Tanah Perdikan Lodaya

Panji Tejo Laksono berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan tali tambang yang mengekang tubuhnya. Kedelapan orang anggota Gerombolan Serigala Abu-abu memang mengalirkan tenaga dalam mereka pada tali tambang yang mereka lemparkan. Dengan menggunakan seluruh tenaga dalam nya, Panji Tejo Laksono menekan punggung kudanya hingga tubuhnya terangkat. Kuda hitam itu langsung berlari hingga Panji Tejo Laksono melompat turun sambil membebaskan diri.

Begitu berhasil lolos, Panji Tejo Laksono langsung mencabut pedang nya. Kemudian membabatkan pedang yang dialiri tenaga dalam kearah tambang yang baru saja mengikat tubuh nya.

Blllaaaaaarrr!!!

Kedelapan orang anak buah Besari terpental saat tali tambang meledak dan putus. Melihat itu, Besari pimpinan Gerombolan Serigala Abu-abu langsung melesat cepat kearah Panji Tejo Laksono sambil mengayunkan senjata cakar besi nya ke arah punggung sang pangeran muda.

Shrraaaakkkkhhhh!!

Panji Tejo Laksono yang merasakan hawa dingin berdesir dari belakang, langsung menangkis sabetan cakar besi Besari.

Thrrriiinnnggggg!!

Bunga api kecil tercipta saat dua senjata beradu. Panji Tejo Laksono langsung melebarkan kakinya, tubuhnya merendah sambil menahan cakar besi Besari kemudian mengayunkan pedangnya kearah depan. Besari ikut terdorong maju mengikuti gerakan pedang Panji Tejo Laksono. Dengan cepat Panji Tejo Laksono langsung berdiri dan melayangkan tendangan keras kearah pinggang Besari.

Bhhhuuuuuuggggh...

Aaauuuuggggghhhhh!!!

Besari meraung keras sambil terhuyung huyung kesamping saat tendangan keras Panji Tejo Laksono menghajar pinggangnya. Semenjak itu, Panji Tejo Laksono langsung melesat cepat kearah Gayatri yang masih berdiri di dekat kuda nya dengan memegangi pedang dengan kedua tangannya.

"Kau tenang saja, aku akan melindungi mu", tutur Panji Tejo Laksono setelah berdiri di dekat Gayatri. Perempuan yang berdandan layaknya seorang lelaki itu mengangguk mengerti. Meski takut, dia berusaha menguatkan hati nya.

Panji Tejo Laksono langsung melesat cepat kearah dua orang anggota Gerombolan Serigala Abu-abu yang masih berdiri sementara yang lain muntah darah segar setelah berbenturan tenaga dalam. Dengan gerakan cepat, Panji Tejo Laksono langsung membabatkan pedang bilah dua warna nya pada dua orang itu.

Chrraaasssshhh..

Aaaarrrgggggghhhhh!!!

Jerit kesakitan terdengar dari mulut dua orang anggota Gerombolan Serigala Abu-abu yang baru saja berdiri. Mereka berdua tidak menyangka bahwa hari itu akan menjadi akhir hidup mereka setelah Panji Tejo Laksono menebas leher mereka berdua dengan satu tebasan cepat. Dua orang anggota Gerombolan Serigala Abu-abu itu langsung roboh bersimbah darah.

Melihat anak buah nya berjatuhan, Besari melesat cepat kearah Panji Tejo Laksono sembari mengayunkan cakar besi nya bertubi-tubi kearah Panji Tejo Laksono.

Thrrraaannnnggggg thrrraaannnnggggg!!

Pangeran muda dari Kadiri itu dengan mudah menangkis dan menghindari sabetan cakar besi Besari yang menyerangnya dengan brutal. Hampir 10 jurus berlalu dengan cepat.

Besari dengan sepenuh tenaga mengayunkan cakar besi nya ke arah leher Panji Tejo Laksono yang melesat cepat kearah nya. Melihat itu Panji Tejo Laksono langsung merubah gerakan tubuhnya dengan menekuk lutut hingga sambaran cakar besi Besari menyambar angin kosong satu jengkal diatas kepala nya.

Tiba-tiba saja tangan kiri Panji Tejo Laksono sudah berwarna merah menyala seperti api. Dia menggunakan Ajian Tapak Dewa Api ajaran Resi Mpu Sakri. Tangan kiri Panji Tejo Laksono langsung menghantam dada kanan Besari yang terbuka pertahanan nya.

Blllaaammmmmmmm!!!

Besari langsung terpental jauh ke belakang dan menyusruk tanah dengan keras. Dia tewas tanpa sempat bersuara dengan dada kanan gosong seperti terbakar api.

Melihat kawan-kawannya terbunuh, Bendol berusaha untuk kabur. Panji Tejo Laksono langsung menendang jangkar bertali bekas senjata anak buah Besari ke arah Bendol.

Bhuuukkkhhh...

Aaauuuuggggghhhhh!!!

Bendol terjungkal ke depan dengan kepala hancur tertimpa besi jangkar bertali milik temannya. Dia tewas seketika.

Gayatri yang tidak pernah melihat pemandangan seperti itu langsung muntah muntah. Perutnya mual melihat genangan darah dan orang orang meregang nyawa.

Panji Tejo Laksono tersenyum penuh arti dan berjalan mendekati Gayatri yang gemetar badan nya.

"Dunia luar itu keras, Gayatri..

Saat kau tak lebih kuat dari lawan mu, maka kau yang akan bernasib seperti ini. Sebaiknya kau kembali ke kota Kadipaten Seloageng. Dunia persilatan ini bukan tempat mu", ujar Panji Tejo Laksono seraya berjalan ke arah kuda nya yang sedang berdiri di pinggir jalan seolah menunggu kedatangan sang majikan.

