Pertarungan Di Tengah Sawah

Tidak ada jawaban dari dalam bilik kamar Gayatri maupun pergerakan yang terdengar di telinga Ronggo Pekik.

Setelah cukup lama menunggu Ronggo Pekik segera merapal ilmu kanuragan andalannya, Ajian Tapak Besi Dewa Langit yang membuatnya tersohor dengan sebutan Pendekar Tapak Besi.

Selarik sinar biru kehitaman dengan angin dingin berdesir kencang tercipta di telapak tangan Ronggo Pekik. Lelaki paruh baya bertubuh gempal itu menyeringai lebar sebelum melepaskan Ajian Tapak Besi Dewa Langit ke arah dinding penginapan.

"Mampus kalian!"

Whhuuuuuuuggggh....

Blllaaammmmmmmm!!!

Ledakan dahsyat terdengar saat sinar biru kehitaman Ajian Tapak Besi Dewa Langit menghantam dinding kayu Penginapan Kembang Jambu. Dinding kayu itu langsung hancur berkeping keping. Saat yang bersamaan, dua bayangan hitam melesat cepat meninggalkan dalam kamar ke arah selatan.

"Itu mereka!

Cepat kejar!!", teriak Ronggo Pekik yang membuat para pengikutnya melesat cepat mengejar ke arah dua bayangan hitam yang tak lain adalah Panji Tejo Laksono dan Gayatri. Ronggo Pekik menyusul mereka dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh nya.

Kejar-kejaran antara mereka berlangsung di tengah kegelapan malam. Meski hanya dengan sinar bulan separuh menerangi, mereka masih mampu melihat pergerakan dari buruan mereka dengan baik.

"Taji,

Kenapa kau kabur dari mereka?", tanya Gayatri yang masih dalam rengkuhan Panji Tejo Laksono.

"Aku tidak ingin keributan yang terjadi memancing perhatian para prajurit Istana Lodaya.

Lebih baik mencari tempat yang jauh dari pemukiman penduduk untuk menghadapi mereka", alasan Panji Tejo Laksono sambil terus bergerak ke selatan.

Di tengah persawahan luas yang baru di panen di selatan Penginapan Kembang Jambu, Panji Tejo Laksono menghentikan langkah. Dengan cepat, anak buah Ronggo Pekik mengepung mereka.

"Sudah menyerah kau rupanya, tikus kecil?

Baguslah kalau begitu..

Joyo..

Penggal kepala nya agar mudah di tukar dengan kepingan kepeng emas. Cepat!", teriak Ronggo Pekik dengan senyum liciknya.

Mendengar perintah Pendekar Tapak Besi, Joyo langsung melesat cepat kearah Panji Tejo Laksono dengan mengayunkan pedangnya.

Shreeeeettttthhh!!

Panji Tejo Laksono langsung mendorong tubuh Gayatri untuk menjauh, lalu pemuda tampan itu segera merunduk sedikit menghindari sabetan pedang Joyo yang mengincar lehernya.

Secepat kilat dia menghantam dada Joyo dengan keras.

Bhuuukkkhhh! Krreeeeekkkkkk!!

Aaaarrrgggggghhhhh!!!!

Terdengar bunyi tulang patah saat pukulan keras Panji Tejo Laksono menghantam dada Joyo. Orang kepercayaan Ronggo Pekik itu terhuyung huyung mundur sambil memegang dadanya yang terasa dihantam balok kayu besar. Dia langsung roboh dengan mulut mengeluarkan darah segar.

Melihat Joyo di jatuhkan dengan cepat, dua kawan Joyo langsung melesat ke arah Panji Tejo Laksono dari dua arah yang berbeda. Secepat mungkin, Panji Tejo Laksono menghunuskan pedangnya untuk menghadapi mereka.

Panji Tejo Laksono langsung berkelit menghindari tebasan pedang yang mengincar kaki sembari menangkis sabetan pedang yang mengincar lehernya.

Tangan kiri nya yang berwarna merah menyala seperti api langsung menghantam kearah lawan yang menebas kaki.

Whhhuuuuuttttthhhh..

Selarik sinar merah menyala berhawa panas melesat cepat kearah kepala kawan Joyo yang mengincar kaki Panji Tejo Laksono. Pria naas itu tak sempat menghindar saat sinar merah menyala berhawa panas itu menghajar wajah nya.

Dhhhaaaaarrrrrrrrrrr!!!!

Kepala kawan Joyo itu meledak dan hancur berantakan setelah Ajian Tapak Dewa Api yang dilepaskan Panji Tejo Laksono telak menghantam kepala nya. Tubuhnya langsung roboh dengan bersimbah darah.

Satu kawan yang berhasil di tangkis oleh Panji Tejo Laksono kembali membabatkan pedang nya ke arah pangeran muda dari Kadiri itu.

Menggunakan Ilmu Pedang Tanpa Bayangan, Panji Tejo Laksono menghadapi lawan nya.

Seorang anak buah Ronggo Pekik diam diam bergerak menuju ke arah Gayatri yang menatap pertarungan Panji Tejo Laksono. Dia berniat untuk menghabisi nyawa Gayatri tanpa banyak bicara. Namun dia salah perhitungan.

Gayatri tahu bahwa dia tengah diincar oleh salah seorang anak buah Ronggo Pekik. Gadis cantik yang menyamar sebagai laki laki itu perlahan mulutnya berkomat kamit membaca mantra. Saat anak buah Ronggo Pekik melesat ke arah nya, tangan Gayatri menyentilkan sesuatu yang berwarna putih kebiruan kearah leher si anak buah Ronggo Pekik. Kegelapan malam yang membuat penglihatan tidak jelas, jelas membantu pergerakan benda yang di lepaskan oleh Gayatri.

Crreepppphhh!

Aaauuuuggggghhhhh!!!

