Cea Milik Keluarga Weysa

Cea Milik Keluarga Weysa

PROLOG

Seorang pria dewasa duduk memperhatikan seorang gadis kecil dari mobilnya, sedikit terlihat senyuman di wajahnya yang dingin. Bahkan sang asisten pribadinya yang duduk di bangku supir pun kaget melihat gelagat aneh tuannya.

"Tuan? "

"Dia sangat cantik. "

"Hah? "

Faaz melihat ke arah mana tatapan mata sang tuan, hingga matanya terhenti di satu sosok gadis yang memakai baju sekolah. Rambutnya di ikat dua seperti ekor kuda.

"Tuan menyukainya? " tanya Faaz menatap sang tuan dari kaca di atasnya.

"Ya, sangat cantik. Aku ingin dia. "

What? Yang benar saja. Mana bisa sang tuan menginginkan seseorang seperti barang, jika nyonya utama tahu bisa terkena masalah dirinya karena di anggap melakukan hal yang sesat untuk sang tuan.

Faaz tiba-tiba merasa merinding tanpa sebab, ia mengusap tengkuknya lalu pandangan matanya bertatapan dengan tatapan tajam sang tuan.

"T-tuan... "

"Kenapa kau hanya diam!? "

"Tuan tidak bisa memilikinya seperti sebuah barang, harus menikahinya. " ucapan spontan itu keluar dari mulut Faaz.

"Menikah? Apa menikah seperti Daddy dan Mommy? Berkeluarga. "

Ya, sepertinya Faaz salah memberikan kosa kata kepada tuannya. Tuannya memang cerdas, pintar, kaya dan mapan namun, akan terlihat bodoh jika mengenai masalah tentang perempuan.

"Iya tuan seperti itu. "

"Baiklah aku ingin menikah besok. "

"APA!? "

Jantung Faaz serasa mati di tempat mendengar perkataan dari mulut tuannya, ia merasa linglung sejenak dan mengatur detak jantungnya yang berdebar tidak normal.

BUGH

"Argh... shh.. Sakit tuan. " rintih Faaz ketika kepalanya di pukul oleh sang tuan.

"Kenapa kamu berteriak? Huh menyakiti telingaku saja! "

"Nyonya saya harus bagaimana. " jerit Faaz dalam hatinya.

Sebuah mobil BMW i8 Roadster seharga Rp 4,41 miliar memasuki gerbang mansion mewah dan megah. Sekitar 50 meter dari gerbang hingga akhirnya mobil tersebut berhenti di depan garasi yang berisi banyak mobil-mobil mahal.

"Aaa Putraku akhirnya pulang. " teriak seorang wanita paruh baya menyambutnya dengan teriakan dan pelukan.

"Sayang jangan memeluknya. " cegah pria paruh baya yang menghalangi langkah wanita yang terlihat antusias tadi.

Seketika senyum di wajah wanita paruh baya itu memudar, di gantikan dengan wajah cemberut.

"Daddy dia mommyku, kamu terlalu berlebihan. "

"Hanzel, dia istriku. Wajar aku cemburu. " ucap pria paruh baya itu.

"Ish menyebalkan, dia putraku dad. "

"Ya aku tahu. " ucapnya tanpa melepaskan rangkulan tangannya di pinggang sang istri.

"Aku ingin menikah. " ucap Hanzel mengagetkan momen yang tidak sesuai ekspetasi itu.

"WHATT!? "

"APA !? "

"Hahaha.. Hanzel kamu sangat tidak lucu. " tawa Merry terdengar canggung.

"I'm seriously! Dad? "

"Ya terserah. " jawab Damian dengan wajah acuhnya.

"Dad. " tegur Merry.

Kini, mereka semua duduk di meja makan. Sudah sangat lama Hanzel tidak berkunjung ke tempat kedua orang tuanya, sekarang sekalinya datang ia malah meminta nikah.

"Jadi? Bisa kamu jelaskan Han. " tekan Damian menatap tajam putranya.

"Siapa yang kamu hamili? " tuduh Merry dengan wajah dinginnya.

"Tidak ada. "

Dua kata dengan nada berat serta raut wajah datar khas seorang Hanzelio terdengar. Damian dan Merry tentu saja kaget, selama ini mereka selalu mengawasi sang putra dalam hal apapun jadi, tidak mungkin jika Hanzel melakukan perbuatan buruk yang tidak di ketahui keduanya.

