Gerombolan Serigala Abu-abu

****

Di istana Kerajaan Panjalu, Prabu Jitendrakara alias Panji Watugunung sedang duduk di kursi nya sedang menerima pisowanan Siwikarna dan Jaluwesi juga Tumenggung Ludaka di ruang pribadi Raja.

Dua dayang yang bertugas untuk memenuhi semua kebutuhan raja nampak duduk bersimpuh di belakang dengan patuh.

"Jadi mereka dua orang prajurit yang kau tempatkan untuk menemani putra ku selama tiga purnama ini, Tumenggung Ludaka?", Panji Watugunung menatap ke arah dua orang pria bertubuh kekar itu yang nampak menunduk hormat kepada nya.

"Benar sekali Gusti Prabu..

Mereka lah yang hamba tugaskan untuk menjaga Gusti Pangeran Panji Tejo Laksono di tempat pelatihan nya", Tumenggung Ludaka menghormat pada Panji Watugunung usai berbicara.

Hemmmmmmm...

"Lantas dimana putra ku saat ini? Kenapa kalian kembali tanpa dia?", tanya Prabu Jayengrana sambil menatap ke arah Siwikarna dan Jaluwesi.

"Mohon ampun Gusti Prabu..

Kami kemari atas utusan Gusti Pangeran Panji Tejo Laksono untuk mengantar nawala ini pada Gusti Prabu", Siwikarna kemudian mengambil sepucuk surat yang di tulis oleh Panji Tejo Laksono dan menghaturkan nya pada Panji Watugunung dengan kedua tangannya.

Maharaja Panjalu itu segera berdiri dari tempat duduknya dan mengambil surat dari tangan Siwikarna. Di bawah penerangan lampu minyak jarak, Panji Watugunung membaca surat dari putra sulung nya itu dalam hati.

'Sembah bakti hamba pada Kanjeng Romo Prabu Jitendrakara,

Sang penguasa Kerajaan Panjalu yang perkasa,

Meneruskan laku tapa brata pelatihan,

Guru Begawan Ganapati meminta upah ilmu yang di ajarkan,

Berupa tapa ngrame selama 40 hari,

Untuk menempa diri dan jiwa,

Mohon kiranya Kanjeng Romo Prabu mengerti,

Ananda akan kembali ke istana setelah upah di tepati'

Demikianlah bunyi surat yang ditulis oleh Panji Tejo Laksono. Panji Watugunung segera menggenggam erat nawala yang di tulis pada lembar daun lontar itu.

"Putra ku memang mirip dengan ku hehehehe..

Sepengetahuan kalian, kemana arah perginya dia?", kembali Panji Watugunung menatap ke arah Siwikarna dan Jaluwesi.

"Kami berpisah dengan Gusti Pangeran sewaktu di lereng gunung, Gusti Prabu.. Tapi seperti nya beliau menuju ke arah selatan", ujar Jaluwesi sambil menyembah pada Prabu Jayengrana.

Hemmmmmmm

"Berarti tujuan nya adalah ke Kadipaten Seloageng. Ya sudahlah, biarkan dia menempa diri nya di dunia persilatan, toh 40 hari lagi dia akan pulang.

Tumenggung Ludaka,

Bagaimana dengan tugas yang aku berikan kepada mu? Apa sudah ada kemajuan?", kali ini Prabu Jayengrana mengalihkan pandangannya pada Tumenggung Ludaka.

"Utusan yang kita kirim ke Jenggala masih belum kembali Gusti Prabu. Kita hanya bisa menunggu kedatangan nya", ujar Tumenggung Ludaka sambil menghormat.

"Ini tidak boleh di biarkan berlarut-larut. Setelah dua pekan, jika utusan kita belum juga pulang, kau kembali kemari untuk membicarakan masalah ini.

Apa kau mengerti Tumenggung Ludaka?", titah Panji Watugunung segera.

"Sendiko dawuh Gusti Prabu Jayengrana", ujar Tumenggung Ludaka dengan cepat. Usai laporan mereka selesai, Tumenggung Ludaka, Siwikarna dan Jaluwesi segera mohon diri.

Setelah itu, Panji Watugunung segera melangkah menuju ke arah kamar tidur pribadinya yang ada di belakang Balai Paseban Agung Kerajaan Panjalu.

Kedatangan nya di sambut oleh Dewi Anggarawati yang merupakan salah satu dari 3 permaisuri Panji Watugunung. Kebetulan malam itu adalah jatah mereka untuk bersama.

Begitu Dewi Anggarawati menyambut, dua dayang istana itu langsung menghormat dan mengundurkan diri dari hadapan Panji Watugunung dan Dewi Anggarawati.

"Kau kelihatannya banyak pikiran, Kangmas Prabu..

Sedang ada masalah apa?", tanya Dewi Anggarawati sambil tersenyum simpul.

"Putra mu melakukan topo ngrame, Dinda Anggarawati.. 40 hari lagi dia baru pulang ke istana", jawab Panji Watugunung sambil melepaskan sumping sulur pakis nya.

"Kenapa kau khawatir? Bukan kah ada orang yang mengawalnya?", Dewi Anggarawati membantu Panji Watugunung melepaskan sumping sulur pakis di telinga kiri suaminya.

Huhhhhh...

"Kau itu seperti tidak hapal dengan watak Tejo Laksono, Dinda..

Mana mau dia di kawal oleh para prajurit?", ujar Panji Watugunung sambil menghela nafas panjang.

"Duh anak ini kenapa sih keras kepala sekali? Sekali sekali tidak bikin khawatir orang tua itu apa gatal badannya?", omel Dewi Anggarawati sambil mendengus keras.

"Hahahaha...

