada Langit
158 Apa Mau Mu?
159 Ilmu Pangiwa
160 Kematian Junggul Mertalaya
161 Pertempuran Sesungguhnya
162 Empat Calon Istri Panji Tejo Laksono
163 Rencana
164 Pilihan
165 Situasi Istana Kadipaten Rajapura
166 Pertarungan di Malam Buta
167 Rencana Selanjutnya
168 Membangun Kembali Rajapura
169 Pendekar Pedang Gading dari Pesisir Selatan
170 Prasangka
171 Adu Pedang di Depan Gerbang Istana
172 Menuju ke Kota Kalingga
173 Persiapan Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Ayu Ratna
174 Resi Sanggabuana
175 Suara Tanpa Wujud
176 Kedatangan Prabu Jayengrana
177 Wejangan
178 Malam Pertama
179 Tanah Lungguh
180 Ajian Bayu Swara
181 Wasiat Terakhir Sang Adipati Sepuh
182 Kelompok Bulan Sabit Darah
183 Sebelas Bayangan
184 Ksatria Lama
185 Upacara Penyucian Jiwa
186 Persiapan Penobatan
187 Dukungan
188 Paksijandu dan Nalini
189 Pangeran Adipati Panji Tejo Laksono
190 Penjara
191 Hidup atau Mati
192 Jimat Keong Buntet
193 Lelaki Bertudung Hitam dan Si Tabib Putih
194 Panji Manggala Seta
195 Pakuwon Weling
196 Di Pertapaan Panumbangan
197 Tewasnya Sang Pimpinan Ketujuh
198 Nyi Dadap Segara dan Ki Pancatnyana
199 Tantangan Ki Pancatnyana
200 Pedang Tulang Iblis
201 Maharesi Padmanaba
202 Syarat dari Dyah Kirana
203 Dyah Kirana
204 Ajian Chanda Bhirawa
205 Istri Kelima
206 Kediaman Lurah Wanua Ranja
207 Perempuan Cantik Berkemben Hijau
208 Ki Kalawisesa dan Wigati
209 Tawon Raksasa
210 Akhir Sebuah Dendam
211 Iblis Gunung Kawi
212 Nawala dari Prabu Jayengrana
213 Kedewasaan Gayatri
214 Kroco
215 Dewa dari Kahyangan
216 Menuju Pakuwon Tumapel
217 Kawan Baru
218 Lelaki Di Dalam Kabut
219 Malam di Tepi Hutan
220 Titah Prabu Jayengrana
221 Pendekar Golok Angin
222 Sandyakala di Langit Seloageng
223 Sandyakala di Langit Seloageng 2
224 Racun Penghancur Hati
225 Situasi Genting
226 Mengejar Penculik Ayu Ratna
227 Padepokan Ular Siluman ( bagian 1 )
228 Padepokan Ular Siluman ( bagian 2 )
229 Padepokan Ular Siluman ( bagian 3 )
230 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
231 Persiapan
232 Bantuan dari Lodaya
233 Saatnya Telah Tiba
234 Rencana Kedua
235 Senjata Cadangan Jenggala
236 Siapa Dia Sebenarnya?
237 Kemenangan di Selatan
238 Pasukan Gajah
239 Pimpinan Sementara
240 Mimpi Dewi Anggarawati
241 Orang-orang Wanua Karang Pulut
242 Orang-orang Wanua Karang Pulut 2
243 Perang Kota Kunjang
244 Perang Kota Kunjang 2
245 Perang Kota Kunjang 3
246 Perang Kota Kunjang 4
247 Perang Kota Kunjang 5
248 Akhir Perang Kota Kunjang
249 Akhir Perang Kota Kunjang 2
250 Benteng Pertahanan Wanua Sungging
251 Rencana Busuk Mapanji Jayawarsa
252 Bidadari Gunung Arjuna
253 Pangeran Ganeshabrata
254 Bantuan Yang Di Janjikan
255 Akhir Peperangan
256 Tabir Yang Mulai Tersingkap
257 Kembali ke Kotaraja Daha
258 Mulut Seorang Pelacur
259 Putri Akuwu
260 Sepasang Iblis Pemotong Kepala
261 Intrik Istana
262 Bukan Pendekar Sembarangan
263 Pulang ke Seloageng
264 Pasar Besar Kota Gelang-gelang
265 Permintaan Eyang
266 Utusan Padepokan Anggrek Bulan
267 Dewi Anggrek Bulan
268 Gerimis
269 Ki Jatmika
270 Kisah Kelam Anggrek Perak
271 Wangsit
272 Pertapaan Gunung Penanggungan
273 Rajah Smaradahana
274 Menuju Kotaraja Kahuripan
275 Putri Uttejana
276 Adu Jago
277 Bidadari Bertopeng Perak
278 Melawan Nini Raga Setan