Anak buah Ronggo Pekik itu langsung meraung keras saat benda putih kebiruan yang di lepaskan oleh Gayatri memotong batang tenggorokannya. Dia limbung dan jatuh tengkurap di hadapan Gayatri. Dari bawah tubuhnya darah perlahan menggenang.

Bersamaan dengan tewasnya orang yang mengincar nyawa Gayatri, Panji Tejo Laksono menghantamkan tapak tangan kiri nya kearah salah satu kawan Joyo.

Blllaaammmmmmmm!!!

Aaaarrrgggggghhhhh!!!

Kawan Joyo yang terbuka sedikit pertahanan nya, benar benar tidak menyangka bahwa itu akan menjadi penyebab kematiannya. Dada kanan nya gosong akibat hantaman Ajian Tapak Dewa Api yang di lepaskan oleh Panji Tejo Laksono. Dia tewas di hadapan Ronggo Pekik.

"Rupanya kau orang Padepokan Padas Putih, tikus kecil..

Baguslah, sekalian aku balas dendam atas kekalahan ku dulu. Bersiaplah untuk mati", teriak Ronggo Pekik yang segera menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Sinar biru kehitaman bergulung gulung di kedua tangan Ronggo Pekik bersama dengan angin dingin berdesir kencang.

Melihat itu, Panji Tejo Laksono segera menyarungkan kembali pedang nya. Lalu dengan cepat ia merapal mantra Ajian Tapak Dewa Api dengan menggunakan dua pertiga bagian dari tenaga dalam nya untuk menghadapi Ronggo Pekik.

Tangan Panji Tejo Laksono langsung berubah warna menjadi merah menyala seperti api setelah sinar merah bergulung di kedua tangan sang pangeran muda dari Kadiri ini dengan hawa panas yang menyertai.

"Tapak Besi Dewa Langit...

Chhiyyyyyyyyyyyyyaaaaaaaatt!!!!!!"

Ronggo Pekik langsung menghantamkan tapak tangan kanan nya kearah Panji Tejo Laksono.

Whhhuuuggghhhh...

Selarik sinar biru kehitaman yang di sertai angin dingin berdesir kencang menerabas cepat kearah Panji Tejo Laksono. Pangeran muda itu menghirup udara sebelum menghantamkan tapak tangan kanan nya ke arah Ajian Tapak Besi Dewa Langit yang di lepaskan oleh Ronggo Pekik.

Blllaaammmmmmmm!!!

Ledakan dahsyat terdengar saat dua ajian andalan tingkat tinggi ini beradu. Ronggo Pekik terdorong mundur sejauh 2 tombak sedang Panji Tejo Laksono hanya 2 langkah ke belakang.

Dengan gusar, Ronggo Pekik mengusap darah segar yang keluar dari sudut bibirnya.

"Bocah tengik!

Aku masih belum kalah!!", teriak Ronggo Pekik sembari menghantamkan tapak tangan kiri kanan nya bertubi-tubi kearah Panji Tejo Laksono.

Whuuutt whuuthhh whhhuuuggghhhh!!!

Tiga sinar biru kehitaman menerabas cepat kearah Panji Tejo Laksono, namun kali ini pangeran muda ini tidak menghadapi serangan Ronggo Pekik secara langsung.

Panji Tejo Laksono berjumpalitan kesana kemari menghindari hawa dingin Ajian Tapak Besi Dewa Langit yang di lepaskan oleh Ronggo Pekik.

Blammmmm blammmmm blammmmm!!

Menggunakan Ajian Sepi Angin, gerakan Panji Tejo Laksono begitu cepat dan lincah menghindari serangan demi serangan Ronggo Pekik yang murka. Setelah hantaman ketiga, Panji Tejo Laksono membuat gerakan gigi belakang yang merupakan salah satu langkah kaki pendukung Ilmu Pedang Tanpa Bayangan.

Ronggo Pekik yang kebingungan dengan gerakan Panji Tejo Laksono membabi buta melepaskan Ajian Tapak Besi Dewa Langit ke sembarang tempat.

Whuuutt whuuthhh whhhuuuggghhhh!

Blllaaaaaarrr!!

Ledakan beruntun terdengar. Panji Tejo Laksono dengan bantuan Ajian Sepi Angin yang baru saja menghindari sinar biru kehitaman, melesat cepat kearah Ronggo Pekik dengan sekali hentak. Kali ini pedang dua bilah nya sudah terhunus dari sarungnya.

Chhrrrraaaaaassss...

AAAARRRGGGGGGHHHHH!!

Satu tebasan cepat kearah leher Ronggo Pekik mengakhiri perlawanan pendekar paruh baya itu. Darah segar muncrat keluar dari luka robek pada leher nya. Pertarungan di tengah sawah itu berakhir dengan kematian Ronggo Pekik yang tewas bersimbah darah.

Setelah itu, Panji Tejo Laksono mengoleskan sisa darah yang ada di bilah pedang nya pada baju Ronggo Pekik sebelum dia menyarungkan kembali pedang pemberian Begawan Ganapati itu.

"Gayatri, kau tidak apa-apa?", tanya Panji Tejo Laksono sambil mengalungkan kembali pedang bilah dua warna pemberian Begawan Ganapati ke punggungnya.

"Aku baik baik saja, Taji..

Sekarang kita harus bagaimana?", tanya Gayatri segera.

"Kita kembali ke Penginapan Kembang Jambu dulu, untuk mengambil barang-barang kita. Tapi kita harus cepat pergi dari sana sebelum hal ini terdengar oleh pihak istana Lodaya.

Kau mengerti?", mendengar ucapan Panji Tejo Laksono, Gayatri mengangguk mengerti. Dengan Ajian Sepi Angin, Panji Tejo Laksono melesat cepat kearah Penginapan Kembang Jambu.