Persis seperti ibunya Dinda hahahaha.. Sudahlah Dinda, anak burung elang tidak akan bisa menjadi raja langit jika masih dalam sarang nya. Biarkan saja dia menemukan beberapa pengalaman hidup. Nanti akan membuat nya menjadi orang yang bijaksana", ucap Panji Watugunung sambil tertawa lepas.

"Tapi Kangmas...", belum selesai Dewi Anggarawati bicara, jari telunjuk Panji Watugunung segera menutup bibirnya.

"Tidak ada tapi tapian...

Aku juga tidak suka putra ku menjadi anak malas karena ibunya terlalu memanjakan nya. Ayo sekarang kita tidur, sudah waktunya kita untuk itu", senyum nakal Panji Watugunung segera terukir di wajah tampan nya.

"Ah kau ini Kangmas..

Kita itu sudah tua, sudah hampir punya menantu. Jangan seperti anak muda", sahut Dewi Anggarawati sambil tersenyum tipis.

"Eits tua itu pusar ke atas ya..

Kalau pusar ke bawah masih 2 dasawarsa Dinda hehehehe", Panji Watugunung segera menarik tangan Dewi Anggarawati ke atas ranjangnya. Perempuan cantik itu hanya tersenyum simpul saat Maharaja Panjalu itu mulai mencumbu leher nya..

Salah satu dayang yang mendampingi Prabu Jayengrana terlihat mengendap-endap menuju ke arah pintu samping istana Katang-katang. Dua orang prajurit yang bertugas langsung membuka pintu samping istana dan si dayang langsung menutupi wajahnya dengan kain selendang warna hitam hingga wajahnya tak jelas.

Di dekat pasar besar, dia berbelok ke arah sebuah warung makan yang terletak di samping pasar. Suasana malam terasa begitu sepi, hingga membuat orang malas keluar rumah.

Di samping warung makan, sebuah pohon waru tegak berdiri. Di sanalah sang dayang istana berhenti. Sesosok bayangan hitam terlihat berdiri di sana dengan membelakangi sang dayang istana yang bernama Kanti ini.

"Berita apa yang kau bawa hari ini, Kanti?", ujar si bayangan hitam dengan suara berat nya.

"Gusti Pangeran Panji Tejo Laksono akan pulang ke Kadiri 40 hari lagi. Sekarang dia sedang menjalani topo ngrame di Kadipaten Seloageng.

Kisanak,

Aku sudah menjadi mata mata mu selama ini. Bisakah kau lepaskan ayah ku dari penjara?", ujar Kanti penuh harap.

"Aku jamin bisa melepaskan nya, kau tunggu saja 40 hari lagi.

Sekarang kau kembali lah, tugas mu berbahaya. Kalau kau ketahuan, bukan hanya kau tapi seluruh keluarga mu akan di penggal oleh Gusti Prabu Jayengrana", ujar si bayangan hitam itu segera.

Kanti menghela nafas panjang sebelum kembali kearah istana Katang-katang. Setelah Kanti pergi, si bayangan hitam itu segera berkelebat cepat kearah barat.

'Ini kesempatan emas yang tidak boleh dibiarkan begitu saja. Dia pasti gembira mendengar berita ini', batin si bayangan hitam yang terus bergerak menuju ke sebuah rumah besar yang ada di barat kota.

****

Pagi menjelang tiba di wilayah Kadipaten Seloageng. Suara kokok ayam jantan bersahutan menyambut kedatangan sang mentari yang mulai menerangi langit timur dengan semburat jingga nya. Suasana sejuk begitu segar di kawasan timur kota Pakuwon Palah.

Pagi itu, Panji Tejo Laksono membeli dua ekor kuda sebagai sarana perjalanan nya dari seorang pedagang kuda yang tak jauh dari rumah Ki Wongso dan Nyi Sumi.

Setelah berpamitan kepada Ki Wongso dan Nyi Sumi, Panji Tejo Laksono memberikan 10 kepeng perak kepada Nyi Sumi. Meski awalnya menolak, namun Nyi Sumi akhirnya tidak kuasa menolak kebaikan hati Panji Tejo Laksono setelah pangeran muda ini berkata bahwa dia memberikan uang itu sebagai tanda sayang nya kepada mereka.

Kejadian pembantaian para pencuri sadis yang meresahkan masyarakat di timur kota Pakuwon Palah itu langsung menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Mereka bertanya-tanya siapakah yang bisa melenyapkan para perusuh itu padahal para prajurit Pakuwon Palah saja kesulitan untuk menangani mereka.

"Kang, aku dengar dari Ki Lurah katanya yang menghabisi para bromocorah itu adalah satu orang loh.

Itu kata Ki Lurah setelah mendengar dari Juru Prajurit yang menangani masalah ini", ujar seorang warga yang terlihat bergerombol di depan salah satu rumah warga.

"Benar Yo..

Katanya itu cuma bisa di lakukan oleh seorang pendekar yang menguasai ilmu pedang tinggi.

Mereka semua terbunuh oleh sayatan pedang yang serupa.

Hebatnya lagi, dia tidak mengambil satu pun barang hasil rampokan mereka", jawab seorang lelaki sepuh sambil mengelus jenggotnya.

"Ya semoga saja dengan matinya mereka, ketentraman Kota Palah akan terus terjaga ya kang.. ", sahut seorang lainnya.

Panji Tejo Laksono dan Gayatri terus memacu kudanya kearah timur. Melewati beberapa perkampungan kecil, mereka sampai di wilayah Pakuwon Bedander pada tengah hari. Sambil mengisi perut di sebuah rumah makan, Panji Tejo Laksono memperhatikan kehidupan sehari-hari masyarakat kota kecil ini.

