"Jadi maksud kalian, bukan Bulan pelakunya, gitu? " tanya Alan.
"Iya. " jawab Darlen.
"Jadi lo ga bisa ganggu Bulan! Apalagi gue, sebelum semua bukti yang menunjukkan siapa yang salah itu ada. " ucap Widi menatap Alan dengan sinis.
Dirinya masih tidak terima, Widi merasa Alan bertindak bodoh. Alan tidak mempunyai bukti yang kuat untuk bisa menuduh kekasihnya, apalagi dirinya juga menjadi korban kekerasan.
"Tapi temen pacar gue... "
Darlen yang mendengar tahu, ia ikut merasakannya mungkin emang sedikit rugi untuk Alan.
"Gue tau maksud lo, tapi lo juga ga bisa nuduh Bulan tanpa ada bukti yang kuat. "
"Jalan satu-satunya kita harus menunggu pacar lo sadar dari komanya. " lanjut Darlen.
"Oke. " ucap Alan langsung menyetujui saja, menimbulkan tanda tanya besar untuk mereka semua.
"Tapi izinin gue untuk cari semua bukti-buktinya juga. "
Di kelas Cea, pelajaran masih berlangsung. Guru menjelaskan banyak materi di depan namun satu orang yang tidak lain adalah Cea tertidur di atas meja.
"Siapa itu yang tidur? "
Abila yang melihat tatapan guru ke arahnya mau tidak mau melirik Cea.
"Eh.. itu buk. "
"Cea bangun. " bisik Abila dengan pelan sambil menyenggol kaki Cea.
"Eumm apa sih, jangan ganggu. "
Wajah Abila benar-benar pucat sekarang, Ibu Weni yang sering di juluki guru killer itu sudah berdiri di depan meja Cea sambil memegang mistar panjang yang terbuat dari kayu.
"Cea, bangun kamu! " tegur ibu Weni yang tidak di tanggapi karena gadis itu masih asik tertidur pulas.
Ctarrr
"Apaan sih berisik banget...!? "
Cea berteriak marah namun langsung terdiam saat pandangannya bertemu dengan mata ibu Weni di hadapannya, ia tersenyum malu.
"Ulangi coba. " ucap ibu Weni, terlihat kobaran api di matanya.
"Maaf ibu Cea ketiduran, sekali lagi maaf. "
"Keluar dari kelas saya sekarang juga! " ucap ibu Weni menunjuk pintu keluar.
"Oke bu, saya permisi. "
Semua murid di kelas tampak deg deg kan karena masalah ini, mereka merasa panas dingin mendengarkan ibu Weni yang terus mengomel karena Cea tidak memperhatikan saat dirinya menjelaskan dan malah tertidur dengan sangat pulas tanpa terganggu apapun.
"Kita ulangan! "
Dua kata kematian pun membuat bahu mereka lemas, yang berbuat masalah kan Cea kenapa mereka juga ikut terkena imbasnya.
Lihat saja kamu Ceaaaaa
"Hathcimm... "
Cea menggosok hidungnya yang terasa sangat gatal.
"Siapa lah yang lagi ngomongin aku. "
Cea berpikir, ah apa mungkin ibu Weni?
"Bik, Cea tambah mie ayamnya satu. "
"Aduh nona Cea, kali ini kenapa bisa di keluarkan dari kelas lagi? "
Perempuan paruh baya itu menghampiri tempat duduk Cea, sambil memegang satu porsi mie ayam dan es jeruk. Meletakkannya di atas meja Glancea.
"Hehe biasa lah bik, tadi malem Cea itu nonton drama, kasian banget tokoh utama wanitanya mati. "
"Hah gimana ceritanya? Bibik penasaran. "
Akhirnya siang itu Cea bercerita sambil makan di kantin sekolahnya bersama Bik Minah, dua orang perempuan yang sedang bergosip tentang sebuah Film yang alur kisahnya di rangkai oleh manusia.
Di sisi lain, Darlen dan teman-temannya juga sedang berada di kantin, lebih tepatnya pojok kantin. Sambil memperhatikan dua orang wanita yang tampak membicarakan hal serius.
"Kira-kira apa yang Cea dan bik Minah ceritakan? Kelihatannya mereka sangat serius. " ucap Andra, sedari tadi pemuda ini memperhatikan setiap ekspresi Cea dari jauh.