"Lalu kenapa kamu ingin menikah tiba-tiba Azel? " tanya Merry dengan nada khas seorang ibu yang sangat menyayangi putranya.

Merry sangat penasaran, ia memang tidak memaksa sang putra untuk menikah cepat hingga saat ini usia putranya sudah menginjak 28 tahun dan belum menikah.

Walaupun begitu ia tetaplah orang tua yang menginginkan anak-anaknya menikah dan mempunyai sebuah keluarga tapi tidak dengan cara mendadak seperti ini. Sungguh membuatnya penasaran.

"Aku melihat gadis kecil yang cantik tadi, aku menginginkannya. " ucap Hanzel dengan sejujur-jujurnya.

Bahkan Merry yang mendengar sampai membulatkan kedua matanya serta mulutnya yang tercengang, berbeda dengan Damian yang terlihat lebih biasa saja di bandingkan sang mommy.

"Kamu itu ingin menikah atau membeli sebuah barang hah? " teriak Damian dengan wajah shock.

"Faaz bilang jika aku ingin memilikinya aku harus menikahinya. " jawab Hanzel dengan wajah datar.

"Astaga mommy benar-benar akan gila, kamu baru pulang ke mansion dan menyatakan ingin menikah? Selama ini bahkan kamu tidak pernah dekat dengan para perempuan, tapi aku bersyukur ternyata anakku tidak belok. " sindir Merry namun terdapat nada ejekan di sana.

"Ya. " jawab Hanzel dengan wajah triplek.

"Jadi kapan pernikahannya? Tidak bisa jika besok, harus ada persiapan dan lain-lainnya. " tanya Damian seraya berdoa dalam hati agar putranya tidak meminta hal yang aneh-aneh.

Oh, ayolah sang putra berkecimpung di dunia mafia selama belasan tahun dan tidak pernah tau dunia luar tentang keluarga, percintaan, bahkan pernikahan.

Sekarang seakan-akan ia sedang di buat spot jantung putranya meminta menikah dengan seorang perempuan yang sama sekali ia tidak mengenalnya.

"Aku ingin besok. "

Faaz yang berada di tengah-tengah keluarga aneh itu memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pusing. Maksud dari perkataannya kepada Hanzel bukan langsung menikahinya begitu saja, tuannya saja belum mengenal lebih dalam tentang gadis itu dan lagi bagaimana caranya ia memastikan gadis kecil yang di incar tuannya mau menikah dengan tuan mudanya.

"Kamu tidak bisa langsung menikahinya Hanzel, apakah dia mau dengan dirimu? " ucap Merry mencoba memberi pengertian kepada putranya.

"Harus mau! " jawab Hanzel dengan tegas.

"T-tapi tuan... "

"Diam. "

Faaz menghela nafasnya ketika perkataannya tidak di dengar oleh tuan mudanya. Sepertinya nanti pekerjaannya akan menambah dan malam ini dirinya akan lembur.

"Apa yang di katakan oleh mommy mu itu benar Hanzel, kamu jangan keras kepala! " ucap Damian, kepalanya serasa ingin pecah.

"Aku copyan mu dad. " jawab Hanzel dengan wajah datar.

"Kalian sama saja, huh keras kepala. " gerutu Merry.

"Sayang. " bela Damian.

Hanzel memutar bola matanya malas. "Aku ke kamar. " ucapnya.

Hanzel berdiri dari meja makan, ia berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya. Tubuh kekar serta wajahnya yang tampan, ia sudah percaya diri sekali untuk memiliki gadis kecil, cinta pertamanya.

Saat di dunia mafia banyak para perempuan yang terpesona dengannya. Hanzel rasa gadis tadi pun akan terpesona juga jadi, tidak masalah bukan? Itu adalah hal gampang. Faaz dan orang tuanya hanya mempersiapkan dekorasi pernikahannya saja, masalah gadis itu dirinya yakin 100% jika gadis kecil yang ia tidak tahu namanya itu mau menikah dengannya namun, jika tidak mau tinggal di paksa saja.

"Maaf kan saya tuan besar nyonya besar, mungkin ini karena saya. Namun maksud saya kepada tuan muda bukan seperti itu, sepertinya tuan benar-benar tertarik dengan gadis ini. " ucap Faaz memberi tahu.

"Apakah kau sudah mencari tahu tentang gadis itu? " tanya Damian kepada asisten putranya.

"Sudah tuan besar, anak buah saya akan mengantarkannya sebentar lagi. " jawab Faaz, ia sudah memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu dengan cepat.