Ada sepasang mata yang terus memperhatikan gerak-gerik Panji Tejo Laksono. Setelah yakin dengan perkiraan nya, pemilik sepasang mata ini segera bergegas menuju ke arah seorang lelaki bertubuh gempal sambil membisikkan sesuatu. Si lelaki bertubuh gempal mengangguk, dan segera berlari cepat kearah sebuah hutan bambu yang ada di selatan Kota Pakuwon Bedander.

Beberapa orang berpakaian abu-abu dengan ikat kepala hitam tengah duduk di sebuah bangunan dari kayu yang ada di tengah hutan bambu saat lelaki itu tiba disana.

"Lurah e Lurah e..

Dimana lurah e?", ujar si lelaki bertubuh gempal itu dengan keras.

"Ada apa Ndol? Kenapa kau teriak teriak seperti orang gila begitu?", tanya salah seorang dari kelompok lelaki yang duduk di teras bangunan kayu itu.

"Ada yang penting, Kang Wugu..

Itu si lelaki yang di omongkan Lurah e tadi pagi, terlihat di kota Pakuwon Bedander", jawab si lelaki bertubuh gempal yang di panggil Bendol.

Tak berapa lama kemudian seorang lelaki paruh baya berjenggot lebat dengan sorot mata tajam keluar dari dalam bangunan kayu itu sambil mendengus keras.

"Ada apa ini ribut ribut ha? Mengganggu orang tidur saja", hardik si lelaki paruh baya bertubuh kekar itu sambil mendelik tajam ke arah Bendol.

"Anu ampuni aku Lurah e..

Itu si Moyo baru kasih kabar kalau si lelaki yang di perintahkan Lurah e untuk mengabari kalau melihatnya, ada di rumah makan Nyi Umang", lapor si Bendol setelah melihat lelaki paruh baya itu muncul.

"Lelaki? Lelaki apa?", lelaki bertubuh kekar berotot itu mendelik ke arah Bendol.

"Aduh Lurah e ini bagaimana to..

Itu loh Lurah e, yang lurah e terima perintah tadi pagi", Bendol mengingatkan. Si lelaki paruh baya bertubuh kekar itu langsung menepuk jidatnya sendiri.

"Kampret, lupa aku!

Kau dimana melihat nya tadi?", si lelaki paruh baya bertubuh kekar itu langsung ingat.

Dia adalah Besari, pimpinan gerombolan Serigala Abu-abu, salah satu kelompok perampok sadis yang tak segan segan untuk menghabisi nyawa orang yang di rampok nya. Tadi pagi dia menerima perintah dari seseorang di Kota Kadipaten Seloageng untuk membina seorang pria muda tampan yang berusia sekitar 2 dasawarsa. Ciri ciri nya dia memiliki hidung mancung, kulit putih, alis mata tebal dan sebuah tahi lalat kecil di atas bibir kanan nya. Asal bisa membunuh dan menyerahkan kepalanya, ada hadiah sebesar 100 kepeng emas. Hadiah yang besar itu tentu saja membuat siapapun tergiur untuk mendapatkan nya.

"Bukan aku yang melihatnya, tapi si Moyo yang melihat nya. Dia sedang mengikuti lelaki itu yang katanya bersama dengan seorang lelaki yang wajahnya mirip seorang gadis", terang Bendol sambil menatap ke arah Besari.

"Terus pantau pergerakan nya. Laporkan setiap ada kesempatan. Kalau dia ke selatan, kita cegat dia di Alas Kembang Arum", perintah Besari dengan cepat.

"Mengerti Lurah e ", jawab Bendol yang langsung bergegas kembali ke arah Kota Pakuwon Bedander. Setelah kepergian Bendol, Besari membawa ke 8 anak buah nya untuk bergerak menuju ke arah Alas Kembang Arum yang menjadi jalan utama menuju ke arah Wanua Ranja yang menghubungkan wilayah Kadipaten Seloageng dan Tanah Perdikan Lodaya.

Usai makan siang, Panji Tejo Laksono segera melompat ke atas kuda nya diikuti oleh Gayatri. Gadis itu rupanya ingin mengikuti langkah Panji Tejo Laksono kemanapun dia pergi asal tidak pulang ke rumah Juragan Wirakrama di kota Kadipaten Seloageng.

"Kita mau kemana, Taji?", tanya Gayatri setelah mereka naik ke atas kuda mereka masing-masing.

"Untuk saat ini aku ingin ke Tanah Perdikan Lodaya, Gayatri..

Melihat wilayah lain, akan membuka wawasan ku tentang kehidupan ", jawab Panji Tejo Laksono sambil menepuk bahu kudanya. Kuda itu langsung berjalan menuju ke arah selatan. Anjani mengikuti di belakangnya.

Moyo langsung memberi isyarat kepada Bendol untuk melapor pada Besari. Lelaki bertubuh gempal itu langsung melesat cepat memotong jalan menuju tepi hutan Kembang Arum dimana Besari dan anggota Gerombolan Serigala Abu-abu menunggu berita.

Panji Tejo Laksono terus menjalankan kuda nya dengan cepat menyusuri jalan raya yang menuju ke arah Wanua Ranja bersama Gayatri.

Saat memasuki kawasan hutan Kembang Arum, tiba-tiba sebuah pohon ambruk melintang di tengah jalan.

Bruuuuaaaakkkkhhh!!

Panji Tejo Laksono langsung menarik tali kekang kudanya dan kuda itu langsung meringkik keras sebelum berhenti. Tiba-tiba saja...

Whuuutt whuuthhh..