Sesampainya di sana, mereka dengan cepat membereskan barang bawaan mereka lalu meninggalkan sejumlah kepeng perak diatas ranjang tidur Panji Tejo Laksono. Malam itu juga, setelah memberikan sekeping kepeng perak pada pekatik atau juru rawat kuda, Panji Tejo Laksono dan Gayatri bergegas meninggalkan Penginapan Kembang Jambu.

Di malam buta itu, mereka berkuda cepat kearah barat. Sesampainya di tapal batas barat Kota Lodaya, mereka menghentikan langkah kaki kuda mereka.

Sebuah rumah besar yang ada di dekat tapal batas Kota Lodaya nampak masih menyala terang.

"Taji,

Sebaiknya kita berhenti disini. Aku yakin orang orang itu juga tidak menduga kalau kita ada disini. Hutan di depan kita ini berbahaya. Banyak binatang buas nya", ujar Gayatri sambil menoleh ke arah Panji Tejo Laksono.

"Hemmmmmmm kau cukup hapal daerah sini juga ternyata.

Baiklah apa saran mu selanjutnya?", Panji Tejo Laksono menatap ke arah Gayatri. Mendengar ucapan itu, Gayatri celingukan mencari sesuatu. Begitu melihat sebuah rumah masih terlihat terang benderang, dia segera menunjuk ke arah rumah itu.

"Kita bisa beristirahat sejenak di rumah itu untuk menunggu pagi.

Bilang saja kita takut masuk ke dalam hutan sebelum pagi", ujar Gayatri dengan cepat. Mendengar usulan yang masuk akal itu, Panji Tejo Laksono mengangguk.

Mereka berdua segera melompat turun dari kudanya dan menuntun hewan tunggangan mereka ke arah pintu rumah kayu yang masih menyala terang.

Seorang wanita tua dengan rambut putih dengan tusuk konde perak nampak sedang duduk di hadapan dua wanita paruh baya dan seorang wanita muda. Mereka berempat segera menoleh ke arah pintu rumah saat terdengar suara langkah kaki mendekat. Dua wanita paruh baya itu langsung bergegas menuju ke arah teras rumah.

"Permisi Nisanak..

Mohon maaf jika kami mengganggu. Kami adalah pengelana dari jauh, ingin menuju ke Kadipaten Karang Anom tapi kami takut melewati hutan lebat di depan.

Bolehkah kami menumpang istirahat sejenak sebelum pagi hari datang?", ujar Panji Tejo Laksono dengan sopan.

Wajah dua orang perempuan paruh baya sedikit terkejut melihat paras Panji Tejo Laksono yang rupawan. Ketampanan pemuda itu mengingatkan mereka tentang kedatangan seorang pangeran dari Daha puluhan tahun yang lalu.

"Selasih,

Kenapa wajah pemuda ini mirip dengan pangeran dari Daha itu? Kau ingat dia kan?", bisik seorang wanita paruh baya yang bernama Nyi Wati pada seorang perempuan paruh baya lainnya yang mengenakan kemben warna hitam.

"Eh iya ya Kangmbok..

Tapi bukan dia. Sudah biarkan saja dia masuk Kangmbok Selasih. Toh hanya menumpang sebentar saja bukan?", jawab Nyi Selasih sambil tersenyum.

"Selasih, Wati..

Kenapa kalian lama sekali di luar? Suka menyiksa orang dengan membuat mereka menunggu? Suruh dua orang itu cepat masuk", terdengar suara seorang wanita tua dari dalam rumah.

"Ti-tidak Guru, kami hanya mencari angin segar..

Nah, anak muda silahkan masuk tapi sebelum nya ikat kuda kuda mu disana, awas jangan sampai terlalu dekat dengan kebun obat kami", ujar Nyi Selasih sambil menunjuk ke arah geladakan kuda yang ada di samping rumah itu.

Panji Tejo Laksono segera mengikuti saran dari Nyi Selasih, begitu pula Gayatri. Selepas mengikat tali kekang kudanya pada geladakan, mereka berdua segera masuk ke dalam rumah.

Seorang wanita sepuh yang berusia kurang lebih 6 dasawarsa nampak duduk di atas sebuah kursi kayu di bale-bale rumah kayu itu. Sorot mata perempuan sepuh itu masih terlihat teduh, meski keriput menguasai wajah nya. Rambutnya memutih dan di gelung berhias cunduk perak. Mata perempuan sepuh itu langsung terpaku pada Panji Tejo Laksono yang baru masuk dan duduk bersama mereka.

"Hemmmmmmm..

Bocah bagus, wajah mu tidak asing bagiku. Darimana kau berasal?", tanya perempuan sepuh itu segera.

"Saya dari wilayah Utara kerajaan Panjalu Nini Dewi, jauh di Utara", jawab Panji Tejo Laksono dengan sopan.

"Panggil saja aku Nyi Kembang Jenar.

Wajah mu mengingatkan ku pada wajah Raja Panjalu saat ini. Raja gemblung itu dulu beberapa kali kemari", jawab perempuan sepuh yang ternyata adalah Nyi Kembang Jenar, sahabat Panji Watugunung sekaligus orang yang sangat di hormati nya.

Ada rasa bangga dengan apa yang diucapkan oleh Nyi Kembang Jenar pada hati Panji Tejo Laksono, namun karena dia sedang melakukan topo ngrame maka terpaksa harus berbohong pada Nyi Kembang Jenar tentang jati diri nya.

"Ah Nyi Kembang Jenar terlalu memuji. Mana mungkin wajah saya setampan Gusti Prabu Jitendrakara? Nyi Kembang Jenar terlalu mengada-ada", ujar Panji Tejo Laksono sambil tersenyum tipis.

"Ah aku memang sudah tua..

Malam sudah larut. Sebaiknya kita beristirahat. Wati, Selasih...

Tunjukkan kamar untuk mereka berdua", perintah Nyi Kembang Jenar sambil tersenyum tipis. Perempuan tua itu sangat yakin dengan penglihatannya, tapi dia juga tidak memaksa Panji Tejo Laksono mengatakannya.