Sekali hentakan, Panji Tejo Laksono langsung melompat ke atas kuda nya.

"Taji, tunggu...

Aku tetap ikut dengan mu", teriak Gayatri sambil menyeka mulutnya kemudian melompat ke atas kuda nya. Mereka berdua segera meninggalkan tempat itu. Meninggalkan mayat mayat anggota Gerombolan Serigala Abu-abu yang kini hanya tinggal sejarah.

Mereka berdua terus memacu kudanya kearah selatan. Di Wanua Ranja, mereka menuju ke arah dermaga penyeberangan yang menghubungkan wilayah Kadipaten Seloageng dengan Tanah Perdikan Lodaya.

Seorang lelaki paruh baya bertubuh kekar tengah mengibaskan caping bambu nya saat Panji Tejo Laksono datang. Karena jalur penyeberangan itu sepi, dia bisa sedikit beristirahat.

"Kisanak mau menyeberang?", tanya laki laki paruh baya itu sambil berdiri menatap ke arah wajah tampan Panji Tejo Laksono.

"Iya Ki..

Berapa biayanya?", tanya Panji Tejo Laksono dengan cepat. Hari sudah menjelang sore, sebentar lagi senja akan turun, jika tidak cepat bisa bisa mereka bermalam di hutan.

"Dua kepeng perak saja Kisanak. Saya juga hampir mau pulang ini", ujar tukang perahu itu sambil tersenyum tipis.

Setelah Panji Tejo Laksono, Gayatri dan kedua kuda mereka naik rakit bambu, kakek tua itu segera menjalankan alat penyeberangan itu membelah Sungai Brantas yang berair sedikit kecoklatan.

Tak berapa lama kemudian, Panji Tejo Laksono dan Gayatri sudah turun dari rakit. Mereka berdua segera memacu kuda mereka melesat cepat menyusuri jalan setapak di tepi hutan jati di timur kota Lodaya. Tepat pada senja hari, mereka masuk tapal batas kota Lodaya, yang merupakan wilayah kepangeranan merdeka.

Suasana kota Lodaya sore begitu indah. Para penduduk masih banyak yang berlalu lalang di jalan. Beberapa warung makan justru terlihat ramai oleh pengunjung. Sembari melihat kehidupan sehari-hari masyarakat dari dekat, Panji Tejo Laksono menjalankan kuda nya perlahan ke arah tengah kota bersama Gayatri.

Di timur istana Lodaya, Panji Tejo Laksono menghentikan langkah kaki kuda nya di sebuah rumah besar dengan tulisan besar terpampang di gapura nya. Penginapan Kembang Jambu.

"Selamat datang di Penginapan Kembang Jambu, pendekar..

Apa ada yang bisa kami bantu untuk kalian?", ujar seorang lelaki bertubuh tambun dengan perut buncit.

"Aku ingin 2 kamar tidur untuk semalam. Juga makanan untuk dua orang, tolong di antar ke kamar.

Berapa biayanya?", tanya Panji Tejo Laksono segera.

"Kalau cuma semalam tentu Kisanak akan rugi sebab puncak kemeriahan acara nya adalah besok siang dan besok malam", ujar lelaki bertubuh tambun itu sambil tersenyum.

"Apa yang kau maksud puncak acara kisanak? Coba terangkan kepada ku?", Panji Tejo Laksono menatap heran kearah si lelaki bertubuh tambun itu.

"Loh bukannya kau kemari ingin melihat acara pesta hiburan rakyat yang di selenggarakan setahun sekali di Kota Lodaya?", tanya si pria bertubuh tambun itu segera.

"Kami ini pengelana dari Kerajaan Panjalu, Kisanak..

Tidak tahu adat istiadat Tanah Perdikan Lodaya. Makanya aku bertanya pada mu", Panji Tejo Laksono tersenyum tipis.

"Oh pantas saja kalau begitu..

Begini Kisanak, di Tanah Perdikan Lodaya setiap purnama ke 6 tahun Saka diadakan perayaan untuk Dewi Sri, sang Dewi pertanian dengan jamasan pusaka dan hiburan rakyat selama satu pekan. Besok adalah hari terakhir hiburan rakyat, bersama dengan jamasan pusaka. Nah malamnya ada hiburan penutup dari Kesenian Tayub dari Pakuwon Ngrowo yang sangat kondang. Aku pernah melihat penampilan mereka, pokoknya mantap banget. Penari nya cantik cantik dan yang paling menarik adalah kembang kesenian tayub itu, Rara Pujiwati.

Rugi pokok nya kalau sampai tidak menonton pertunjukan mereka", ujar si lelaki bertubuh tambun itu dengan penuh semangat.

Mendengar penuturan itu, Panji Tejo Laksono mengelus dagunya.

'Aku sudah lama tidak melihat pertunjukan kesenian. Tidak ada salahnya sesekali menghibur diri', batin Panji Tejo Laksono.

"Baiklah, aku pesan sampai besok malam. Berapa biayanya Kisanak?", tanya Panji Tejo Laksono segera.

"Benar benar pria sejati..

Cukup 4 kepeng perak, pendekar. Itu sudah termasuk makan malam selama 2 malam. Kalau sarapan dan makan siang, itu lain hitungan", jawab si lelaki tambun dengan cepat

Panji Tejo Laksono mengangguk mengerti. Malam itu mereka menginap di penginapan Kembang Jambu dengan tenang.

****

"Mbreg..

Kau sudah mendapat perintah dari Gusti Prabu Jayengrana belum?", tanya Tumenggung Ludaka begitu memasuki kediaman perwira tinggi prajurit Panjalu bertubuh tambun itu.

