Siapa Yang Salah?

Pagi ini Abila menjemput Cea dengan supir pribadinya, mereka akan berangkat kesekolah bersama. Mobil Abila sudah sampai di depan rumah minimalis milik Cea.

"Pak tunggu sebentar ya, Bila panggil Cea dulu. " ucap Abila kepada supir pribadi keluarganya.

"Baik non. "

Mata Abila menatap sekitar, rumah ini tidak begitu besar namun tertolong cukup nyaman, halamannya bersih banyak bunga dan ada tanaman sayuran di samping rumah Cea.

"Yuhuuuu! Cea... Bila dateng nih. " teriak Abila pagi itu di rumah Cea.

"Bila jangan teriak-teriak, rumah aku kecil bukan kayak rumah kamu. Nanti tetangga ngamuk loh karena keganggu. "

"Hihihi.. maap. "

Cea mengajak Abila sarapan terlebih dahulu, tadi ia sudah memasak nasi goreng. Cea memutuskan untuk membawa bekal demi menghemat uang pengeluarannya.

"Ayo berangkat! " ucap Cea dengan semangat.

Mereka berdua jalan ke kelas, namun saat mereka sedang asik berjalan mereka bertemu dengan Shine dan juga Bulan?

"Ngapain mereka? "

Shine dan Bulan berhenti di depan Cea dan Abila, dengan entengnya Shine mengambil kotak bekal yang Cea bawa dan menjatuhkannya.

"Uppss sorry, I dropped it on purpose. " ucap Shine dengan ekspresi pura-pura terkejut.

Cea yang melihat nasi gorengnya berceceran merasa marah, ia menatap tajam ke arah Shine dan menamparnya.

Plakk

"Awhh... Gila ya lo! " teriak Shine meringis kesakitan memegang pipinya.

"Kamu yang gila! Makanan itu aku beli pake uang. " ucap Cea menatap tajam ke arah Shine.

"Aelah cuman nasi goreng doang, berapa sih harganya. " ucap Bulan, ia mengeluarkan uang dari kantongnya dan melemparkan ke arah Cea.

"Tuh buat ganti makanan murahan lo. "

Bulan menarik Shine menjauhi Cea yang memejamkan matanya, tangannya terkepal kuat menahan emosi, dirinya di rendahkan begitu. Cea tidak terima!

"Cea lo gapapa kan? Ga usah di pikirin. Ayo gue bantu beresin. " ucap Abila.

"Mereka bener-bener keterlaluan. "

Abila segera membantu Cea membereskan nasi goreng yang berceceran itu, sepanjang membersihkan Abila mengumpati kelakukan Bulan dan juga Shine.

Cea diam saja, ia mengambil uang yang tadinya di lempar oleh bulan dan membuangnya ke kotak sampah. Walaupun dirinya tidak mempunyai banyak uang tapi harga diri, Cea masih memilikinya.

"Bila duluan aja, aku mau ke toilet. " ucap Cea.

"Aku anter ya? "

"Ga usah, titip ini ya. Makasih. " ucap Cea memberikan bekal yang sudah tidak layak itu kepada Abila.

Setelah melihat Abila pergi menjauh, Cea segera mencari keberadaan Bulan dan juga Shine. Cea mencari hampir ke seluruh tempat sekolah, hingga menemukan Shine dan Bulan di lapangan basket bersama Darlen dan juga teman-temannya.

Cea langsung menghampiri mereka, dengan membawa air di kedua tangannya.

Byurr

Secara bersamaan Cea menyiramkan airnya ke arah Bulan dan juga Shine yang terdiam membeku.

"Cea! " bentak Darlen dan Widi bersamaan.

"Maksud lo apaan hah!? " bentak Widi mendorong Cea hingga tubuhnya terjatuh.

Cea segera berdiri tidak menghiraukan rasa sakit dan luka di telapak tangannya karena menahan tubuhnya yang jatuh tadi.

"Tanyain sama pacar dan tunangan lo berdua! Apa maksudnya gangguin gue! " ucap Cea menatap tajam ke arah Widi.

Cea tidak takut bahkan jika dihadapkan dengan seorang Darlen yang katanya tidak kenal belas kasihan kepada siapa saja.

"Maksudnya apa Cea? " tanya Darlen mengerenyitkan alisnya dengan bingung.

Shine yang melihat jika Cea akan membuka mulut langsung menghalanginya.