Malam semakin larut. Udara dingin turun ke wilayah Kota Tanah Perdikan Lodaya hingga suasana terasa begitu sepi.

Keesokan paginya....

Di balai tamu kehormatan Tanah Perdikan Lodaya, Demung Gumbreg terus mondar-mandir di depan pintu kamar nya. Kepala perwira tinggi prajurit Panjalu itu sakit memikirkan sesuatu. Sesekali dia menggaruk kepalanya seolah mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi semalam, tapi semakin dia berfikir, semakin tidak ketemu apa yang dia inginkan.

"Kau kenapa Mbreg? Kog mondar mandir seperti ayam betina mau bertelur?"

Suara Tumenggung Ludaka langsung membuat Demung Gumbreg menoleh. Buru buru dia mendekati kawan karibnya itu.

"Lu aku kemalingan Lu... Aku kemalingan", ujar Demung Gumbreg segera.

"Kog bisa? Bagaimana ceritanya?", Tumenggung Ludaka menatap heran kearah Gumbreg. Seingat nya sahabat karibnya itu tidak pernah melepaskan kantong kepeng dari balik bajunya barang sekejap.

"Ya duit pemberian Dhek Jum Lu, hilang bersama kantong kainnya", ujar Gumbreg dengan lemas.

"Bukankah duit mu kau pakai buat saweran tayub tadi malam Mbreg? Apa kau tidak ingat?", Tumenggung Ludaka mengingatkan Demung Gumbreg. Mendengar ucapan itu, Gumbreg langsung menepuk jidatnya sendiri.

"Mati aku!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Selamat pagi selamat beraktivitas..

Yang masih puasa tetap semangat ya..

Yang suka BNL 2, berikan dukungan dong biar author nya terus semangat hehehe 😁😁✌️

Terpopuler

Comments

Mahayabank

Mahayabank

Yaudah lanjuuuut lagiiieee 👌👌👌

2024-03-30

0

Mahayabank

Mahayabank

/Good//Good//Good//Ok//Ok/

2024-03-30

0

Mahayabank

Mahayabank

Nah kena saweran tayub /Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-03-30