"Belum Lu..

Memang perintah apa? Kog tidak ada yang memberi tahu aku", jawab Demung Gumbreg segera. Pria gendut itu langsung berjalan menghampiri kawan karibnya itu.

"Gusti Prabu Jayengrana menyuruh aku dan kamu untuk berangkat ke Tanah Perdikan Lodaya. Mewakili Gusti Prabu menghadiri undangan dari Pangeran Arya Tanggung di acara tahunan mereka. Gusti Prabu sedang persiapan menerima kedatangan utusan dari Negeri Tiongkok, jadi tidak bisa hadir", jawab Tumenggung Ludaka sambil mendudukkan dirinya di kursi kayu beranda rumah Gumbreg.

"Kapan berangkat nya Lu? Kog mendadak begitu sih?", ujar Demung Gumbreg sambil mengelus jenggotnya.

"Ya sebenarnya sudah dari kemarin perintah nya cuma aku kira kamu sudah di beri tahu.

Kita berangkat besok pagi saja. Urusan pengawal sudah aku tata, kita cukup berdua dengan 10 prajurit juga sudah cukup", Ludaka mengelus kumis tebal nya.

"Hiburan rakyat nya apa Lu? Biasanya acara seperti itu pasti ada hiburannya kan?", Demung Gumbreg menatap ke arah Tumenggung Ludaka.

"Kau ini masih mikir hiburan..

Apa mau kau di hajar Juminten lagi seperti tempo hari saat kau ketahuan ikut menari bersama tledek cantik di rumah Gusti Senopati Warigalit ha?", Tumenggung Ludaka mendengus keras.

"Sssssttttttttt jangan keras keras kalau ngomong Lu...

Kita itu pejabat istana negara, dimana harga diri ku kalau ada yang dengar aku di gebuki istri ku? Kau ini benar-benar tidak setia kawan", Demung Gumbreg meletakkan telunjuknya di depan bibir sambil mendelik ke arah kawan karibnya itu.

"Eh semua orang juga tahu kalau kau itu lelaki yang takut dengan istri Mbreg hehehe..", Tumenggung Ludaka terkekeh geli.

"Kampret kau Lu..

Tapi aku heran juga ya Lu, dulu sebelum menikah Dhek Jum itu lemah lembut dan keibuan banget. Setelah menikah dan punya anak si Besur dan Kresnawati kenapa sikapnya garang seperti macan beranak gitu ya?", Gumbreg berkeluh kesah tentang kehidupannya.

"Punya suami seperti kamu ya memang harus di kerasi , kalau Juminten tidak galak bisa bisa kau seenak udel mu yang bodong itu..

Wong sudah punya istri secantik Juminten saja kau masih berani lirik sana sini kog, padahal rupa mu ya seperti irisan gedebok pisang begitu", Tumenggung Ludaka terkekeh kecil sambil melirik Gumbreg yang mulai kesal.

"Itu mulut mu memang beracun ya Lu, pinter banget bikin orang kesal..

Kau ini kawan ku atau bukan sih?", gerutu Demung Gumbreg sambil mendengus keras.

"Tentu saja aku kawan mu, Mbreg..

Kalau aku musuh mu sudah ku bocorkan sama Juminten perihal kau menggoda pelayan wa...", belum sempat Tumenggung Ludaka menyelesaikan omongannya, Demung Gumbreg segera melesat cepat dan membungkam mulutnya. Dari arah pintu belakang, muncul Juminten.

"Eh ada tamu to.. Sudah dari tadi Gusti Tumenggung Ludaka?", sapa Juminten dengan ramah.

"Heeemmmpppphhhhh hemmmph", suara Tumenggung Ludaka tidak jelas karena di tutup tangan Demung Gumbreg.

"Dia baru saja datang Dhek Jum..

Sana bikinkan minuman untuk tamu kita ini", usir Demung Gumbreg segera.

"Memang Kakang Demung ada urusan apa dengan Tumenggung Ludaka? Kog pakai bekap mulut segala?", tanya Juminten sedikit heran dengan tingkah laku suami nya.

"Urusan rahasia negara. Perempuan gak boleh dengar masalah ini. Sudah ke dapur sana, bikinkan minuman ", perintah Demung Gumbreg dengan cepat. Mendengar itu, Juminten segera balik badan dan menuju dapur. Demung Gumbreg menarik nafas lega usai Juminten menghilang di balik pintu.

Pleetaaakkk!!

"Aduh Lu, kenapa kau menjitak ku?", ujar Gumbreg yang langsung melepaskan bekapan tangannya di mulut Ludaka, berganti mengelus kepalanya.

"Eh setan alas, kau nyaris membuat ku mati pingsan karena bekapan tangan mu itu semprul", maki Tumenggung Ludaka sambil ngos-ngosan mengatur nafasnya.

"Yaaahhh maaf Lu.. Habis nya kau ngomong mirip kuali bocor.. Untung aku sempat melihat kedatangan Dhek Jum. Coba kalau sampai Dhek Jum dengar omongan mu tadi.

Bisa bisa aku kena pukul palang pintu rumah lagi Lu", sahut Gumbreg seketika.

"Makanya kalau masih takut dengan istri, jangan sok genit menggoda perempuan lain..

Ya sudah aku mau pulang, sudah malam. Besok kita berangkat pagi pagi Mbreg", ucap Tumenggung Ludaka sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Kenapa harus pagi pagi sih Lu?

Tidak bisa siang sedikit ya?", tawar Demung Gumbreg.

"Aku tidak menerima tawar menawar dengan tugas yang di berikan oleh Gusti Prabu Jayengrana, Mbreg..