"Arlen dia benar-benar keterlaluan sama aku, dia jahat banget. Lihat baju aku basah semua gara-gara dia. " ucap Shine dengan manja.

"Heh ulet bulu, lo ga usah pura-pura ga tau setelah tadi ngebuat bekal gue jatuh! " ucap Cea.

"Kamu nuduh gitu sih Cea, sayang lihat rambut aku basah gara-gara dia. Aku udah ga cantik lagi. " ucap Bulan mengadu kepada Widi.

"Ayok pergi, kita ganti bajunya. " Widi mengajak Bulan menjauh karena baju putih yang di pakainya menembus, memperlihatkan dalaman yang sangat menggoda.

"Arlen ayok kita juga pergi. " ajak Shine menarik tangan Darlen.

Mereka pergi meninggalkan Cea yang masih ada Aldi, Zaki dan juga Andra. Zaki mendekati Cea yang masih menahan kekesalan di hatinya. Zaki begitu penasaran dan menanyakan sesuatu yang sebenarnya terjadi.

“Cea ada masalah apa? “ tanya Zaki, ia sedikit kepo dengan apa yang terjadi.

“Bilangin temen kalian, buat jagain tunangannya. Bergaul sama Bulan jadi tukang bully. Bawa pengaruh buruk untuk tuh cewe. “ ucap Cea.

Setelah mengucapkan itu Cea pergi meninggalkan ketiga orang yang masih di penuhi dengan rasa penasaran itu. Cea kembali ke kelas, ia masih kesal belum mendapatkan jawaban kenapa mereka membullynya

“Maksudnya Darlen kali ya? “ ucap Andra ikut menimpali.

“Darlen di suruh jagain Shine gitu? “ Zaki bertanya dengan aneh, apanya yang perlu di jagain coba.

Aldi yang sepertinya menyadari membulatkan matanya terkejut.

“Jangan-jangan Shine sama Bulan habis bully Cea! “ teriak Aldi yang mendapatkan jawabannya.

“Tapi kenapa di suruh jagain Shine dari Bulan…”

“Kan kalian tau Bulan itu suka membully banyak siswa, gimana sih. “ ucap Andra.

“Biar gimana pun Bulan tetap cewe yang Widi sayangi. “ ucap Zaki menerawang banyak kejadian dimana Widi selalu membela Bulan ketika berdebat dengannya.

"Kamu ke toilet lama banget si. " ucap Abila ketika Cea masuk kelas dan duduk di sampingnya.

"Perut aku sakit Bil, makanya lama. "

Cea menjawab dengan begitu yakin sehingga Abila yang curiga segera menghilangkan kecurigaannya.

"Tadi ibu Weni masuk kelas, terus ngasih tugas buat lanjutin yang kemarin tapi kan kita udah selesainnya. " jelas Abila.

"Aku tidur deh. " ucap Cea.

Cea menelungkupkan kepalanya di atas meja dan tertidur begitu saja, Cea lelah karena masalah tadi jadi memutuskan untuk tidur saja.

"Ah kamu ga asik, kerjaannya tidur terus. "

Abila segera bergabung dengan teman yang lain, untuk bergosip tentunya. Dia tidak ingin mengganggu tidur Cea.

"Kalian tau ga, tadi kan pas gue ke toilet ya, gue ngeliat Cea nyiram air ke Shine sm Bulan. Sumpah kaget banget pas gue ngelihat itu Cea. "

"Cea? Yang bener aja. Tadi dia izinnya ke toilet. " ucap Abila ikut menimpali.

Namun mata Abila Memandang Cea yang tidur itu, ragu untuk mempercayai ucapan teman sekelasnya.

"Sumpah Bil, ngapain gue boong. Kelihatannya juga Cea kayak marah gitu. "

"Terus gimana? " tanya Abila dengan penasaran.

"Ya terus Widi marah sih, tau kan Widi gimana. Sesayang apa dia ke Bulan. "

"Tapi bener-bener sih salut banget gue sama Cea, dia sendiri loh. Sedangkan mereka tadi rame ada temen-temen Darlen juga. "

"Emangnya Cea ada masalah apa sama mereka Bil? "

Abila terdiam, apa mungkin Cea marah karena perbuatan Shine dan Bulan pagi tadi? Tapi wajar sih jika Cea marah, biar gimana pun Shine dengan Bulan keterlaluan.

"Bila woi, malah ngelamun sih. "

"Gue juga ga tau. " jawab Abila dengan pelan.