279 Ajian Malih Rupa
280 Bahaya Besar
281 Ilmu Sembilan Matahari Tahap Kedelapan
282 Menantang Para Petinggi Kelompok Bulan Sabit Darah
283 Mpu Purwa
284 Keruwetan Demung Gumbreg
285 Warung Kembang Sore
286 Nyi Kembang Sore Sang Ratu Pemikat
287 Istana Perut Bumi
288 Istana Perut Bumi 2
289 Wanita Berambut Api
290 Jati Diri Dyah Kirana
291 Jati Diri Dyah Kirana 2
292 Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Dyah Kirana
293 Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 1 )
294 Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 2 )
295 Dewi Lembah Wilis
296 Dewi Lembah Wilis 2
297 Dewi Lembah Wilis 3
298 Hutan Larangan
299 Wujud Yang Tidak Berjasad
300 Cerita Sepasang Kekasih
301 Para Penghadang
302 Adipati Arya Natakusuma
303 Misteri Hilangnya Dewi Sekar Kedaton
304 Sayembara Panjalu
305 Mencari Pujaan Hati
306 Pendopo Agung Istana Katang-katang
307 Setan Berwujud Manusia
308 Melawan Prabu Gendarmanik
309 Melawan Prabu Gendarmanik 2
310 Gayatri Hamil?
311 Lodaya Menagih Janji
312 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 1 )
313 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 2 )
314 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 3 )
315 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 4 )
316 Perubahan
317 Singgasana Panjalu
318 Lelaki Tua Berambut Merah
319 Demung Gumbreg
320 Rencana Busuk Para Pejabat
321 Kebimbangan Hati Adipati Anjuk Ladang
322 Ulah Rara Kinanti
323 Utusan dari Anjuk Ladang
324 Iblis Bukit Manoreh
325 Malam Pertama Rara Kinanti
326 Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga
327 Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga 2
328 Keangkuhan
329 Woro dan Wati
330 Menuju Ke Barat
331 Perbatasan Kadipaten Lewa
332 Rampok Kelabang Merah
333 Salah Masuk
334 Saatnya Memenggal Kepala Sang Iblis
335 Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 1 )
336 Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 2 )
337 Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 3 )
338 Suasana Kadipaten Anjuk Ladang
339 Rencana Selanjutnya
340 Mengorek Keterangan dari Mpu Klinting
341 Teka Teki
342 Putri Pertama
343 Murid Padepokan Padas Putih
344 Saudara Seperguruan
345 Bupati Baru Gelang-gelang
346 Hal Yang Ditunggu
347 Kadiri Kesaput Surup
348 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 1 )
349 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 2 )
350 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 3 )
351 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 4 )
352 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 5 )
353 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 6 )
354 Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Parakrama Digjaya Uttunggadewa
Episodes

Updated 354 Episodes

1
Prahara Jurang Menjing
2
Begawan Ganapati
3
Samaran
4
Kota Pakuwon Palah
5
Gerombolan Serigala Abu-abu
6
Tanah Perdikan Lodaya
7
Pemuda Tampan Bercaping Bambu
8
Gending Pemikat Sukma
9
Pertarungan Di Tengah Sawah
10
Menuju Kadipaten Karang Anom
11
Makam Keramat Gunung Budeg
12
Makam Keramat Gunung Budeg 2
13
Kawan Baru
14
Hutan Jati Perbatasan
15
Sisa Kelompok Bulan Sabit Darah
16
Pertapaan Bukit Rance
17
Pertapaan Bukit Rance 2
18
Pakuwon Widoro
19
Akuwu Durjana
20
Akuwu Durjana 2
21
Rahasia Gayatri
22