Dua buah besi jangkar bertali melesat cepat di kedua sisi tubuh Panji Tejo Laksono. Berikut nya dua jangkar bertali juga melesat cepat di dua sisi berbeda. Delapan orang dengan cekatan saling menarik hingga mengikat tubuh Panji Tejo Laksono yang masih diatas kuda.

Hahahaha..

"Ternyata mudah sekali untuk menangkap mu, bocah tengik!", ujar Besari yang muncul dari balik semak belukar yang tumbuh di tepi hutan Kembang Arum. Di tangan kanannya tergenggam sebuah cakar besi sepanjang sejengkal kaki.

"Siapa kalian? Kenapa kalian menangkap ku?", tanya Panji Tejo Laksono sambil berusaha melepaskan diri.

"Kami adalah Gerombolan Serigala Abu-abu yang di sewa untuk membunuh mu, bocah tengik!", jawab Besari sambil menyeringai lebar.

"Sekarang bersiaplah untuk mati!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Masih bersama kopi tubruk gula Jawa, selamat begadang kawan kawan 😁😁✌️✌️

Terpopuler

Comments

Mahayabank

Mahayabank

Yaudah lanjuuuut lagiiieee 👌👌👌

2024-03-26

0

Mahayabank

Mahayabank

/Good//Good//Good//Moon//Moon/

2024-03-26

0

Mahayabank

Mahayabank

Bersiap lah untuk mati /Ok//Ok/

2024-03-26

0

lihat semua
Episodes
1 Prahara Jurang Menjing
2 Begawan Ganapati
3 Samaran
4 Kota Pakuwon Palah
5 Gerombolan Serigala Abu-abu
6 Tanah Perdikan Lodaya
7 Pemuda Tampan Bercaping Bambu
8 Gending Pemikat Sukma
9 Pertarungan Di Tengah Sawah
10 Menuju Kadipaten Karang Anom
11 Makam Keramat Gunung Budeg
12 Makam Keramat Gunung Budeg 2
13 Kawan Baru
14 Hutan Jati Perbatasan
15 Sisa Kelompok Bulan Sabit Darah
16 Pertapaan Bukit Rance
17 Pertapaan Bukit Rance 2
18 Pakuwon Widoro
19 Akuwu Durjana
20 Akuwu Durjana 2
21 Rahasia Gayatri
22 Tantangan
23 Wiku Sesat dan Sepasang Pedang Pembunuh dari Gunung Wilis
24 Kidung Cinta Endang Patibrata
25 Mimpi
26 Tuduhan Mata-mata
27 Setan Gunung Wilis
28 Hasrat Terlarang Dewi Ambarwati
29 Panggil Aku Wiro
30 Guru Untuk Wiropati
31 Dendam Kesumat dari Tanah Blambangan
32 Salah Paham
33 Palupi dan Luh Jingga
34 Melawan Jerangkong Api
35 Pencuri
36 Istana Kotaraja
37 Ayah dan Anak
38 Pedang Naga Api
39 Bagian
40 Pertempuran Sungai Lawor
41 Pertempuran Sungai Lawor 2
42 Pertempuran Sungai Lawor 3
43 Pertempuran Sungai Lawor 4
44 Perayaan
45 Pangeran Dari Kadiri
46 Kembang Istana Kadipaten Kalingga
47 Iblis Picak dari Sungai Wulayu
48 Pengelana dari Jauh
49 Sama Gilanya
50 Perguruan Tapak Suci
51 Luh Jingga dan Gayatri
52 Akhir Hidup Kelelawar Mata Iblis
53 Utusan Istana Kadiri
54 Taruhan
55 Karena Arak
56 Setan Gendeng dari Lembah Kali Serang
57 Wasesodirjo dan Raden Sindupati
58 Kembar Tapi Beda
59 Kejutan Besar
60 Lelaki Tua Berjari Buntung
61 Pertarungan yang Melelahkan
62 Maling Hati
63 Tahanan
64 Istana Kadipaten Kalingga
65 Tantangan dari Danapati
66 Adu Jago Ilmu Beladiri
67 Tugas
68 Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 1)
69 Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 2)
70 Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 3)
71 Berangkat ke Tanah Tiongkok
72 Pelabuhan Tumasik
73 Perompak Bendera Hitam
74 Pangeran Suryavarman
75 Kecantikan Putri Champa
76 Malam Panjang
77 Kota Lin'an
78 Penginapan Musim Semi
79 Hadangan Perampok Gunung Lima Singa
80 Siapa Kau Sebenarnya?
81 Gumbreg Melawan Gu Heng
82 Pesta
83 Tubuh Emas
84 Dewa Pedang Wang Chun Yang
85 Putri Lan
86 Raja Serigala Gosong
87 Perayaan Danau Naga ( bagian 1 )
88 Perayaan Danau Naga ( bagian 2 )
89 Perayaan Danau Naga ( bagian 3 )
90 Stempel Giok Naga
91 Nona Besar Song
92 Pertarungan
93 Pencuri Angin
94 Pencuri Angin 2
95 Menuju ke Kota Kaifeng
96 Hati Tiga Wanita Cantik
97 Hua Mei dan Gui Wu
98 Sekte Lembah Hantu
99 Ayu Ratna Palsu
100 Tamu Tak Diundang
101 Melawan Hauw Tian
102 Melawan Hauw Tian 2
103 Lawan Lama Ayah