"Kalau boleh tau, apakah gadis yang di bicarakan oleh Hanzel adalah seorang model kecantikan ternama? " tanya Merry yang masih penasaran sebab kata yang keluar dari mulut Hanzel adalah 'Cantik'.

"Tidak nyonya besar, gadis itu masih sekolah. Mungkin usianya sekitar 17 tahun. "

"APA??? " teriak Merry dengan wajah kaget.

"Sayang kamu jangan teriak-teriak, nanti wajahmu keriput jika kebanyakan marah. "

"Kau mendoakanku keriput!? " kesal Merry.

"Bukan begitu sayang. "

"Apa? Aku jelek!? Huh awas kamu! "

"Hei mau kemana? " teriak Damian ketika istrinya berdiri pergi meninggalkan mereka.

"Huff sabar Dami sabar. "

"Hah pertengkaran rumah tangga. " batin Faaz.

"Anggap saja kamu tidak melihat apapun Faaz. " ucap Damian menatap tajam asisten putranya itu.

"Saya tau tuan, saya tidak melihat apapun tadi. " jawab Faaz dengan tegas.

Seorang berpakaian hitam berjalan dengan langkah tegapnya memasuki ruang makan, membawa satu map di tangannya.

"Tuan besar, tuan Faaz ini berkas yang anda minta. " ucapnya membungkukkan badan dengan sopan

"Baiklah terimakasih. " ucap Faaz menerima map dari tangan bawahannya.

"Kau... Boleh pergi. "

"Baik tuan. "

Faaz memberikan mapnya kepada Damian, pria paruh baya yang tetap tampan dan gagah itu menerima map dari Faaz dengan cepat.

"17 tahun? "

Damian benar-benar tidak percaya jika putranya menyukai seorang gadis muda, jika sudah begini mana bisa dirinya ikut mencampuri. Ketika Hanzel mengatakan A maka akan tetap A tidak akan berubah ke B.

"Faaz apakah aku benar-benar akan menjadi gila? " ucap Damian memijat kepalanya yang tiba-tiba saja merasa pusing.

"Aku senang jika akhirnya putraku bisa suka terhadap seorang perempuan, tapi bukan gadis remaja seperti ini. Bukankah Hanzel terlihat seperti om om pedofil? " lanjut Damian tak habis fikir dengan permintaan sang putra yang di luar nalar.

"Siapa yang daddy bilang Om-om pedofil? Umurku tidaklah setua itu. " sangkal Hanzel yang baru saja turun dari atas tangga.

"Hanzel kamu yakin dengan ucapanmu? Perempuan ini... tidak lebih tepatnya gadis ini masih bersekolah, umurnya baru 17 tahun Hanzel. " ucap Damian memberi tahu putranya, siapa yang tahu mungkin saja Hanzel bisa berubah pikiran.

"Aku tidak perduli. "

Hanzel langsung pergi dari situ, bagaimana pun caranya ia harus memiliki gadis itu. Hanzel tidak mengerti saat melihat gadis itu, dirinya langsung tertarik saja, cinta ataukah obsesi? atau hanya sekedar penasaran? Hanzel tidak perduli yang penting ia harus mendapatkannya.

"Kamu cari tahu bagaimana caranya agar gadis ini mau untuk menikah besok. " ucap Damian menatap Faaz dengan penuh harap.

"S-sa saya tuan? " gagap Faaz.

"Siapa lagi? Aku? "

"Tidak tuan tidak, baiklah. " pasrah Faaz.

Faaz masih berdiri di samping meja seakan ragu ingin mengatakan sesuatu. Damian yang menyadarinya pun menatap bingung.

"Masih ada yang mau kamu bahas? " tanya Damian memastikan sesuatu.

"Tuan besar, saya tidak bisa berjanji untuk membawa calon nona muda besok. Apa pernikahannya benar-benar akan di lakukan besok? Setidaknya beri saya waktu untuk memastikan jika Nona Dira mau menikah dengan tuan muda Hanzel, tiga hari tuan, beri saya waktu tiga hari." ucap Faaz dengan wajah tegasnya.

"Untuk itu... " Damian terdiam beberapa lama namun, setelah di pikir-pikir kembali apa yang dikatakan oleh Faaz ada benarnya juga.

"Baiklah tiga hari, aku akan membicarakannya dengan Hanzel nanti. "

"Terimakasih tuan besar, kalau begitu saya pamit. " ucap Faaz membungkukkan badannya sedikit dan berlalu dari ruang makan.