0

lihat semua
Episodes
1 Prahara Jurang Menjing
2 Begawan Ganapati
3 Samaran
4 Kota Pakuwon Palah
5 Gerombolan Serigala Abu-abu
6 Tanah Perdikan Lodaya
7 Pemuda Tampan Bercaping Bambu
8 Gending Pemikat Sukma
9 Pertarungan Di Tengah Sawah
10 Menuju Kadipaten Karang Anom
11 Makam Keramat Gunung Budeg
12 Makam Keramat Gunung Budeg 2
13 Kawan Baru
14 Hutan Jati Perbatasan
15 Sisa Kelompok Bulan Sabit Darah
16 Pertapaan Bukit Rance
17 Pertapaan Bukit Rance 2
18 Pakuwon Widoro
19 Akuwu Durjana
20 Akuwu Durjana 2
21 Rahasia Gayatri
22 Tantangan
23 Wiku Sesat dan Sepasang Pedang Pembunuh dari Gunung Wilis
24 Kidung Cinta Endang Patibrata
25 Mimpi
26 Tuduhan Mata-mata
27 Setan Gunung Wilis
28 Hasrat Terlarang Dewi Ambarwati
29 Panggil Aku Wiro
30 Guru Untuk Wiropati
31 Dendam Kesumat dari Tanah Blambangan
32 Salah Paham
33 Palupi dan Luh Jingga
34 Melawan Jerangkong Api
35 Pencuri
36 Istana Kotaraja
37 Ayah dan Anak
38 Pedang Naga Api
39 Bagian
40 Pertempuran Sungai Lawor
41 Pertempuran Sungai Lawor 2
42 Pertempuran Sungai Lawor 3
43 Pertempuran Sungai Lawor 4
44 Perayaan
45 Pangeran Dari Kadiri
46 Kembang Istana Kadipaten Kalingga
47 Iblis Picak dari Sungai Wulayu
48 Pengelana dari Jauh
49 Sama Gilanya
50 Perguruan Tapak Suci
51 Luh Jingga dan Gayatri
52 Akhir Hidup Kelelawar Mata Iblis
53 Utusan Istana Kadiri
54 Taruhan
55 Karena Arak
56 Setan Gendeng dari Lembah Kali Serang
57 Wasesodirjo dan Raden Sindupati
58 Kembar Tapi Beda
59 Kejutan Besar
60 Lelaki Tua Berjari Buntung
61 Pertarungan yang Melelahkan
62 Maling Hati
63 Tahanan
64 Istana Kadipaten Kalingga
65 Tantangan dari Danapati
66 Adu Jago Ilmu Beladiri
67 Tugas
68 Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 1)
69 Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 2)
70 Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 3)
71 Berangkat ke Tanah Tiongkok
72 Pelabuhan Tumasik
73 Perompak Bendera Hitam
74 Pangeran Suryavarman
75 Kecantikan Putri Champa
76 Malam Panjang
77 Kota Lin'an
78 Penginapan Musim Semi
79 Hadangan Perampok Gunung Lima Singa
80 Siapa Kau Sebenarnya?
81 Gumbreg Melawan Gu Heng
82 Pesta
83 Tubuh Emas
84 Dewa Pedang Wang Chun Yang
85 Putri Lan
86 Raja Serigala Gosong
87 Perayaan Danau Naga ( bagian 1 )
88 Perayaan Danau Naga ( bagian 2 )
89 Perayaan Danau Naga ( bagian 3 )
90 Stempel Giok Naga
91 Nona Besar Song
92 Pertarungan
93 Pencuri Angin
94 Pencuri Angin 2
95 Menuju ke Kota Kaifeng
96 Hati Tiga Wanita Cantik
97 Hua Mei dan Gui Wu
98 Sekte Lembah Hantu
99 Ayu Ratna Palsu
100 Tamu Tak Diundang
101 Melawan Hauw Tian
102 Melawan Hauw Tian 2
103 Lawan Lama Ayah
104 Pertarungan di Kuil Shaolin
105 Pertarungan di Kuil Shaolin 2
106 Tiga Pukulan
107 Kisah Pilu Sepasang Kekasih
108 Ilmu Semesta Yin Yang
109 Di Tepi Jurang Terjal
110 Masalah di Kota Luoyang
111 Pelajaran untuk Fan Zhong Yan
112 Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou
113 Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou 2
114 Rumah Makan Bunga Persik
115 Ilmu Sembilan Matahari
116 Dewi Topeng Waja
117 Ajian Gelap Sayuto
118 Melawan Luo Fan
119 Melawan Luo Fan 2
120 Kaisar Huizong
121 Bara Api Dendam dari Rajapura
122 Pendekar Berpedang Butut
123 Mapanji Jayagiri
124 Siluman Rawa Seribu Teratai
125 Siluman Rawa Seribu Teratai 2
126 Balada Penari Tledek
127 Jasa Pengawalan Bendera Naga
128 Si Ular Kecil
129 Cinta Tak Harus Memiliki
130 Sepasang Iblis Gagak Berkaki Tiga
131 Lawan Yang Sepadan
132 Pimpinan Pasukan
133 Salah Paham
134 Madu
135 Istana Kalingga
136 Ikatan Sepuluh Cincin
137 Ikatan Sepuluh Cincin 2
138 Ikatan Sepuluh Cincin 3
139 Kejutan Yang Tidak Terduga
140 Para Prajurit Penjaga Perbatasan
141 Suasana Kadipaten Rajapura
142 Bajak Laut Tsang
143 Bajak Laut Tsang 2
144 Gegabah
145 Benteng Pertahanan Karangwuluh
146 Tanah Jawadwipa, Aku Kembali..
147 Siapa Dia?
148 Persiapan di Kalingga
149 Bantaran Kali Comal
150 Rajapura adalah Lawan
151 Para Penantang
152 Akhir Hidup Sang Otak Pemberontakan
153 Pesona Putri China
154 Telik Sandi
155 Pengorbanan Nyi Kenikir
156 Penyerbuan Rajapura
157 Diatas Langit Masih Ada Langit
158 Apa Mau Mu?
159 Ilmu Pangiwa
160 Kematian Junggul Mertalaya
161 Pertempuran Sesungguhnya
162 Empat Calon Istri Panji Tejo Laksono
163 Rencana
164 Pilihan
165 Situasi Istana Kadipaten Rajapura
166 Pertarungan di Malam Buta
167 Rencana Selanjutnya
168 Membangun Kembali Rajapura
169 Pendekar Pedang Gading dari Pesisir Selatan
170 Prasangka
171 Adu Pedang di Depan Gerbang Istana
172 Menuju ke Kota Kalingga
173 Persiapan Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Ayu Ratna
174 Resi Sanggabuana
175 Suara Tanpa Wujud
176 Kedatangan Prabu Jayengrana
177 Wejangan
178 Malam Pertama
179 Tanah Lungguh
180 Ajian Bayu Swara
181 Wasiat Terakhir Sang Adipati Sepuh
182 Kelompok Bulan Sabit Darah
183 Sebelas Bayangan
184 Ksatria Lama
185 Upacara Penyucian Jiwa
186 Persiapan Penobatan
187 Dukungan
188 Paksijandu dan Nalini
189 Pangeran Adipati Panji Tejo Laksono
190 Penjara
191 Hidup atau Mati
192 Jimat Keong Buntet
193 Lelaki Bertudung Hitam dan Si Tabib Putih