104 Pertarungan di Kuil Shaolin
105 Pertarungan di Kuil Shaolin 2
106 Tiga Pukulan
107 Kisah Pilu Sepasang Kekasih
108 Ilmu Semesta Yin Yang
109 Di Tepi Jurang Terjal
110 Masalah di Kota Luoyang
111 Pelajaran untuk Fan Zhong Yan
112 Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou
113 Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou 2
114 Rumah Makan Bunga Persik
115 Ilmu Sembilan Matahari
116 Dewi Topeng Waja
117 Ajian Gelap Sayuto
118 Melawan Luo Fan
119 Melawan Luo Fan 2
120 Kaisar Huizong
121 Bara Api Dendam dari Rajapura
122 Pendekar Berpedang Butut
123 Mapanji Jayagiri
124 Siluman Rawa Seribu Teratai
125 Siluman Rawa Seribu Teratai 2
126 Balada Penari Tledek
127 Jasa Pengawalan Bendera Naga
128 Si Ular Kecil
129 Cinta Tak Harus Memiliki
130 Sepasang Iblis Gagak Berkaki Tiga
131 Lawan Yang Sepadan
132 Pimpinan Pasukan
133 Salah Paham
134 Madu
135 Istana Kalingga
136 Ikatan Sepuluh Cincin
137 Ikatan Sepuluh Cincin 2
138 Ikatan Sepuluh Cincin 3
139 Kejutan Yang Tidak Terduga
140 Para Prajurit Penjaga Perbatasan
141 Suasana Kadipaten Rajapura
142 Bajak Laut Tsang
143 Bajak Laut Tsang 2
144 Gegabah
145 Benteng Pertahanan Karangwuluh
146 Tanah Jawadwipa, Aku Kembali..
147 Siapa Dia?
148 Persiapan di Kalingga
149 Bantaran Kali Comal
150 Rajapura adalah Lawan
151 Para Penantang
152 Akhir Hidup Sang Otak Pemberontakan
153 Pesona Putri China
154 Telik Sandi
155 Pengorbanan Nyi Kenikir
156 Penyerbuan Rajapura
157 Diatas Langit Masih Ada Langit
158 Apa Mau Mu?
159 Ilmu Pangiwa
160 Kematian Junggul Mertalaya
161 Pertempuran Sesungguhnya
162 Empat Calon Istri Panji Tejo Laksono
163 Rencana
164 Pilihan
165 Situasi Istana Kadipaten Rajapura
166 Pertarungan di Malam Buta
167 Rencana Selanjutnya
168 Membangun Kembali Rajapura
169 Pendekar Pedang Gading dari Pesisir Selatan
170 Prasangka
171 Adu Pedang di Depan Gerbang Istana
172 Menuju ke Kota Kalingga
173 Persiapan Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Ayu Ratna
174 Resi Sanggabuana
175 Suara Tanpa Wujud
176 Kedatangan Prabu Jayengrana
177 Wejangan
178 Malam Pertama
179 Tanah Lungguh
180 Ajian Bayu Swara
181 Wasiat Terakhir Sang Adipati Sepuh
182 Kelompok Bulan Sabit Darah
183 Sebelas Bayangan
184 Ksatria Lama
185 Upacara Penyucian Jiwa
186 Persiapan Penobatan
187 Dukungan
188 Paksijandu dan Nalini
189 Pangeran Adipati Panji Tejo Laksono
190 Penjara
191 Hidup atau Mati
192 Jimat Keong Buntet
193 Lelaki Bertudung Hitam dan Si Tabib Putih
194 Panji Manggala Seta
195 Pakuwon Weling
196 Di Pertapaan Panumbangan
197 Tewasnya Sang Pimpinan Ketujuh
198 Nyi Dadap Segara dan Ki Pancatnyana
199 Tantangan Ki Pancatnyana
200 Pedang Tulang Iblis
201 Maharesi Padmanaba
202 Syarat dari Dyah Kirana
203 Dyah Kirana
204 Ajian Chanda Bhirawa
205 Istri Kelima
206 Kediaman Lurah Wanua Ranja
207 Perempuan Cantik Berkemben Hijau
208 Ki Kalawisesa dan Wigati
209 Tawon Raksasa
210 Akhir Sebuah Dendam
211 Iblis Gunung Kawi
212 Nawala dari Prabu Jayengrana
213 Kedewasaan Gayatri
214 Kroco
215 Dewa dari Kahyangan
216 Menuju Pakuwon Tumapel
217 Kawan Baru
218 Lelaki Di Dalam Kabut
219 Malam di Tepi Hutan
220 Titah Prabu Jayengrana
221 Pendekar Golok Angin
222 Sandyakala di Langit Seloageng
223 Sandyakala di Langit Seloageng 2
224 Racun Penghancur Hati
225 Situasi Genting
226 Mengejar Penculik Ayu Ratna
227 Padepokan Ular Siluman ( bagian 1 )
228 Padepokan Ular Siluman ( bagian 2 )
229 Padepokan Ular Siluman ( bagian 3 )
230 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
231 Persiapan
232 Bantuan dari Lodaya
233 Saatnya Telah Tiba
234 Rencana Kedua
235 Senjata Cadangan Jenggala
236 Siapa Dia Sebenarnya?
237 Kemenangan di Selatan
238 Pasukan Gajah
239 Pimpinan Sementara
240 Mimpi Dewi Anggarawati
241 Orang-orang Wanua Karang Pulut