Pokoknya aku besok pagi pagi kemari, kalau sampai kau bangun kesiangan atau malah belum bangun tidur sama sekali, kau tahu apa yang akan ku lakukan Mbreg", Tumenggung Ludaka menyeringai lebar menatap ke arah Demung Gumbreg.

"Akan ku beri tahu Juminten soal kau menggoda pelayan warung makan Nyi Karti", imbuh Tumenggung Ludaka sambil melangkah keluar dari kediaman sang perwira tinggi prajurit Panjalu bertubuh tambun itu.

Gumbreg pucat seketika.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Selamat malam semuanya, selamat beristirahat.

.

Terpopuler

Comments

Mahayabank

Mahayabank

Yaudah lanjuuuut lagiiieee 👌👌👌

2024-03-26

0

Mahayabank

Mahayabank

/Moon//Moon//Moon/

2024-03-26

0

Mahayabank

Mahayabank

ajuuur jum..../Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-03-26

0

lihat semua
Episodes
1 Prahara Jurang Menjing
2 Begawan Ganapati
3 Samaran
4 Kota Pakuwon Palah
5 Gerombolan Serigala Abu-abu
6 Tanah Perdikan Lodaya
7 Pemuda Tampan Bercaping Bambu
8 Gending Pemikat Sukma
9 Pertarungan Di Tengah Sawah
10 Menuju Kadipaten Karang Anom
11 Makam Keramat Gunung Budeg
12 Makam Keramat Gunung Budeg 2
13 Kawan Baru
14 Hutan Jati Perbatasan
15 Sisa Kelompok Bulan Sabit Darah
16 Pertapaan Bukit Rance
17 Pertapaan Bukit Rance 2
18 Pakuwon Widoro
19 Akuwu Durjana
20 Akuwu Durjana 2
21 Rahasia Gayatri
22 Tantangan
23 Wiku Sesat dan Sepasang Pedang Pembunuh dari Gunung Wilis
24 Kidung Cinta Endang Patibrata
25 Mimpi
26 Tuduhan Mata-mata
27 Setan Gunung Wilis
28 Hasrat Terlarang Dewi Ambarwati
29 Panggil Aku Wiro
30 Guru Untuk Wiropati
31 Dendam Kesumat dari Tanah Blambangan
32 Salah Paham
33 Palupi dan Luh Jingga
34 Melawan Jerangkong Api
35 Pencuri
36 Istana Kotaraja
37 Ayah dan Anak
38 Pedang Naga Api
39 Bagian
40 Pertempuran Sungai Lawor
41 Pertempuran Sungai Lawor 2
42 Pertempuran Sungai Lawor 3
43 Pertempuran Sungai Lawor 4
44 Perayaan
45 Pangeran Dari Kadiri
46 Kembang Istana Kadipaten Kalingga
47 Iblis Picak dari Sungai Wulayu
48 Pengelana dari Jauh
49 Sama Gilanya
50 Perguruan Tapak Suci
51 Luh Jingga dan Gayatri
52 Akhir Hidup Kelelawar Mata Iblis
53 Utusan Istana Kadiri
54 Taruhan
55 Karena Arak
56 Setan Gendeng dari Lembah Kali Serang
57 Wasesodirjo dan Raden Sindupati
58 Kembar Tapi Beda
59 Kejutan Besar
60 Lelaki Tua Berjari Buntung
61 Pertarungan yang Melelahkan
62 Maling Hati
63 Tahanan
64 Istana Kadipaten Kalingga
65 Tantangan dari Danapati
66 Adu Jago Ilmu Beladiri
67 Tugas
68 Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 1)
69 Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 2)
70 Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 3)
71 Berangkat ke Tanah Tiongkok
72 Pelabuhan Tumasik
73 Perompak Bendera Hitam
74 Pangeran Suryavarman
75 Kecantikan Putri Champa
76 Malam Panjang
77 Kota Lin'an
78 Penginapan Musim Semi
79 Hadangan Perampok Gunung Lima Singa
80 Siapa Kau Sebenarnya?
81 Gumbreg Melawan Gu Heng
82 Pesta
83 Tubuh Emas
84 Dewa Pedang Wang Chun Yang
85 Putri Lan
86 Raja Serigala Gosong
87 Perayaan Danau Naga ( bagian 1 )
88 Perayaan Danau Naga ( bagian 2 )
89 Perayaan Danau Naga ( bagian 3 )
90 Stempel Giok Naga
91 Nona Besar Song
92 Pertarungan
93 Pencuri Angin
94 Pencuri Angin 2
95 Menuju ke Kota Kaifeng
96 Hati Tiga Wanita Cantik
97 Hua Mei dan Gui Wu
98 Sekte Lembah Hantu
99 Ayu Ratna Palsu
100 Tamu Tak Diundang
101 Melawan Hauw Tian
102 Melawan Hauw Tian 2
103 Lawan Lama Ayah
104 Pertarungan di Kuil Shaolin
105 Pertarungan di Kuil Shaolin 2
106 Tiga Pukulan
107 Kisah Pilu Sepasang Kekasih
108 Ilmu Semesta Yin Yang
109 Di Tepi Jurang Terjal
110 Masalah di Kota Luoyang
111 Pelajaran untuk Fan Zhong Yan