Tantangan
23
Wiku Sesat dan Sepasang Pedang Pembunuh dari Gunung Wilis
24
Kidung Cinta Endang Patibrata
25
Mimpi
26
Tuduhan Mata-mata
27
Setan Gunung Wilis
28
Hasrat Terlarang Dewi Ambarwati
29
Panggil Aku Wiro
30
Guru Untuk Wiropati
31
Dendam Kesumat dari Tanah Blambangan
32
Salah Paham
33
Palupi dan Luh Jingga
34
Melawan Jerangkong Api
35
Pencuri
36
Istana Kotaraja
37
Ayah dan Anak
38
Pedang Naga Api
39
Bagian
40
Pertempuran Sungai Lawor
41
Pertempuran Sungai Lawor 2
42
Pertempuran Sungai Lawor 3
43
Pertempuran Sungai Lawor 4
44
Perayaan
45
Pangeran Dari Kadiri
46
Kembang Istana Kadipaten Kalingga
47
Iblis Picak dari Sungai Wulayu
48
Pengelana dari Jauh
49
Sama Gilanya
50
Perguruan Tapak Suci
51
Luh Jingga dan Gayatri
52
Akhir Hidup Kelelawar Mata Iblis
53
Utusan Istana Kadiri
54
Taruhan
55
Karena Arak
56
Setan Gendeng dari Lembah Kali Serang
57
Wasesodirjo dan Raden Sindupati
58
Kembar Tapi Beda
59
Kejutan Besar
60
Lelaki Tua Berjari Buntung
61
Pertarungan yang Melelahkan
62
Maling Hati
63
Tahanan
64
Istana Kadipaten Kalingga
65
Tantangan dari Danapati
66
Adu Jago Ilmu Beladiri
67
Tugas
68
Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 1)
69
Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 2)
70
Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 3)
71
Berangkat ke Tanah Tiongkok
72
Pelabuhan Tumasik
73
Perompak Bendera Hitam
74
Pangeran Suryavarman
75
Kecantikan Putri Champa
76
Malam Panjang
77
Kota Lin'an
78
Penginapan Musim Semi
79
Hadangan Perampok Gunung Lima Singa
80
Siapa Kau Sebenarnya?
81
Gumbreg Melawan Gu Heng
82
Pesta
83
Tubuh Emas
84
Dewa Pedang Wang Chun Yang
85
Putri Lan
86
Raja Serigala Gosong
87
Perayaan Danau Naga ( bagian 1 )
88
Perayaan Danau Naga ( bagian 2 )
89
Perayaan Danau Naga ( bagian 3 )
90
Stempel Giok Naga
91
Nona Besar Song
92
Pertarungan
93
Pencuri Angin
94
Pencuri Angin 2
95
Menuju ke Kota Kaifeng
96
Hati Tiga Wanita Cantik
97
Hua Mei dan Gui Wu
98
Sekte Lembah Hantu
99
Ayu Ratna Palsu
100
Tamu Tak Diundang
101
Melawan Hauw Tian
102
Melawan Hauw Tian 2
103
Lawan Lama Ayah
104
Pertarungan di Kuil Shaolin
105
Pertarungan di Kuil Shaolin 2
106
Tiga Pukulan
107
Kisah Pilu Sepasang Kekasih
108
Ilmu Semesta Yin Yang
109
Di Tepi Jurang Terjal
110
Masalah di Kota Luoyang
111
Pelajaran untuk Fan Zhong Yan
112
Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou
113
Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou 2
114
Rumah Makan Bunga Persik
115
Ilmu Sembilan Matahari
116
Dewi Topeng Waja
117
Ajian Gelap Sayuto
118
Melawan Luo Fan
119
Melawan Luo Fan 2
120
Kaisar Huizong
121
Bara Api Dendam dari Rajapura
122
Pendekar Berpedang Butut
123
Mapanji Jayagiri
124
Siluman Rawa Seribu Teratai
125
Siluman Rawa Seribu Teratai 2
126
Balada Penari Tledek
127
Jasa Pengawalan Bendera Naga
128
Si Ular Kecil
129
Cinta Tak Harus Memiliki
130
Sepasang Iblis Gagak Berkaki Tiga
131
Lawan Yang Sepadan
132
Pimpinan Pasukan
133
Salah Paham
134
Madu
135
Istana Kalingga
136
Ikatan Sepuluh Cincin
137
Ikatan Sepuluh Cincin 2
138
Ikatan Sepuluh Cincin 3
139
Kejutan Yang Tidak Terduga
140
Para Prajurit Penjaga Perbatasan
141
Suasana Kadipaten Rajapura
142
Bajak Laut Tsang
143
Bajak Laut Tsang 2
144
Gegabah
145
Benteng Pertahanan Karangwuluh
146
Tanah Jawadwipa, Aku Kembali..