194 Panji Manggala Seta
195 Pakuwon Weling
196 Di Pertapaan Panumbangan
197 Tewasnya Sang Pimpinan Ketujuh
198 Nyi Dadap Segara dan Ki Pancatnyana
199 Tantangan Ki Pancatnyana
200 Pedang Tulang Iblis
201 Maharesi Padmanaba
202 Syarat dari Dyah Kirana
203 Dyah Kirana
204 Ajian Chanda Bhirawa
205 Istri Kelima
206 Kediaman Lurah Wanua Ranja
207 Perempuan Cantik Berkemben Hijau
208 Ki Kalawisesa dan Wigati
209 Tawon Raksasa
210 Akhir Sebuah Dendam
211 Iblis Gunung Kawi
212 Nawala dari Prabu Jayengrana
213 Kedewasaan Gayatri
214 Kroco
215 Dewa dari Kahyangan
216 Menuju Pakuwon Tumapel
217 Kawan Baru
218 Lelaki Di Dalam Kabut
219 Malam di Tepi Hutan
220 Titah Prabu Jayengrana
221 Pendekar Golok Angin
222 Sandyakala di Langit Seloageng
223 Sandyakala di Langit Seloageng 2
224 Racun Penghancur Hati
225 Situasi Genting
226 Mengejar Penculik Ayu Ratna
227 Padepokan Ular Siluman ( bagian 1 )
228 Padepokan Ular Siluman ( bagian 2 )
229 Padepokan Ular Siluman ( bagian 3 )
230 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
231 Persiapan
232 Bantuan dari Lodaya
233 Saatnya Telah Tiba
234 Rencana Kedua
235 Senjata Cadangan Jenggala
236 Siapa Dia Sebenarnya?
237 Kemenangan di Selatan
238 Pasukan Gajah
239 Pimpinan Sementara
240 Mimpi Dewi Anggarawati
241 Orang-orang Wanua Karang Pulut
242 Orang-orang Wanua Karang Pulut 2
243 Perang Kota Kunjang
244 Perang Kota Kunjang 2
245 Perang Kota Kunjang 3
246 Perang Kota Kunjang 4
247 Perang Kota Kunjang 5
248 Akhir Perang Kota Kunjang
249 Akhir Perang Kota Kunjang 2
250 Benteng Pertahanan Wanua Sungging
251 Rencana Busuk Mapanji Jayawarsa
252 Bidadari Gunung Arjuna
253 Pangeran Ganeshabrata
254 Bantuan Yang Di Janjikan
255 Akhir Peperangan
256 Tabir Yang Mulai Tersingkap
257 Kembali ke Kotaraja Daha
258 Mulut Seorang Pelacur
259 Putri Akuwu
260 Sepasang Iblis Pemotong Kepala
261 Intrik Istana
262 Bukan Pendekar Sembarangan
263 Pulang ke Seloageng
264 Pasar Besar Kota Gelang-gelang
265 Permintaan Eyang
266 Utusan Padepokan Anggrek Bulan
267 Dewi Anggrek Bulan
268 Gerimis
269 Ki Jatmika
270 Kisah Kelam Anggrek Perak
271 Wangsit
272 Pertapaan Gunung Penanggungan
273 Rajah Smaradahana
274 Menuju Kotaraja Kahuripan
275 Putri Uttejana
276 Adu Jago
277 Bidadari Bertopeng Perak
278 Melawan Nini Raga Setan
279 Ajian Malih Rupa
280 Bahaya Besar
281 Ilmu Sembilan Matahari Tahap Kedelapan
282 Menantang Para Petinggi Kelompok Bulan Sabit Darah
283 Mpu Purwa
284 Keruwetan Demung Gumbreg
285 Warung Kembang Sore
286 Nyi Kembang Sore Sang Ratu Pemikat
287 Istana Perut Bumi
288 Istana Perut Bumi 2
289 Wanita Berambut Api
290 Jati Diri Dyah Kirana
291 Jati Diri Dyah Kirana 2
292 Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Dyah Kirana
293 Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 1 )
294 Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 2 )
295 Dewi Lembah Wilis
296 Dewi Lembah Wilis 2
297 Dewi Lembah Wilis 3
298 Hutan Larangan
299 Wujud Yang Tidak Berjasad
300 Cerita Sepasang Kekasih
301 Para Penghadang
302 Adipati Arya Natakusuma
303 Misteri Hilangnya Dewi Sekar Kedaton
304 Sayembara Panjalu
305 Mencari Pujaan Hati
306 Pendopo Agung Istana Katang-katang
307 Setan Berwujud Manusia
308 Melawan Prabu Gendarmanik
309 Melawan Prabu Gendarmanik 2
310 Gayatri Hamil?
311 Lodaya Menagih Janji
312 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 1 )
313 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 2 )
314 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 3 )
315 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 4 )
316 Perubahan
317 Singgasana Panjalu
318 Lelaki Tua Berambut Merah
319 Demung Gumbreg
320 Rencana Busuk Para Pejabat
321 Kebimbangan Hati Adipati Anjuk Ladang
322 Ulah Rara Kinanti
323 Utusan dari Anjuk Ladang
324 Iblis Bukit Manoreh
325 Malam Pertama Rara Kinanti
326 Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga
327 Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga 2
328 Keangkuhan
329 Woro dan Wati
330 Menuju Ke Barat
331 Perbatasan Kadipaten Lewa
332 Rampok Kelabang Merah
333 Salah Masuk
334 Saatnya Memenggal Kepala Sang Iblis
335 Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 1 )
336 Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 2 )
337 Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 3 )
338 Suasana Kadipaten Anjuk Ladang
339 Rencana Selanjutnya
340 Mengorek Keterangan dari Mpu Klinting
341 Teka Teki
342 Putri Pertama
343 Murid Padepokan Padas Putih
344 Saudara Seperguruan
345 Bupati Baru Gelang-gelang
346 Hal Yang Ditunggu
347 Kadiri Kesaput Surup
348 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 1 )
349 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 2 )
350 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 3 )
351 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 4 )
352 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 5 )
353 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 6 )
354 Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Parakrama Digjaya Uttunggadewa
Episodes