112 Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou
113 Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou 2
114 Rumah Makan Bunga Persik
115 Ilmu Sembilan Matahari
116 Dewi Topeng Waja
117 Ajian Gelap Sayuto
118 Melawan Luo Fan
119 Melawan Luo Fan 2
120 Kaisar Huizong
121 Bara Api Dendam dari Rajapura
122 Pendekar Berpedang Butut
123 Mapanji Jayagiri
124 Siluman Rawa Seribu Teratai
125 Siluman Rawa Seribu Teratai 2
126 Balada Penari Tledek
127 Jasa Pengawalan Bendera Naga
128 Si Ular Kecil
129 Cinta Tak Harus Memiliki
130 Sepasang Iblis Gagak Berkaki Tiga
131 Lawan Yang Sepadan
132 Pimpinan Pasukan
133 Salah Paham
134 Madu
135 Istana Kalingga
136 Ikatan Sepuluh Cincin
137 Ikatan Sepuluh Cincin 2
138 Ikatan Sepuluh Cincin 3
139 Kejutan Yang Tidak Terduga
140 Para Prajurit Penjaga Perbatasan
141 Suasana Kadipaten Rajapura
142 Bajak Laut Tsang
143 Bajak Laut Tsang 2
144 Gegabah
145 Benteng Pertahanan Karangwuluh
146 Tanah Jawadwipa, Aku Kembali..
147 Siapa Dia?
148 Persiapan di Kalingga
149 Bantaran Kali Comal
150 Rajapura adalah Lawan
151 Para Penantang
152 Akhir Hidup Sang Otak Pemberontakan
153 Pesona Putri China
154 Telik Sandi
155 Pengorbanan Nyi Kenikir
156 Penyerbuan Rajapura
157 Diatas Langit Masih Ada Langit
158 Apa Mau Mu?
159 Ilmu Pangiwa
160 Kematian Junggul Mertalaya
161 Pertempuran Sesungguhnya
162 Empat Calon Istri Panji Tejo Laksono
163 Rencana
164 Pilihan
165 Situasi Istana Kadipaten Rajapura
166 Pertarungan di Malam Buta
167 Rencana Selanjutnya
168 Membangun Kembali Rajapura
169 Pendekar Pedang Gading dari Pesisir Selatan
170 Prasangka
171 Adu Pedang di Depan Gerbang Istana
172 Menuju ke Kota Kalingga
173 Persiapan Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Ayu Ratna
174 Resi Sanggabuana
175 Suara Tanpa Wujud
176 Kedatangan Prabu Jayengrana
177 Wejangan
178 Malam Pertama
179 Tanah Lungguh
180 Ajian Bayu Swara
181 Wasiat Terakhir Sang Adipati Sepuh
182 Kelompok Bulan Sabit Darah
183 Sebelas Bayangan
184 Ksatria Lama
185 Upacara Penyucian Jiwa
186 Persiapan Penobatan
187 Dukungan
188 Paksijandu dan Nalini
189 Pangeran Adipati Panji Tejo Laksono
190 Penjara
191 Hidup atau Mati
192 Jimat Keong Buntet
193 Lelaki Bertudung Hitam dan Si Tabib Putih
194 Panji Manggala Seta
195 Pakuwon Weling
196 Di Pertapaan Panumbangan
197 Tewasnya Sang Pimpinan Ketujuh
198 Nyi Dadap Segara dan Ki Pancatnyana
199 Tantangan Ki Pancatnyana
200 Pedang Tulang Iblis
201 Maharesi Padmanaba
202 Syarat dari Dyah Kirana
203 Dyah Kirana
204 Ajian Chanda Bhirawa
205 Istri Kelima
206 Kediaman Lurah Wanua Ranja
207 Perempuan Cantik Berkemben Hijau
208 Ki Kalawisesa dan Wigati
209 Tawon Raksasa
210 Akhir Sebuah Dendam
211 Iblis Gunung Kawi
212 Nawala dari Prabu Jayengrana
213 Kedewasaan Gayatri
214 Kroco
215 Dewa dari Kahyangan
216 Menuju Pakuwon Tumapel
217 Kawan Baru
218 Lelaki Di Dalam Kabut
219 Malam di Tepi Hutan
220 Titah Prabu Jayengrana
221 Pendekar Golok Angin
222 Sandyakala di Langit Seloageng
223 Sandyakala di Langit Seloageng 2
224 Racun Penghancur Hati
225 Situasi Genting
226 Mengejar Penculik Ayu Ratna
227 Padepokan Ular Siluman ( bagian 1 )
228 Padepokan Ular Siluman ( bagian 2 )
229 Padepokan Ular Siluman ( bagian 3 )
230 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
231 Persiapan
232 Bantuan dari Lodaya
233 Saatnya Telah Tiba
234 Rencana Kedua
235 Senjata Cadangan Jenggala
236 Siapa Dia Sebenarnya?
237 Kemenangan di Selatan
238 Pasukan Gajah
239 Pimpinan Sementara
240 Mimpi Dewi Anggarawati
241 Orang-orang Wanua Karang Pulut
242 Orang-orang Wanua Karang Pulut 2
243 Perang Kota Kunjang
244 Perang Kota Kunjang 2