"Mana gue tau sih, orang kita juga jauh dari tempat duduknya. " jawab Widi dengan malas.
"Kepo ah. " ucap Zaki, dia berdiri dan menghampiri Cea.
"Gercep banget Jaki. " ucap Aldi melihat punggung temannya yang sudah jauh itu.
"Haii Cea. " sapa Zaki tersenyum menunjukan giginya yang berbaris rapi itu.
"Iya? " ucap Cea dengan bingung, kenapa laki-laki ini di sini. Cea melihat ke arah pojok kantin.
"Oh temennya di sini semua. " batin Cea.
"Ya udah atuh non, bibik mau ke dapur lagi. Nyiapin makanan, bentar lagi istirahat ini. " pamit bik Minah.
"Oke bik. "
Setelah melihat bik Minah yang menjauh, Zaki segera duduk di depan Cea.
"Lo ngapain di sini? " tanya Zaki memulai pembicaraan.
"Makan. "
Jawaban singkat Cea memang tidak salah namun, maksud Zaki bukan lah itu.
"Iya gue tau kalo itu. "
"Ya kalo udah tau ngapain masih nanya. " ketus Cea, ia masih sangat kesal perihal pembullyan yang di terimanya itu.
Biar bagaimana pun Zaki termasuk dari salah satu teman Darlen, bisa saja mereka bersekongkol untuk pura-pura tidak tahu apapun.
"Kan ini belum jam istirahat Cea. " ucap Zaki dengan gemas.
"Owh iya masalah lo sama Shine dan Bulan..."
"Ga usah bahas mereka kalo tujuan lo sama kayak temen-temen lo yang lainnya. " ucap Cea dengan ketus.
"Engga, gue percaya lo kok. "
Sontak hal itu membuat Cea menatap ke arah Zaki dengan pandangan meneliti, hal itu membuat Zaki sedikit salah tingkah.
"Kenapa? " tanya Cea, ia dan Zaki tidak lah dekat.
Kenapa Zaki begitu percaya kepadanya.
"Karena gue selalu percaya sama lo. " jawab Zaki dengan mantap.
"Bisa aja gue ngada-ngada cerita. " ucap Cea menatap ke arah lain, sebenarnya saat ini ia senang karena ada yang percaya dengan ucapannya.
"Gue ga lihat kalo lo bohong. "
"Terus gimana tanggapan temen-temen kamu itu? " tanya Cea, ia sedikit merasa penasaran.
"Yah gimana lagi, lo tau gimana sayangnya Widi sama Bulan di tambah status Shine yang tunangan Darlen. Kalo lo mau ngadu juga harus punya bukti, biar lo ga di kira perangkai cerita. " jelas Zaki dengan panjang lebar.
"Aku bingung salah dimana. "
"Pagi itu, Shine sama Bulan tiba-tiba dateng ke arah gue sama Bila terus dia ngambil kotak bekal aku dan jatuhin gitu aja. "
Entah apa yang membuat Cea menceritakan semuanya kepada Zaki, Cea hanya merasa Zaki berbeda dari yang lainnya.
"Terus lo diem aja? " tanya Zaki.
"Gue tampar Shine. "
"Apa kata lo? "
Bukan Zaki yang menjawab melainkan Darlen yang tiba-tiba saja berdiri di mejanya.
"Lo tampar Shine? " tanya Darlen, nada suaranya terdengar menyeramkan.
"Iya. " ucap Cea, ia berdiri menatap ke arah Darlen tanpa adanya rasa takut.
Bahkan Darlen juga semoat melihat di kedua bola mata Cea, gadis di depannya ini mempunyai keberanian yang sangat tinggi.
"Aku nampar Shine juga ada alasannya. " ucap Cea.
"Perkataan lo yang bilang Shine buang makanan lo? Iya? " tanya Darlen.
Cea mengernyitkan dahinya.
"Shine udah cerita ke gue semuanya, dia bilang dia ga sengaja tapi lo tetep marah-marah kan ke dia. Bahkan Shine juga bilang Bulan ngasih uang ke lo buat ganti rugi makanan lo, apa uangnya ga cukup? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Peri Kecil
wahh manipulatif bngt cewenya
2024-05-30
0
Peri Kecil
bisa aja nihh zaki
2024-05-30
0
Peri Kecil
Guru ini
2024-05-30
0