Updated 354 Episodes

1
Prahara Jurang Menjing
2
Begawan Ganapati
3
Samaran
4
Kota Pakuwon Palah
5
Gerombolan Serigala Abu-abu
6
Tanah Perdikan Lodaya
7
Pemuda Tampan Bercaping Bambu
8
Gending Pemikat Sukma
9
Pertarungan Di Tengah Sawah
10
Menuju Kadipaten Karang Anom
11
Makam Keramat Gunung Budeg
12
Makam Keramat Gunung Budeg 2
13
Kawan Baru
14
Hutan Jati Perbatasan
15
Sisa Kelompok Bulan Sabit Darah
16
Pertapaan Bukit Rance
17
Pertapaan Bukit Rance 2
18
Pakuwon Widoro
19
Akuwu Durjana
20
Akuwu Durjana 2
21
Rahasia Gayatri
22
Tantangan
23
Wiku Sesat dan Sepasang Pedang Pembunuh dari Gunung Wilis
24
Kidung Cinta Endang Patibrata
25
Mimpi
26
Tuduhan Mata-mata
27
Setan Gunung Wilis
28
Hasrat Terlarang Dewi Ambarwati
29
Panggil Aku Wiro
30
Guru Untuk Wiropati
31
Dendam Kesumat dari Tanah Blambangan
32
Salah Paham
33
Palupi dan Luh Jingga
34
Melawan Jerangkong Api
35
Pencuri
36
Istana Kotaraja
37
Ayah dan Anak
38
Pedang Naga Api
39
Bagian
40
Pertempuran Sungai Lawor
41
Pertempuran Sungai Lawor 2
42
Pertempuran Sungai Lawor 3
43
Pertempuran Sungai Lawor 4
44
Perayaan
45
Pangeran Dari Kadiri
46
Kembang Istana Kadipaten Kalingga
47
Iblis Picak dari Sungai Wulayu
48
Pengelana dari Jauh
49
Sama Gilanya
50
Perguruan Tapak Suci
51
Luh Jingga dan Gayatri
52
Akhir Hidup Kelelawar Mata Iblis
53
Utusan Istana Kadiri
54
Taruhan
55
Karena Arak
56
Setan Gendeng dari Lembah Kali Serang
57
Wasesodirjo dan Raden Sindupati
58
Kembar Tapi Beda
59
Kejutan Besar
60
Lelaki Tua Berjari Buntung
61
Pertarungan yang Melelahkan
62
Maling Hati
63
Tahanan
64
Istana Kadipaten Kalingga
65
Tantangan dari Danapati
66
Adu Jago Ilmu Beladiri
67
Tugas
68
Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 1)
69
Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 2)
70
Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 3)
71
Berangkat ke Tanah Tiongkok
72
Pelabuhan Tumasik
73
Perompak Bendera Hitam
74
Pangeran Suryavarman
75
Kecantikan Putri Champa
76
Malam Panjang
77
Kota Lin'an
78
Penginapan Musim Semi
79
Hadangan Perampok Gunung Lima Singa
80
Siapa Kau Sebenarnya?
81
Gumbreg Melawan Gu Heng
82
Pesta
83
Tubuh Emas
84
Dewa Pedang Wang Chun Yang
85
Putri Lan
86
Raja Serigala Gosong
87
Perayaan Danau Naga ( bagian 1 )
88
Perayaan Danau Naga ( bagian 2 )
89
Perayaan Danau Naga ( bagian 3 )
90
Stempel Giok Naga
91
Nona Besar Song
92
Pertarungan
93
Pencuri Angin
94
Pencuri Angin 2
95
Menuju ke Kota Kaifeng
96
Hati Tiga Wanita Cantik
97
Hua Mei dan Gui Wu
98
Sekte Lembah Hantu
99
Ayu Ratna Palsu
100
Tamu Tak Diundang
101
Melawan Hauw Tian
102
Melawan Hauw Tian 2
103
Lawan Lama Ayah
104
Pertarungan di Kuil Shaolin
105
Pertarungan di Kuil Shaolin 2
106
Tiga Pukulan
107
Kisah Pilu Sepasang Kekasih
108
Ilmu Semesta Yin Yang
109
Di Tepi Jurang Terjal
110
Masalah di Kota Luoyang
111
Pelajaran untuk Fan Zhong Yan
112
Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou
113
Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou 2
114
Rumah Makan Bunga Persik
115
Ilmu Sembilan Matahari
116
Dewi Topeng Waja
117
Ajian Gelap Sayuto
118
Melawan Luo Fan
119
Melawan Luo Fan 2
120
Kaisar Huizong
121
Bara Api Dendam dari Rajapura
122
Pendekar Berpedang Butut
123
Mapanji Jayagiri
124
Siluman Rawa Seribu Teratai
125
Siluman Rawa Seribu Teratai 2
126
Balada Penari Tledek
127
Jasa Pengawalan Bendera Naga
128
Si Ular Kecil
129
Cinta Tak Harus Memiliki
130
Sepasang Iblis Gagak Berkaki Tiga
131
Lawan Yang Sepadan
132
Pimpinan Pasukan
133
Salah Paham
134
Madu
135
Istana Kalingga
136
Ikatan Sepuluh Cincin
137
Ikatan Sepuluh Cincin 2
138
Ikatan Sepuluh Cincin 3
139
Kejutan Yang Tidak Terduga
140
Para Prajurit Penjaga Perbatasan
141
Suasana Kadipaten Rajapura
142
Bajak Laut Tsang
143
Bajak Laut Tsang 2
144
Gegabah
145
Benteng Pertahanan Karangwuluh
146
Tanah Jawadwipa, Aku Kembali..
147
Siapa Dia?
148
Persiapan di Kalingga
149
Bantaran Kali Comal
150
Rajapura adalah Lawan
151
Para Penantang
152
Akhir Hidup Sang Otak Pemberontakan
153
Pesona Putri China
154
Telik Sandi
155
Pengorbanan Nyi Kenikir
156
Penyerbuan Rajapura
157
Diatas Langit Masih Ada Langit
158
Apa Mau Mu?
159
Ilmu Pangiwa
160
Kematian Junggul Mertalaya
161
Pertempuran Sesungguhnya
162
Empat Calon Istri Panji Tejo Laksono
163
Rencana
164
Pilihan
165
Situasi Istana Kadipaten Rajapura
166
Pertarungan di Malam Buta
167
Rencana Selanjutnya
168
Membangun Kembali Rajapura
169
Pendekar Pedang Gading dari Pesisir Selatan
170
Prasangka
171
Adu Pedang di Depan Gerbang Istana
172
Menuju ke Kota Kalingga
173
Persiapan Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Ayu Ratna
174
Resi Sanggabuana
175
Suara Tanpa Wujud
176
Kedatangan Prabu Jayengrana
177
Wejangan
178
Malam Pertama
179
Tanah Lungguh
180
Ajian Bayu Swara
181
Wasiat Terakhir Sang Adipati Sepuh
182
Kelompok Bulan Sabit Darah
183
Sebelas Bayangan
184
Ksatria Lama
185
Upacara Penyucian Jiwa
186
Persiapan Penobatan
187
Dukungan
188
Paksijandu dan Nalini
189
Pangeran Adipati Panji Tejo Laksono
190
Penjara
191
Hidup atau Mati
192
Jimat Keong Buntet
193
Lelaki Bertudung Hitam dan Si Tabib Putih
194