245 Perang Kota Kunjang 3
246 Perang Kota Kunjang 4
247 Perang Kota Kunjang 5
248 Akhir Perang Kota Kunjang
249 Akhir Perang Kota Kunjang 2
250 Benteng Pertahanan Wanua Sungging
251 Rencana Busuk Mapanji Jayawarsa
252 Bidadari Gunung Arjuna
253 Pangeran Ganeshabrata
254 Bantuan Yang Di Janjikan
255 Akhir Peperangan
256 Tabir Yang Mulai Tersingkap
257 Kembali ke Kotaraja Daha
258 Mulut Seorang Pelacur
259 Putri Akuwu
260 Sepasang Iblis Pemotong Kepala
261 Intrik Istana
262 Bukan Pendekar Sembarangan
263 Pulang ke Seloageng
264 Pasar Besar Kota Gelang-gelang
265 Permintaan Eyang
266 Utusan Padepokan Anggrek Bulan
267 Dewi Anggrek Bulan
268 Gerimis
269 Ki Jatmika
270 Kisah Kelam Anggrek Perak
271 Wangsit
272 Pertapaan Gunung Penanggungan
273 Rajah Smaradahana
274 Menuju Kotaraja Kahuripan
275 Putri Uttejana
276 Adu Jago
277 Bidadari Bertopeng Perak
278 Melawan Nini Raga Setan
279 Ajian Malih Rupa
280 Bahaya Besar
281 Ilmu Sembilan Matahari Tahap Kedelapan
282 Menantang Para Petinggi Kelompok Bulan Sabit Darah
283 Mpu Purwa
284 Keruwetan Demung Gumbreg
285 Warung Kembang Sore
286 Nyi Kembang Sore Sang Ratu Pemikat
287 Istana Perut Bumi
288 Istana Perut Bumi 2
289 Wanita Berambut Api
290 Jati Diri Dyah Kirana
291 Jati Diri Dyah Kirana 2
292 Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Dyah Kirana
293 Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 1 )
294 Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 2 )
295 Dewi Lembah Wilis
296 Dewi Lembah Wilis 2
297 Dewi Lembah Wilis 3
298 Hutan Larangan
299 Wujud Yang Tidak Berjasad
300 Cerita Sepasang Kekasih
301 Para Penghadang
302 Adipati Arya Natakusuma
303 Misteri Hilangnya Dewi Sekar Kedaton
304 Sayembara Panjalu
305 Mencari Pujaan Hati
306 Pendopo Agung Istana Katang-katang
307 Setan Berwujud Manusia
308 Melawan Prabu Gendarmanik
309 Melawan Prabu Gendarmanik 2
310 Gayatri Hamil?
311 Lodaya Menagih Janji
312 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 1 )
313 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 2 )
314 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 3 )
315 Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 4 )
316 Perubahan
317 Singgasana Panjalu
318 Lelaki Tua Berambut Merah
319 Demung Gumbreg
320 Rencana Busuk Para Pejabat
321 Kebimbangan Hati Adipati Anjuk Ladang
322 Ulah Rara Kinanti
323 Utusan dari Anjuk Ladang
324 Iblis Bukit Manoreh
325 Malam Pertama Rara Kinanti
326 Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga
327 Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga 2
328 Keangkuhan
329 Woro dan Wati
330 Menuju Ke Barat
331 Perbatasan Kadipaten Lewa
332 Rampok Kelabang Merah
333 Salah Masuk
334 Saatnya Memenggal Kepala Sang Iblis
335 Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 1 )
336 Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 2 )
337 Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 3 )
338 Suasana Kadipaten Anjuk Ladang
339 Rencana Selanjutnya
340 Mengorek Keterangan dari Mpu Klinting
341 Teka Teki
342 Putri Pertama
343 Murid Padepokan Padas Putih
344 Saudara Seperguruan
345 Bupati Baru Gelang-gelang
346 Hal Yang Ditunggu
347 Kadiri Kesaput Surup
348 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 1 )
349 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 2 )
350 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 3 )
351 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 4 )
352 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 5 )
353 Prahara Kotaraja Daha ( bagian 6 )
354 Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Parakrama Digjaya Uttunggadewa
Episodes