"Masa sih lo ga tau, kan lo temen deketnya. "

"Beneran ga tau. " ucap Abila.

Abila di bicarakan oleh mereka, di anggap tidak memperdulikan temannya sendiri. Walaupun sedikit merasa sakit hati Abila mengabaikannya, ia menjauh dari mereka dan memutuskan pergi ke perpustakaan.

Di dekat gudang sekolah, Darlen dan teman-temannya berkumpul membicarakan perbuatan Cea yang dengan beraninya membuat tunangan dari bos mereka mengalami kejadian tidak mengenakkan.

"Gila sih Cea, keterlaluan banget. Pacar gue sampe nangis tadi. " ucap Widi dengan emosi yang meluap.

"Sabar lah Wid, urusan cewe itu. " ucap Aldi menepuk pundak temannya itu.

"Gimana bisa sabar sih, itu udah termasuk bully tau ga. " ucap Widi tidak terima.

"Sadar dong pacar lo juga sering bully. " sahut Andra namun dengan cepat ia menutup mulutnya.

"Bodoh bodoh. " gumamnya memukul pelan mulutnya yang asal ceplos itu.

"Maksud lo apa bilang gitu, tau dari mana lo kalo cewe gue gitu. " Widi yang terpancing emosinya mencengkram erat kerah baju Andra.

"Bercanda sumpah, gue bercanda Wid. "

"Udah ah lepas apaan sih. " ucap Zaki meleraikan keduanya.

"Menurut gue juga Cea pasti punya alasan kenapa dia berbuat gitu. "

Kali ini Darlen yang berbicara hingga membuat mereka semua terdiam.

"Woi mana yang namanya Widi! Sini lo, ga usah nyembunyiin cewe lo ya. "

Segerombolan siswa lain datang dengan satu orang yang berteriak menyebutkan nama Widi. Darlen dan teman-temannya saling menatap dan menggeleng pelan tanda tidak tau apa yang terjadi.

"Lo kenal Wid? " tanya Darlen, ia memastikan apakah salah satu temannya itu mengenali mereka.

"Engga, gue juga ga tau. " ucap Widi dengan bingung.

Namun Widi tetap menghampiri dengan santai, ia tidak tahu masalahnya apa.

"Gue Widi kenapa? " tanyanya.

Bugh

Bugh

Sontak mereka terkejut termasuk Widi sendiri yang mendapat bogeman mentah dari orang-orang itu.

"Kenapa sih ini, udah kalo ad masalah selesain baik-baik woi. "

"Ada apa sih ini. "

"Jangan berantem di sini. "

"WOI KALIAN KALO GA BERHENTI GUE LAPORIN KE KEPALA SEKOLAH. SEKALIAN KITA SEMUA KE RUANG KEPSEK...!!!! " teriakan Darlen begitu kencang hingga membuat pertengkaran berhenti.

Namun sayang sekali murid yang ada di kelas berbondong-bondong mengerubungi mereka, para siswa kepo dengan apa yang terjadi. Apalagi suara Darlen begitu kencang hingga terdengar ke dalam kelas.

"Jelasin masalah lo baik-baik! " ucap Darlen dengan tegas.

"Lo ada masalah apa dengan kita. " lanjut Darlen, ia tidak ingin masalah yang awalnya bisa di selesaikan dengan baik berunjung pada hal yang tidak di inginkan.

"Gue ga ada masalah sama kalian, gue ada masalah sama Widi! "

"Gue udah tanya tadi kenapa, lo yang pukul gue. " bentak Widi, ia tidak terima tiba-tiba di pukul dan di keroyok.

Laki-laki itu menarik kerah Widi dan mengangkatnya sehingga membuat tubuh Widi sedikit melayang. Dia berteriak tepat di depan muka Widi.

"Denger ya, cewe lo udah buat cewe gue nangis. Gara-gara cewe lo, cewe gue masuk rumah sakit. " bentaknya.

"Bulan. " gumam Darlen.

"Ga usah ngada-ngada lo. " Widi tentu saja tidak terima dengan perkataan tanpa bukti itu.

"Kalo lo ga percaya ikut gue kerumah sakit, lo harus lihat gimana keadaan cewe gue! " teriaknya lagi.

Pacarnya, orang yang dia jaga selama ini bahkan dirinya belum pernah membuatnya menangis di sakiti oleh orang lain. Laki-laki bername tag Alando itu tidak bisa menyembunyikan emosinya lagi.