Seorang gadis remaja memasuki gerbang rumah sederhana yang terlihat rapi, ia mengambil kunci rumahnya dan memasuki kedalam.

"Ah capek sekali. " ucap Dira mendudukkan tubuhnya ke atas kursi.

Glancea Adira Umaiza , gadis remaja berusia 17 thun yang menduduki bangku SMA kelas 3. Ia hidup sebatang kara, orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan yang merenggut seluruh keluarganya kecuali dirinya. Usianya masih 13 tahun saat itu, namun dirinya sudah harus di tuntut mandiri untuk serba bisa.

Saat ini hari sudah sore, jam menunjukkan pukul setengah 3. Dira membersihkan tubuhnya yang terkena sinar matahari sehingga meninggalkan bau yang tidak enak. Ia berjalan ke arah kamar mandi yang letaknya di belakang dekat dapurnya.

Rumah yang di tempatinya memang tidak besar namun, hanya ini harta peninggalan satu-satunya dari orang tuanya. Mereka bukan orang kaya tapi juga tidak bisa di bilang orang miskin, dulu mungkin semua yang Adira mau dengan gampang bisa di dapat.

"Humm harumnya, pasti enak. " ucapnya dengan girang sembari mengaduk tumis cumi di dalam wajan.

Setelah itu Dira meletakkan hasil masakannya kedalam piring dan di sajikan di atas meja makan. Tidak setiap hari Dira bisa makan enak seperti ini, dirinya sadar betul untuk lebih sering berhemat karena warisan yang di berikan kedua orang tuanya sudah mulai menipis juga.

Dira mengambil nasi serta sedikit cumi, sisanya untuk makan malam nanti. Sehabis ini ia ingin membersihkan halaman depan karena tadi ketika di lihat sudah banyak sampah yang bertebaran, Dira tidak mau rumahnya terdapat banyak sarang nyamuk.

"Ternyata capek juga ya. " ucapnya dengan nafas tersendat-sendat.

Ia sudah selesai membersihkan sampah yang bertebaran tadi, lalu memilih duduk sebentar di ayunan yang talinya di ikat ke pohon.

"Dira habis bersih-bersih ya. " sapa salah satu tetangganya dengan ramah.

"Eh iya buk. " jawab Dira dengan tersenyum.

Dulu saat masih 13 tahun, ia masih belum terlalu bisa mengurusi keadaan rumahnya sendiri maka dari itu sebagai tetangga terkadang membantu dengan ikhlas tanpa meminta imbalan darinya. Dira merasa beruntung memiliki tetangga yang menyenangkan.

"Wahh rajinnya. "

"Hehe tidak juga, Dira hanya kebetulan ingin membersihkannya buk. " ucap Dira dengan malu-malu.

Perempuan yang usianya tidak muda itu tersenyum mendengar perkataan Dira, gadis kecil yang malang pikirnya.

"Ya sudah, ibu duluan ya, mari. " pamit tetangganya.

"Iya, kapan-kapan main ke sini buk. " ajak Dira ingin menjamu.

"Kalo sempet ya Ra, akhir-akhir ini lagi sibuk soalnya. "

"Hehe iya buk. "

Senyum di wajah Dira perlahan luntur ketika mengingat kembali keluarganya, ia tidak menangis hanya saja menyesali kenapa harus dirinya yang menghadapi ini semua.

Dira akan terus berusaha, dia tidak akan pernah menyerah! Walaupun dijalani sambil nangis darah pun.

"Keuangan udah mulai menipis, apa aku cari pekerjaan saja ya? " tanya Dira pada dirinya sendiri.

"Tapi mau kerja apa? Adakah yang mau menerima anak sekolah bekerja. "

Dira sangat bimbang, apa yang harus di lakukannya untuk kedepannya. Mungkin satu tahun kedepan masih cukup jika ia lebih bisa berhemat.

"Papa, Mama... Dira rindu kalian, kenapa kalian tidak mengajak Dira saja? "

Terpopuler

Comments

☣™Baby A®a™☣

☣™Baby A®a™☣

Udah mampir ya kak😁
Semangat berkarya ya 🤗

2024-06-09

0

Bening Hijau

Bening Hijau

faaz yang sabar jdi asisten mereka...
q mampir..

2024-06-09

0

Lukalama

Lukalama

saya mampir ya kak...🙏, salam kenal ☺️🫰

2024-06-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!