Updated 354 Episodes

1
Prahara Jurang Menjing
2
Begawan Ganapati
3
Samaran
4
Kota Pakuwon Palah
5
Gerombolan Serigala Abu-abu
6
Tanah Perdikan Lodaya
7
Pemuda Tampan Bercaping Bambu
8
Gending Pemikat Sukma
9
Pertarungan Di Tengah Sawah
10
Menuju Kadipaten Karang Anom
11
Makam Keramat Gunung Budeg
12
Makam Keramat Gunung Budeg 2
13
Kawan Baru
14
Hutan Jati Perbatasan
15
Sisa Kelompok Bulan Sabit Darah
16
Pertapaan Bukit Rance
17
Pertapaan Bukit Rance 2
18
Pakuwon Widoro
19
Akuwu Durjana
20
Akuwu Durjana 2
21
Rahasia Gayatri
22
Tantangan
23
Wiku Sesat dan Sepasang Pedang Pembunuh dari Gunung Wilis
24
Kidung Cinta Endang Patibrata
25
Mimpi
26
Tuduhan Mata-mata
27
Setan Gunung Wilis
28
Hasrat Terlarang Dewi Ambarwati
29
Panggil Aku Wiro
30
Guru Untuk Wiropati
31
Dendam Kesumat dari Tanah Blambangan
32
Salah Paham
33
Palupi dan Luh Jingga
34
Melawan Jerangkong Api
35
Pencuri
36
Istana Kotaraja
37
Ayah dan Anak
38
Pedang Naga Api
39
Bagian
40
Pertempuran Sungai Lawor
41
Pertempuran Sungai Lawor 2
42
Pertempuran Sungai Lawor 3
43
Pertempuran Sungai Lawor 4
44
Perayaan
45
Pangeran Dari Kadiri
46
Kembang Istana Kadipaten Kalingga
47
Iblis Picak dari Sungai Wulayu
48
Pengelana dari Jauh
49
Sama Gilanya
50
Perguruan Tapak Suci
51
Luh Jingga dan Gayatri
52
Akhir Hidup Kelelawar Mata Iblis
53
Utusan Istana Kadiri
54
Taruhan
55
Karena Arak
56
Setan Gendeng dari Lembah Kali Serang
57
Wasesodirjo dan Raden Sindupati
58
Kembar Tapi Beda
59
Kejutan Besar
60
Lelaki Tua Berjari Buntung
61
Pertarungan yang Melelahkan
62
Maling Hati
63
Tahanan
64
Istana Kadipaten Kalingga
65
Tantangan dari Danapati
66
Adu Jago Ilmu Beladiri
67
Tugas
68
Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 1)
69
Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 2)
70
Pertarungan di Istana Kalingga (bagian 3)
71
Berangkat ke Tanah Tiongkok
72
Pelabuhan Tumasik
73
Perompak Bendera Hitam
74
Pangeran Suryavarman
75
Kecantikan Putri Champa
76
Malam Panjang
77
Kota Lin'an
78
Penginapan Musim Semi
79
Hadangan Perampok Gunung Lima Singa
80
Siapa Kau Sebenarnya?
81
Gumbreg Melawan Gu Heng
82
Pesta
83
Tubuh Emas
84
Dewa Pedang Wang Chun Yang
85
Putri Lan
86
Raja Serigala Gosong
87
Perayaan Danau Naga ( bagian 1 )
88
Perayaan Danau Naga ( bagian 2 )
89
Perayaan Danau Naga ( bagian 3 )
90
Stempel Giok Naga
91
Nona Besar Song
92
Pertarungan
93
Pencuri Angin
94
Pencuri Angin 2
95
Menuju ke Kota Kaifeng
96
Hati Tiga Wanita Cantik
97
Hua Mei dan Gui Wu
98
Sekte Lembah Hantu
99
Ayu Ratna Palsu
100
Tamu Tak Diundang
101
Melawan Hauw Tian
102
Melawan Hauw Tian 2
103
Lawan Lama Ayah
104
Pertarungan di Kuil Shaolin
105
Pertarungan di Kuil Shaolin 2
106
Tiga Pukulan
107
Kisah Pilu Sepasang Kekasih
108
Ilmu Semesta Yin Yang
109
Di Tepi Jurang Terjal
110
Masalah di Kota Luoyang
111
Pelajaran untuk Fan Zhong Yan
112
Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou
113
Sepasang Bandit Gunung Zhengzhou 2
114
Rumah Makan Bunga Persik
115
Ilmu Sembilan Matahari
116
Dewi Topeng Waja
117
Ajian Gelap Sayuto
118
Melawan Luo Fan
119
Melawan Luo Fan 2
120
Kaisar Huizong
121
Bara Api Dendam dari Rajapura
122
Pendekar Berpedang Butut
123
Mapanji Jayagiri
124
Siluman Rawa Seribu Teratai
125
Siluman Rawa Seribu Teratai 2
126
Balada Penari Tledek
127
Jasa Pengawalan Bendera Naga
128
Si Ular Kecil
129
Cinta Tak Harus Memiliki
130
Sepasang Iblis Gagak Berkaki Tiga
131
Lawan Yang Sepadan
132
Pimpinan Pasukan
133
Salah Paham
134
Madu
135
Istana Kalingga
136
Ikatan Sepuluh Cincin
137
Ikatan Sepuluh Cincin 2
138
Ikatan Sepuluh Cincin 3
139
Kejutan Yang Tidak Terduga
140
Para Prajurit Penjaga Perbatasan
141
Suasana Kadipaten Rajapura
142
Bajak Laut Tsang
143
Bajak Laut Tsang 2
144
Gegabah
145
Benteng Pertahanan Karangwuluh
146
Tanah Jawadwipa, Aku Kembali..
147
Siapa Dia?
148
Persiapan di Kalingga
149
Bantaran Kali Comal
150
Rajapura adalah Lawan
151
Para Penantang
152
Akhir Hidup Sang Otak Pemberontakan
153
Pesona Putri China
154
Telik Sandi
155
Pengorbanan Nyi Kenikir
156
Penyerbuan Rajapura
157
Diatas Langit Masih Ada Langit
158
Apa Mau Mu?
159
Ilmu Pangiwa
160
Kematian Junggul Mertalaya
161
Pertempuran Sesungguhnya
162
Empat Calon Istri Panji Tejo Laksono
163
Rencana
164
Pilihan
165
Situasi Istana Kadipaten Rajapura
166
Pertarungan di Malam Buta
167
Rencana Selanjutnya
168
Membangun Kembali Rajapura
169
Pendekar Pedang Gading dari Pesisir Selatan
170
Prasangka
171
Adu Pedang di Depan Gerbang Istana
172
Menuju ke Kota Kalingga
173
Persiapan Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Ayu Ratna
174
Resi Sanggabuana
175
Suara Tanpa Wujud
176
Kedatangan Prabu Jayengrana
177
Wejangan
178
Malam Pertama
179
Tanah Lungguh
180
Ajian Bayu Swara
181
Wasiat Terakhir Sang Adipati Sepuh
182
Kelompok Bulan Sabit Darah
183
Sebelas Bayangan
184
Ksatria Lama
185
Upacara Penyucian Jiwa
186
Persiapan Penobatan
187
Dukungan
188
Paksijandu dan Nalini
189
Pangeran Adipati Panji Tejo Laksono
190
Penjara
191
Hidup atau Mati
192
Jimat Keong Buntet
193