242 Orang-orang Wanua Karang Pulut 2
243 Perang Kota Kunjang
244 Perang Kota Kunjang 2
245 Perang Kota Kunjang 3
246 Perang Kota Kunjang 4
247 Perang Kota Kunjang 5
248 Akhir Perang Kota Kunjang
249 Akhir Perang Kota Kunjang 2
250 Benteng Pertahanan Wanua Sungging
251 Rencana Busuk Mapanji Jayawarsa
252 Bidadari Gunung Arjuna
253 Pangeran Ganeshabrata
254 Bantuan Yang Di Janjikan
255 Akhir Peperangan
256 Tabir Yang Mulai Tersingkap
257 Kembali ke Kotaraja Daha
258 Mulut Seorang Pelacur
259 Putri Akuwu
260 Sepasang Iblis Pemotong Kepala
261 Intrik Istana
262 Bukan Pendekar Sembarangan
263 Pulang ke Seloageng
264 Pasar Besar Kota Gelang-gelang
265 Permintaan Eyang
266 Utusan Padepokan Anggrek Bulan
267 Dewi Anggrek Bulan
268 Gerimis
269 Ki Jatmika
270 Kisah Kelam Anggrek Perak
271 Wangsit
272 Pertapaan Gunung Penanggungan
273 Rajah Smaradahana
274 Menuju Kotaraja Kahuripan
275 Putri Uttejana
276 Adu Jago
277 Bidadari Bertopeng Perak
278 Melawan Nini Raga Setan
279 Ajian Malih Rupa
280 Bahaya Besar
281 Ilmu Sembilan Matahari Tahap Kedelapan
282 Menantang Para Petinggi Kelompok Bulan Sabit Darah
283 Mpu Purwa
284 Keruwetan Demung Gumbreg
285 Warung Kembang Sore
286 Nyi Kembang Sore Sang Ratu Pemikat
287 Istana Perut Bumi
288 Istana Perut Bumi 2
289 Wanita Berambut Api
290 Jati Diri Dyah Kirana
291 Jati Diri Dyah Kirana 2
292 Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Dyah Kirana
293 Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 1 )
294 Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 2 )
295 Dewi Lembah Wilis
296 Dewi Lembah Wilis 2
297 Dewi Lembah Wilis 3
298 Hutan Larangan
299 Wujud Yang Tidak Berjasad
300 Cerita Sepasang Kekasih
301 Para Penghadang
302 Adipati Arya Natakusuma
303 Misteri Hilangnya Dewi Sekar Kedaton
304 Sayembara Panjalu
305 Mencari Pujaan Hati
306 Pendopo Agung Istana Katang-katang
307 Setan Berwujud Manusia
308 Melawan Prabu Gendarmanik
309 Melawan Prabu Gendarmanik 2
310 Gayatri Hamil?
311 Lodaya Menagih Janji
312 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 1 )
313 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 2 )
314 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 3 )
315 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 4 )
316 Perubahan
317 Singgasana Panjalu
318 Lelaki Tua Berambut Merah
319 Demung Gumbreg
320 Rencana Busuk Para Pejabat
321 Kebimbangan Hati Adipati Anjuk Ladang
322 Ulah Rara Kinanti
323 Utusan dari Anjuk Ladang
324 Iblis Bukit Manoreh
325 Malam Pertama Rara Kinanti
326 Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga
327 Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga 2
328 Keangkuhan
329 Woro dan Wati
330 Menuju Ke Barat
331 Perbatasan Kadipaten Lewa
332 Rampok Kelabang Merah
333 Salah Masuk
334 Saatnya Memenggal Kepala Sang Iblis
335 Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 1 )
336 Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 2 )
337 Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 3 )
338 Suasana Kadipaten Anjuk Ladang
339 Rencana Selanjutnya
340 Mengorek Keterangan dari Mpu Klinting
341 Teka Teki
342 Putri Pertama
343 Murid Padepokan Padas Putih
344 Saudara Seperguruan
345 Bupati Baru Gelang-gelang
346 Hal Yang Ditunggu
347 Kadiri Kesaput Surup
348 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 1 )
349 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 2 )
350 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 3 )
351 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 4 )
352 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 5 )
353 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 6 )
354 Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Parakrama Digjaya Uttunggadewa
Episodes