"Lo tau? Pacar lo yang namanya Bulan itu ngebuat kaki pacar gue patah bgst! " teriak Alan.

"Ga mungkin cewe gue ga sejahat itu! Lo ga usah ngada-ngada. " Widi mendorong kasar Alan menjauhi tubuhnya.

Widi percaya Bulan tidak seperti itu, lagi pula Bulan hanya perempuan biasa yang tidak punya kekuatan apa-apa. Pacarnya seorang perempuan! Yang jika minum saja harus di buka kan tutup botolnya.

"Gue ga perduli, gue cari Bulan sekarang. Lo ngaku, lo sembunyiin Bulan dimana? " tanya Alan dengan raut wajah yang menakutkan.

"Gue ga tau. " jawab Widi.

Dia benar-benar tidak tahu dimana Bulan berada, sejak masalah tadi dia belum bertemu dengan pacarnya lagi.

"Lo ga usah bohong, lo sembunyiin dimana Bulann! " teriak Alan, kali ini ia mencekik leher Widi dengan kuat hingga Widi kesakitan.

"Ahrghh lepas, s-sakit... " ucap Widi dengan suara serak.

"Woi bro ga usah pake kekerasan, santai. " ucap Darlen melepaskan tangan Alan dari leher Widi.

"Gue ngehargain lo Darlen, gue tau lo terkenal. Gue tau lo bukan anak orang miskin, tapi gue ga terima cewe gue di gituin. " ucap Alan mengungkapkan isi hatinya.

Ia benar-benar tidak terima!

"Cewek dia... " tunjuk Alan ke arah Widi yang jatuh terduduk memegangi lehernya.

"Udah sering bully cewe gue, cewe gue udah baik ga laporin kelakukan Bulan ke kepsek! Dia baik, tapi yang namanya Bulan itu ga punya hati! " teriak Alan mengingat bagaimana keadaan pacarnya yang masih terbaring di rumah sakit.

"Pacar gue, koma gara-gara Bulan! "

DEG

"Ga mungkin. " sangkal Widi terkekeh pelan.

"Apanya yang ga mungkin! " teriak Alan, ia ingin kembali memukuli Widi namun segera di tahan oleh teman-temannya.

"Lepasin gue, dia harus tau gimana keadaan pacar gue di rumah sakit. Cewek dia harus bayar mahal, LEPAS!! " bentak Alan.

"Lo ga usah teriak-teriak ga jelas kayak gitu, sekarang mending kita cari tau dimana Bulan. Masalahnya kita juga ga tau dimana Bulan. " ucap Darlen.

"Kendaliin emosi lo, kalo emang mau tau kebenaran masalahnya. " ucap Darlen dengam tatapan tajam ke arah Alan.

"Tapi Darlen... "

"Gue tau perasaan lo. "

Darlen menghirup nafasnya dan mengeluarkannya dengan berat, dia menatap Alan dan Widi secara bergantian.

"Kalo emang Bulan salah, kita akan kasih hukuman yang setara sama yang dia lakuin ke cewe lo. "

"Arrr! " teriak Widi tidak terima.

"Diem Wid, gue tau lo temen gue. Tapi masalahnya di sini, kita ga tau siapa yang salah. " ucap Darlen.

"Tapi kalo Bulan ga bersalah, lo harus tanggung jawab atas pencemaran nama baik dan pukulan-pukulan yang lo kasih ketemen gue! " tegas Darlen menatap tajam ke arah Alan.

"Oke! Gue harap lo adil, ga memihak siapa pun. " ucap Alan dengan pasrah.

Ia tidak memiliki bukti yang kuat saat ini, tapi teman dari pacarnya mengatakan itu perbuatan Bulan.

"Tapi Arr... "

"Lo percaya kan kalo Bulan ga bakalan ngelakuin hal kayak gitu. " ucap Darlen menatap Widi.

"Gue percaya Arr. "

"Jadi kita harus cari dimana Bulan sekarang. "

"Iya bener Wid, jalan satu-satunya kita harus tanya sendiri ke Bulan. " Aldi pun ikut angkat bicara.

Terpopuler

Comments

I am Ready

I am Ready

siapa nih, sama bulan kh kn cewe widi bulan y thor

2024-05-30

0

I am Ready

I am Ready

alay sumpah

2024-05-30

0

I am Ready

I am Ready

Rumah ak jg gitu dkt am tetangga klo teriak behh satu rt kali denger/Yawn/

2024-05-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!