Lelaki Bertudung Hitam dan Si Tabib Putih
194
Panji Manggala Seta
195
Pakuwon Weling
196
Di Pertapaan Panumbangan
197
Tewasnya Sang Pimpinan Ketujuh
198
Nyi Dadap Segara dan Ki Pancatnyana
199
Tantangan Ki Pancatnyana
200
Pedang Tulang Iblis
201
Maharesi Padmanaba
202
Syarat dari Dyah Kirana
203
Dyah Kirana
204
Ajian Chanda Bhirawa
205
Istri Kelima
206
Kediaman Lurah Wanua Ranja
207
Perempuan Cantik Berkemben Hijau
208
Ki Kalawisesa dan Wigati
209
Tawon Raksasa
210
Akhir Sebuah Dendam
211
Iblis Gunung Kawi
212
Nawala dari Prabu Jayengrana
213
Kedewasaan Gayatri
214
Kroco
215
Dewa dari Kahyangan
216
Menuju Pakuwon Tumapel
217
Kawan Baru
218
Lelaki Di Dalam Kabut
219
Malam di Tepi Hutan
220
Titah Prabu Jayengrana
221
Pendekar Golok Angin
222
Sandyakala di Langit Seloageng
223
Sandyakala di Langit Seloageng 2
224
Racun Penghancur Hati
225
Situasi Genting
226
Mengejar Penculik Ayu Ratna
227
Padepokan Ular Siluman ( bagian 1 )
228
Padepokan Ular Siluman ( bagian 2 )
229
Padepokan Ular Siluman ( bagian 3 )
230
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
231
Persiapan
232
Bantuan dari Lodaya
233
Saatnya Telah Tiba
234
Rencana Kedua
235
Senjata Cadangan Jenggala
236
Siapa Dia Sebenarnya?
237
Kemenangan di Selatan
238
Pasukan Gajah
239
Pimpinan Sementara
240
Mimpi Dewi Anggarawati
241
Orang-orang Wanua Karang Pulut
242
Orang-orang Wanua Karang Pulut 2
243
Perang Kota Kunjang
244
Perang Kota Kunjang 2
245
Perang Kota Kunjang 3
246
Perang Kota Kunjang 4
247
Perang Kota Kunjang 5
248
Akhir Perang Kota Kunjang
249
Akhir Perang Kota Kunjang 2
250
Benteng Pertahanan Wanua Sungging
251
Rencana Busuk Mapanji Jayawarsa
252
Bidadari Gunung Arjuna
253
Pangeran Ganeshabrata
254
Bantuan Yang Di Janjikan
255
Akhir Peperangan
256
Tabir Yang Mulai Tersingkap
257
Kembali ke Kotaraja Daha
258
Mulut Seorang Pelacur
259
Putri Akuwu
260
Sepasang Iblis Pemotong Kepala
261
Intrik Istana
262
Bukan Pendekar Sembarangan
263
Pulang ke Seloageng
264
Pasar Besar Kota Gelang-gelang
265
Permintaan Eyang
266
Utusan Padepokan Anggrek Bulan
267
Dewi Anggrek Bulan
268
Gerimis
269
Ki Jatmika
270
Kisah Kelam Anggrek Perak
271
Wangsit
272
Pertapaan Gunung Penanggungan
273
Rajah Smaradahana
274
Menuju Kotaraja Kahuripan
275
Putri Uttejana
276
Adu Jago
277
Bidadari Bertopeng Perak
278
Melawan Nini Raga Setan
279
Ajian Malih Rupa
280
Bahaya Besar
281
Ilmu Sembilan Matahari Tahap Kedelapan
282
Menantang Para Petinggi Kelompok Bulan Sabit Darah
283
Mpu Purwa
284
Keruwetan Demung Gumbreg
285
Warung Kembang Sore
286
Nyi Kembang Sore Sang Ratu Pemikat
287
Istana Perut Bumi
288
Istana Perut Bumi 2
289
Wanita Berambut Api
290
Jati Diri Dyah Kirana
291
Jati Diri Dyah Kirana 2
292
Pernikahan Panji Tejo Laksono dan Dyah Kirana
293
Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 1 )
294
Pralaya Pertapaan Gunung Mahameru ( bagian 2 )
295
Dewi Lembah Wilis
296
Dewi Lembah Wilis 2
297
Dewi Lembah Wilis 3
298
Hutan Larangan
299
Wujud Yang Tidak Berjasad
300
Cerita Sepasang Kekasih
301
Para Penghadang
302
Adipati Arya Natakusuma
303
Misteri Hilangnya Dewi Sekar Kedaton
304
Sayembara Panjalu
305
Mencari Pujaan Hati
306
Pendopo Agung Istana Katang-katang
307
Setan Berwujud Manusia
308
Melawan Prabu Gendarmanik
309
Melawan Prabu Gendarmanik 2
310
Gayatri Hamil?
311
Lodaya Menagih Janji
312
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 1 )
313
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 2 )
314
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 3 )
315
Pemberontakan Adipati Arya Natakusuma ( bagian 4 )
316
Perubahan
317
Singgasana Panjalu
318
Lelaki Tua Berambut Merah
319
Demung Gumbreg
320
Rencana Busuk Para Pejabat
321
Kebimbangan Hati Adipati Anjuk Ladang
322
Ulah Rara Kinanti
323
Utusan dari Anjuk Ladang
324
Iblis Bukit Manoreh
325
Malam Pertama Rara Kinanti
326
Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga
327
Janda Sinting dari Lembah Selaksa Bunga 2
328
Keangkuhan
329
Woro dan Wati
330
Menuju Ke Barat
331
Perbatasan Kadipaten Lewa
332
Rampok Kelabang Merah
333
Salah Masuk
334
Saatnya Memenggal Kepala Sang Iblis
335
Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 1 )
336
Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 2 )
337
Melawan Iblis Bukit Manoreh ( bagian 3 )
338
Suasana Kadipaten Anjuk Ladang
339
Rencana Selanjutnya
340
Mengorek Keterangan dari Mpu Klinting
341
Teka Teki
342
Putri Pertama
343
Murid Padepokan Padas Putih
344
Saudara Seperguruan
345
Bupati Baru Gelang-gelang
346
Hal Yang Ditunggu
347
Kadiri Kesaput Surup
348
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 1 )
349
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 2 )
350
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 3 )
351
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 4 )
352
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 5 )
353
Prahara Kotaraja Daha ( bagian 6 )
354
Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Parakrama Digjaya Uttunggadewa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!