Updated 354 Episodes

1
Prahara Jurang Menjing
2
Begawan Ganapati
3
Samaran
4
Kota Pakuwon Palah
5
Gerombolan Serigala Abu-abu
6
Tanah Perdikan Lodaya
7
Pemuda Tampan Bercaping Bambu
8
Gending Pemikat Sukma
9
Pertarungan Di Tengah Sawah
10
Menuju Kadipaten Karang Anom
11
Makam Keramat Gunung Budeg
12
Makam Keramat Gunung Budeg 2
13
Kawan Baru
14
Hutan Jati Perbatasan
15
Sisa Kelompok Bulan Sabit Darah
16
Pertapaan Bukit Rance
17
Pertapaan Bukit Rance 2
18
Pakuwon Widoro
19
Akuwu Durjana
20
Akuwu Durjana 2
21
Rahasia Gayatri
22
Tantangan
23
Wiku Sesat dan Sepasang Pedang Pembunuh dari Gunung Wilis
24
Kidung Cinta Endang Patibrata
25
Mimpi
26
Tuduhan Mata-mata
27
Setan Gunung Wilis
28
Hasrat Terlarang Dewi Ambarwati
29
Panggil Aku Wiro
30
Guru Untuk Wiropati
31
Dendam Kesumat dari Tanah Blambangan
32
Salah Paham
33
Palupi dan Luh Jingga
34
Melawan Jerangkong Api
35
Pencuri
36
Istana Kotaraja
37
Ayah dan Anak
38
Pedang Naga Api
39
Bagian
40
Pertempuran Sungai Lawor
41
Pertempuran Sungai Lawor 2
42
Pertempuran Sungai Lawor 3
43
Pertempuran Sungai Lawor 4
44
Perayaan
45
Pangeran Dari Kadiri
46
Kembang Istana Kadipaten Kalingga
47
Iblis Picak dari Sungai Wulayu
48
Pengelana dari Jauh
49
Sama Gilanya
50
Perguruan Tapak Suci
51
Luh Jingga dan Gayatri
52
Akhir Hidup Kelelawar Mata Iblis
53
Utusan Istana Kadiri
54
Taruhan
55
Karena Arak
56
Setan Gendeng dari Lembah Kali Serang
57
Wasesodirjo dan Raden Sindupati
58
Kembar Tapi Beda
59
Kejutan Besar
60
Lelaki Tua Berjari Buntung
61
Pertarungan yang Melelahkan
62
Maling Hati
63
Tahanan
64
Istana Kadipaten Kalingga
65
Tantangan dari Danapati
66
Adu Jago Ilmu Beladiri
67
Tugas
68
Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 1)
69
Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 2)
70
Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 3)
71
Berangkat ke Tanah Tiongkok
72
Pelabuhan Tumasik
73
Perompak Bendera Hitam
74
Pangeran Suryavarman
75
Kecantikan Putri Champa
76
Malam Panjang
77
Kota Lin'an
78
Penginapan Musim Semi
79
Hadangan Perampok Gunung Lima Singa
80
Siapa Kau Sebenarnya?
81
Gumbreg Melawan Gu Heng
82
Pesta
83
Tubuh Emas
84
Dewa Pedang Wang Chun Yang
85
Putri Lan
86
Raja Serigala Gosong
87
Perayaan Danau Naga ( bagian 1 )
88
Perayaan Danau Naga ( bagian 2 )
89
Perayaan Danau Naga ( bagian 3 )
90
Stempel Giok Naga
91
Nona Besar Song
92
Pertarungan
93
Pencuri Angin
94
Pencuri Angin 2
95
Menuju ke Kota Kaifeng
96
Hati Tiga Wanita Cantik
97
Hua Mei dan Gui Wu
98
Sekte Lembah Hantu
99
Ayu Ratna Palsu
100
Tamu Tak Diundang
101
Melawan Hauw Tian
102
Melawan Hauw Tian 2
103
Lawan Lama Ayah
104
Pertarungan di Kuil Shaolin
105
Pertarungan di Kuil Shaolin 2
106
Tiga Pukulan
107
Kisah Pilu Sepasang Kekasih
108
Ilmu Semesta Yin Yang
109
Di Tepi Jurang Terjal
110
Masalah di Kota Luoyang
111
Pelajaran untuk Fan Zhong Yan
112
Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou
113
Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou 2
114
Rumah Makan Bunga Persik
115
Ilmu Sembilan Matahari
116
Dewi Topeng Waja
117
Ajian Gelap Sayuto
118
Melawan Luo Fan
119
Melawan Luo Fan 2
120
Kaisar Huizong
121
Bara Api Dendam dari Rajapura
122
Pendekar Berpedang Butut
123
Mapanji Jayagiri
124
Siluman Rawa Seribu Teratai
125
Siluman Rawa Seribu Teratai 2
126
Balada Penari Tledek
127
Jasa Pengawalan Bendera Naga
128
Si Ular Kecil
129
Cinta Tak Harus Memiliki
130
Sepasang Iblis Gagak Berkaki Tiga
131
Lawan Yang Sepadan
132
Pimpinan Pasukan
133
Salah Paham
134
Madu
135
Istana Kalingga
136
Ikatan Sepuluh Cincin
137
Ikatan Sepuluh Cincin 2
138
Ikatan Sepuluh Cincin 3
139
Kejutan Yang Tidak Terduga
140
Para Prajurit Penjaga Perbatasan
141
Suasana Kadipaten Rajapura
142
Bajak Laut Tsang
143
Bajak Laut Tsang 2
144
Gegabah
145
Benteng Pertahanan Karangwuluh
146
Tanah Jawadwipa, Aku Kembali..
147
Siapa Dia?
148
Persiapan di Kalingga
149
Bantaran Kali Comal
150
Rajapura adalah Lawan
151
Para Penantang
152
Akhir Hidup Sang Otak Pemberontakan
153
Pesona Putri China
154
Telik Sandi
155
Pengorbanan Nyi Kenikir
156
Penyerbuan Rajapura
157
Diatas Langit Masih Ada Langit
158
Apa Mau Mu?
159
Ilmu Pangiwa
160
Kematian Junggul Mertalaya
161
Pertempuran Sesungguhnya
162
Empat Calon Istri Panji Tejo Laksono
163
Rencana
164
Pilihan
165
Situasi Istana Kadipaten Rajapura
166
Pertarungan di Malam Buta
167
Rencana Selanjutnya
168
Membangun Kembali Rajapura
169
Pendekar Pedang Gading dari Pesisir Selatan
170
Prasangka
171
Adu Pedang di Depan Gerbang Istana
172
Menuju ke Kota Kalingga
173
Persiapan Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Ayu Ratna
174
Resi Sanggabuana
175
Suara Tanpa Wujud
176
Kedatangan Prabu Jayengrana
177
Wejangan
178
Malam Pertama
179
Tanah Lungguh
180
Ajian Bayu Swara
181
Wasiat Terakhir Sang Adipati Sepuh
182
Kelompok Bulan Sabit Darah
183
Sebelas Bayangan
184
Ksatria Lama
185
Upacara Penyucian Jiwa
186
Persiapan Penobatan
187
Dukungan
188
Paksijandu dan Nalini
189
Pangeran Adipati Panji Tejo Laksono
190
Penjara
191
Hidup atau Mati
192
Jimat Keong Buntet
193
Lelaki Bertudung Hitam dan Si Tabib Putih
194