147
Siapa Dia?
148
Persiapan di Kalingga
149
Bantaran Kali Comal
150
Rajapura adalah Lawan
151
Para Penantang
152
Akhir Hidup Sang Otak Pemberontakan
153
Pesona Putri China
154
Telik Sandi
155
Pengorbanan Nyi Kenikir
156
Penyerbuan Rajapura
157
Diatas Langit Masih Ada Langit
158
Apa Mau Mu?
159
Ilmu Pangiwa
160
Kematian Junggul Mertalaya
161
Pertempuran Sesungguhnya
162
Empat Calon Istri Panji Tejo Laksono
163
Rencana
164
Pilihan
165
Situasi Istana Kadipaten Rajapura
166
Pertarungan di Malam Buta
167
Rencana Selanjutnya
168
Membangun Kembali Rajapura
169
Pendekar Pedang Gading dari Pesisir Selatan
170
Prasangka
171
Adu Pedang di Depan Gerbang Istana
172
Menuju ke Kota Kalingga
173
Persiapan Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Ayu Ratna
174
Resi Sanggabuana
175
Suara Tanpa Wujud
176
Kedatangan Prabu Jayengrana
177
Wejangan
178
Malam Pertama
179
Tanah Lungguh
180
Ajian Bayu Swara
181
Wasiat Terakhir Sang Adipati Sepuh
182
Kelompok Bulan Sabit Darah
183
Sebelas Bayangan
184
Ksatria Lama
185
Upacara Penyucian Jiwa
186
Persiapan Penobatan
187
Dukungan
188
Paksijandu dan Nalini
189
Pangeran Adipati Panji Tejo Laksono
190
Penjara
191
Hidup atau Mati
192
Jimat Keong Buntet
193
Lelaki Bertudung Hitam dan Si Tabib Putih
194
Panji Manggala Seta
195
Pakuwon Weling
196
Di Pertapaan Panumbangan
197
Tewasnya Sang Pimpinan Ketujuh
198
Nyi Dadap Segara dan Ki Pancatnyana
199
Tantangan Ki Pancatnyana
200
Pedang Tulang Iblis
201
Maharesi Padmanaba
202
Syarat dari Dyah Kirana
203
Dyah Kirana
204
Ajian Chanda Bhirawa
205
Istri Kelima
206
Kediaman Lurah Wanua Ranja
207
Perempuan Cantik Berkemben Hijau
208
Ki Kalawisesa dan Wigati
209
Tawon Raksasa
210
Akhir Sebuah Dendam
211
Iblis Gunung Kawi
212
Nawala dari Prabu Jayengrana
213
Kedewasaan Gayatri
214
Kroco
215
Dewa dari Kahyangan
216
Menuju Pakuwon Tumapel
217
Kawan Baru
218
Lelaki Di Dalam Kabut
219
Malam di Tepi Hutan
220
Titah Prabu Jayengrana
221
Pendekar Golok Angin
222
Sandyakala di Langit Seloageng
223
Sandyakala di Langit Seloageng 2
224
Racun Penghancur Hati
225
Situasi Genting
226
Mengejar Penculik Ayu Ratna
227
Padepokan Ular Siluman ( bagian 1 )
228
Padepokan Ular Siluman ( bagian 2 )
229
Padepokan Ular Siluman ( bagian 3 )
230
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
231
Persiapan
232
Bantuan dari Lodaya
233
Saatnya Telah Tiba
234
Rencana Kedua
235
Senjata Cadangan Jenggala
236
Siapa Dia Sebenarnya?