Panji Manggala Seta
195
Pakuwon Weling
196
Di Pertapaan Panumbangan
197
Tewasnya Sang Pimpinan Ketujuh
198
Nyi Dadap Segara dan Ki Pancatnyana
199
Tantangan Ki Pancatnyana
200
Pedang Tulang Iblis
201
Maharesi Padmanaba
202
Syarat dari Dyah Kirana
203
Dyah Kirana
204
Ajian Chanda Bhirawa
205
Istri Kelima
206
Kediaman Lurah Wanua Ranja
207
Perempuan Cantik Berkemben Hijau
208
Ki Kalawisesa dan Wigati
209
Tawon Raksasa
210
Akhir Sebuah Dendam
211
Iblis Gunung Kawi
212
Nawala dari Prabu Jayengrana
213
Kedewasaan Gayatri
214
Kroco
215
Dewa dari Kahyangan
216
Menuju Pakuwon Tumapel
217
Kawan Baru
218
Lelaki Di Dalam Kabut
219
Malam di Tepi Hutan
220
Titah Prabu Jayengrana
221
Pendekar Golok Angin
222
Sandyakala di Langit Seloageng
223
Sandyakala di Langit Seloageng 2
224
Racun Penghancur Hati
225
Situasi Genting
226
Mengejar Penculik Ayu Ratna
227
Padepokan Ular Siluman ( bagian 1 )
228
Padepokan Ular Siluman ( bagian 2 )
229
Padepokan Ular Siluman ( bagian 3 )
230
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
231
Persiapan
232
Bantuan dari Lodaya
233
Saatnya Telah Tiba
234
Rencana Kedua
235
Senjata Cadangan Jenggala
236
Siapa Dia Sebenarnya?
237
Kemenangan di Selatan
238
Pasukan Gajah
239
Pimpinan Sementara
240
Mimpi Dewi Anggarawati
241
Orang-orang Wanua Karang Pulut
242
Orang-orang Wanua Karang Pulut 2
243
Perang Kota Kunjang
244
Perang Kota Kunjang 2
245
Perang Kota Kunjang 3
246
Perang Kota Kunjang 4
247
Perang Kota Kunjang 5
248
Akhir Perang Kota Kunjang
249
Akhir Perang Kota Kunjang 2
250
Benteng Pertahanan Wanua Sungging
251
Rencana Busuk Mapanji Jayawarsa
252
Bidadari Gunung Arjuna
253
Pangeran Ganeshabrata
254
Bantuan Yang Di Janjikan
255
Akhir Peperangan
256
Tabir Yang Mulai Tersingkap
257
Kembali ke Kotaraja Daha
258
Mulut Seorang Pelacur
259
Putri Akuwu
260
Sepasang Iblis Pemotong Kepala
261
Intrik Istana
262
Bukan Pendekar Sembarangan
263
Pulang ke Seloageng
264
Pasar Besar Kota Gelang-gelang
265
Permintaan Eyang
266
Utusan Padepokan Anggrek Bulan
267
Dewi Anggrek Bulan
268
Gerimis
269
Ki Jatmika
270
Kisah Kelam Anggrek Perak
271
Wangsit
272
Pertapaan Gunung Penanggungan
273
Rajah Smaradahana
274
Menuju Kotaraja Kahuripan
275
Putri Uttejana
276
Adu Jago
277
Bidadari Bertopeng Perak
278
Melawan Nini Raga Setan
279
Ajian Malih Rupa
280
Bahaya Besar
281
Ilmu Sembilan Matahari Tahap Kedelapan
282
Menantang Para Petinggi Kelompok Bulan Sabit Darah
283
Mpu Purwa
284
Keruwetan Demung Gumbreg
285
Warung Kembang Sore
286
Nyi Kembang Sore Sang Ratu Pemikat
287
Istana Perut Bumi
288
Istana Perut Bumi 2
289
Wanita Berambut Api
290
Jati Diri Dyah Kirana
291
Jati Diri Dyah Kirana 2
292
Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Dyah Kirana
293
Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 1 )
294
Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 2 )
295
Dewi Lembah Wilis
296
Dewi Lembah Wilis 2
297
Dewi Lembah Wilis 3
298
Hutan Larangan
299
Wujud Yang Tidak Berjasad
300
Cerita Sepasang Kekasih
301
Para Penghadang
302
Adipati Arya Natakusuma
303
Misteri Hilangnya Dewi Sekar Kedaton
304
Sayembara Panjalu
305
Mencari Pujaan Hati
306
Pendopo Agung Istana Katang-katang
307
Setan Berwujud Manusia
308
Melawan Prabu Gendarmanik
309
Melawan Prabu Gendarmanik 2
310
Gayatri Hamil?
311
Lodaya Menagih Janji
312
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 1 )
313
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 2 )
314
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 3 )
315
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 4 )
316
Perubahan
317
Singgasana Panjalu
318
Lelaki Tua Berambut Merah
319
Demung Gumbreg
320
Rencana Busuk Para Pejabat
321
Kebimbangan Hati Adipati Anjuk Ladang
322
Ulah Rara Kinanti
323
Utusan dari Anjuk Ladang
324
Iblis Bukit Manoreh
325
Malam Pertama Rara Kinanti
326
Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga
327
Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga 2
328
Keangkuhan
329
Woro dan Wati
330
Menuju Ke Barat
331
Perbatasan Kadipaten Lewa
332
Rampok Kelabang Merah
333
Salah Masuk
334
Saatnya Memenggal Kepala Sang Iblis
335
Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 1 )
336
Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 2 )
337
Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 3 )
338
Suasana Kadipaten Anjuk Ladang
339
Rencana Selanjutnya
340
Mengorek Keterangan dari Mpu Klinting
341
Teka Teki
342
Putri Pertama
343
Murid Padepokan Padas Putih
344
Saudara Seperguruan
345
Bupati Baru Gelang-gelang
346
Hal Yang Ditunggu
347
Kadiri Kesaput Surup
348
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 1 )
349
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 2 )
350
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 3 )
351
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 4 )
352
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 5 )
353
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 6 )
354
Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Parakrama Digjaya Uttunggadewa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!