Panji Manggala Seta
195
Pakuwon Weling
196
Di Pertapaan Panumbangan
197
Tewasnya Sang Pimpinan Ketujuh
198
Nyi Dadap Segara dan Ki Pancatnyana
199
Tantangan Ki Pancatnyana
200
Pedang Tulang Iblis
201
Maharesi Padmanaba
202
Syarat dari Dyah Kirana
203
Dyah Kirana
204
Ajian Chanda Bhirawa
205
Istri Kelima
206
Kediaman Lurah Wanua Ranja
207
Perempuan Cantik Berkemben Hijau
208
Ki Kalawisesa dan Wigati
209
Tawon Raksasa
210
Akhir Sebuah Dendam
211
Iblis Gunung Kawi
212
Nawala dari Prabu Jayengrana
213
Kedewasaan Gayatri
214
Kroco
215
Dewa dari Kahyangan
216
Menuju Pakuwon Tumapel
217
Kawan Baru
218
Lelaki Di Dalam Kabut
219
Malam di Tepi Hutan
220
Titah Prabu Jayengrana
221
Pendekar Golok Angin
222
Sandyakala di Langit Seloageng
223
Sandyakala di Langit Seloageng 2
224
Racun Penghancur Hati
225
Situasi Genting
226
Mengejar Penculik Ayu Ratna
227
Padepokan Ular Siluman ( bagian 1 )
228
Padepokan Ular Siluman ( bagian 2 )
229
Padepokan Ular Siluman ( bagian 3 )
230
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
231
Persiapan
232
Bantuan dari Lodaya
233
Saatnya Telah Tiba
234
Rencana Kedua
235
Senjata Cadangan Jenggala
236
Siapa Dia Sebenarnya?
237
Kemenangan di Selatan
238
Pasukan Gajah
239
Pimpinan Sementara
240
Mimpi Dewi Anggarawati
241
Orang-orang Wanua Karang Pulut
242
Orang-orang Wanua Karang Pulut 2
243
Perang Kota Kunjang
244
Perang Kota Kunjang 2
245
Perang Kota Kunjang 3
246
Perang Kota Kunjang 4
247
Perang Kota Kunjang 5
248
Akhir Perang Kota Kunjang
249
Akhir Perang Kota Kunjang 2
250
Benteng Pertahanan Wanua Sungging
251
Rencana Busuk Mapanji Jayawarsa
252
Bidadari Gunung Arjuna
253
Pangeran Ganeshabrata
254
Bantuan Yang Di Janjikan
255
Akhir Peperangan
256
Tabir Yang Mulai Tersingkap
257
Kembali ke Kotaraja Daha
258
Mulut Seorang Pelacur
259
Putri Akuwu
260
Sepasang Iblis Pemotong Kepala
261
Intrik Istana
262
Bukan Pendekar Sembarangan
263
Pulang ke Seloageng
264
Pasar Besar Kota Gelang-gelang
265
Permintaan Eyang
266
Utusan Padepokan Anggrek Bulan
267
Dewi Anggrek Bulan
268
Gerimis
269
Ki Jatmika
270
Kisah Kelam Anggrek Perak
271
Wangsit
272
Pertapaan Gunung Penanggungan
273
Rajah Smaradahana
274
Menuju Kotaraja Kahuripan
275
Putri Uttejana
276
Adu Jago
277
Bidadari Bertopeng Perak
278
Melawan Nini Raga Setan
279
Ajian Malih Rupa
280
Bahaya Besar
281
Ilmu Sembilan Matahari Tahap Kedelapan
282
Menantang Para Petinggi Kelompok Bulan Sabit Darah
283
Mpu Purwa
284
Keruwetan Demung Gumbreg
285
Warung Kembang Sore
286
Nyi Kembang Sore Sang Ratu Pemikat
287
Istana Perut Bumi
288
Istana Perut Bumi 2
289
Wanita Berambut Api
290
Jati Diri Dyah Kirana
291
Jati Diri Dyah Kirana 2
292
Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Dyah Kirana
293
Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 1 )
294
Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 2 )
295
Dewi Lembah Wilis
296
Dewi Lembah Wilis 2
297
Dewi Lembah Wilis 3
298
Hutan Larangan
299
Wujud Yang Tidak Berjasad
300
Cerita Sepasang Kekasih
301
Para Penghadang
302
Adipati Arya Natakusuma
303
Misteri Hilangnya Dewi Sekar Kedaton
304
Sayembara Panjalu
305
Mencari Pujaan Hati
306
Pendopo Agung Istana Katang-katang
307
Setan Berwujud Manusia
308
Melawan Prabu Gendarmanik
309
Melawan Prabu Gendarmanik 2
310
Gayatri Hamil?
311
Lodaya Menagih Janji
312
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 1 )
313
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 2 )
314
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 3 )
315
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 4 )
316
Perubahan
317
Singgasana Panjalu
318
Lelaki Tua Berambut Merah
319
Demung Gumbreg
320
Rencana Busuk Para Pejabat
321
Kebimbangan Hati Adipati Anjuk Ladang
322
Ulah Rara Kinanti
323
Utusan dari Anjuk Ladang
324
Iblis Bukit Manoreh
325
Malam Pertama Rara Kinanti
326
Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga
327
Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga 2
328
Keangkuhan
329
Woro dan Wati
330
Menuju Ke Barat
331
Perbatasan Kadipaten Lewa
332
Rampok Kelabang Merah
333
Salah Masuk
334
Saatnya Memenggal Kepala Sang Iblis
335
Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 1 )
336
Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 2 )
337
Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 3 )
338
Suasana Kadipaten Anjuk Ladang
339
Rencana Selanjutnya
340
Mengorek Keterangan dari Mpu Klinting
341
Teka Teki
342
Putri Pertama
343
Murid Padepokan Padas Putih
344
Saudara Seperguruan
345
Bupati Baru Gelang-gelang
346
Hal Yang Ditunggu
347
Kadiri Kesaput Surup
348
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 1 )
349
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 2 )
350
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 3 )
351
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 4 )
352
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 5 )
353
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 6 )
354
Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Parakrama Digjaya Uttunggadewa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!