237
Kemenangan di Selatan
238
Pasukan Gajah
239
Pimpinan Sementara
240
Mimpi Dewi Anggarawati
241
Orang-orang Wanua Karang Pulut
242
Orang-orang Wanua Karang Pulut 2
243
Perang Kota Kunjang
244
Perang Kota Kunjang 2
245
Perang Kota Kunjang 3
246
Perang Kota Kunjang 4
247
Perang Kota Kunjang 5
248
Akhir Perang Kota Kunjang
249
Akhir Perang Kota Kunjang 2
250
Benteng Pertahanan Wanua Sungging
251
Rencana Busuk Mapanji Jayawarsa
252
Bidadari Gunung Arjuna
253
Pangeran Ganeshabrata
254
Bantuan Yang Di Janjikan
255
Akhir Peperangan
256
Tabir Yang Mulai Tersingkap
257
Kembali ke Kotaraja Daha
258
Mulut Seorang Pelacur
259
Putri Akuwu
260
Sepasang Iblis Pemotong Kepala
261
Intrik Istana
262
Bukan Pendekar Sembarangan
263
Pulang ke Seloageng
264
Pasar Besar Kota Gelang-gelang
265
Permintaan Eyang
266
Utusan Padepokan Anggrek Bulan
267
Dewi Anggrek Bulan
268
Gerimis
269
Ki Jatmika
270
Kisah Kelam Anggrek Perak
271
Wangsit
272
Pertapaan Gunung Penanggungan
273
Rajah Smaradahana
274
Menuju Kotaraja Kahuripan
275
Putri Uttejana
276
Adu Jago
277
Bidadari Bertopeng Perak
278
Melawan Nini Raga Setan
279
Ajian Malih Rupa
280
Bahaya Besar
281
Ilmu Sembilan Matahari Tahap Kedelapan
282
Menantang Para Petinggi Kelompok Bulan Sabit Darah
283
Mpu Purwa
284
Keruwetan Demung Gumbreg
285
Warung Kembang Sore
286
Nyi Kembang Sore Sang Ratu Pemikat
287
Istana Perut Bumi
288
Istana Perut Bumi 2
289
Wanita Berambut Api
290
Jati Diri Dyah Kirana
291
Jati Diri Dyah Kirana 2
292
Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Dyah Kirana
293
Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 1 )
294
Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 2 )
295
Dewi Lembah Wilis
296
Dewi Lembah Wilis 2
297
Dewi Lembah Wilis 3
298
Hutan Larangan
299
Wujud Yang Tidak Berjasad
300
Cerita Sepasang Kekasih
301
Para Penghadang
302
Adipati Arya Natakusuma
303
Misteri Hilangnya Dewi Sekar Kedaton
304
Sayembara Panjalu
305
Mencari Pujaan Hati
306
Pendopo Agung Istana Katang-katang
307
Setan Berwujud Manusia
308
Melawan Prabu Gendarmanik
309
Melawan Prabu Gendarmanik 2
310
Gayatri Hamil?
311
Lodaya Menagih Janji
312
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 1 )
313
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 2 )
314
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 3 )
315
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 4 )
316
Perubahan
317
Singgasana Panjalu
318
Lelaki Tua Berambut Merah
319
Demung Gumbreg
320
Rencana Busuk Para Pejabat
321
Kebimbangan Hati Adipati Anjuk Ladang
322
Ulah Rara Kinanti
323
Utusan dari Anjuk Ladang
324
Iblis Bukit Manoreh
325
Malam Pertama Rara Kinanti
326
Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga
327
Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga 2
328
Keangkuhan
329
Woro dan Wati
330
Menuju Ke Barat
331
Perbatasan Kadipaten Lewa
332
Rampok Kelabang Merah
333
Salah Masuk
334
Saatnya Memenggal Kepala Sang Iblis
335
Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 1 )
336
Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 2 )
337
Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 3 )
338
Suasana Kadipaten Anjuk Ladang
339
Rencana Selanjutnya
340
Mengorek Keterangan dari Mpu Klinting
341
Teka Teki
342
Putri Pertama
343
Murid Padepokan Padas Putih
344
Saudara Seperguruan
345
Bupati Baru Gelang-gelang
346
Hal Yang Ditunggu
347
Kadiri Kesaput Surup
348
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 1 )
349
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 2 )
350
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 3 )
351
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 4 )
352
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 5 )
353
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 6 )
354
Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Parakrama Digjaya Uttunggadewa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!