Iri

"Gue dapet rekaman itu setelah nyogok kepala sekolah, kayaknya ada yang berusaha nutupin kejadian ini. Sampe rela ngebayar mahal, gue bayar ber kali-kali lipatnya. " ucap Zaki menjelaskan.

"Lo ketua osis di SMA Bakti Husada, gue yakin lo ga pandang bulu siapapun. Gue pamit pulang, bukti udah gue kasih ke lo semoga gue denger kabar baik untuk keadilan. " lanjut Zaki.

Zaki adalah salah satu orang yang membenci kasus pembullyan, rekaman yang di lihatnya sudah cukup membuat dia marah. Apalagi ini perempuan yang dikenalnya, perempuan yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri walaupun hanya dia yang merasa seperti itu.

Shine dan Bulan sangat keterlaluan!

Keesokan paginya, para siswa belajar seperti biasanya termasuk Cea. Gadis remaja itu memperhatikan penjelasan guru dengan begitu teliti.

"Siapa yang mau maju kedepan? " tanya guru setelah menulis beberapa soal di papan tulis.

Tanpa ragu Cea mengangkat tangannya dan maju, tidak perlu di ragukan jika Cea sudah mengangkat tangannya, banyak dari mereka yang berbisik.

"Dih sok sok an pinter. "

"Aslinya emang pinter. "

"Caper ke guru. "

Abila diam memperhatikan Cea yang sudah mengerjakan soal di papan tulis, akhir-akhir ini Abila merasa Cea tidak membutuhkannya lagi sebagai seorang teman.

"Heh Bil, lo ga mau maju juga. " ucap teman yang duduk di belakang bangku Abila.

"Mana bisa sih dia, kan otaknya beda sama Cea. "

"Jelas lebih unggul Cea di banding Abila. "

Abila hanya diam saja, tapi sebenarnya ia merasa sakit hati. Dirumah, bahkan di sekolah semua orang membandingkannya dengan Cea.

"Wahh Cea kamu hebat sekali. " puji pak Bambang sebagai guru matematika.

"Keren ini, jawabannya rinci dan mudah di pahami. " ucap pak Bambang.

Pujian dari guru serta kekaguman dari teman-teman yang lain membuat Abila iri, dia iri dengan Cea yang terus menjadi pusat perhatian banyak orang.

Abila juga pintar tapi kenapa tidak ada yang memujinya seperti Cea yang di puji oleh banyak orang, Abila juga sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik.

"Terima kasih pak. " ucap Cea tersenyum, dia bangga dengan dirinya yang sudah sampai di titik ini.

Cea kembali duduk di kursinya, pak Bambang mulai menjelaskan jawaban yang Cea tulis agar semua murid mengerti.

"Ngapain si kamu maju. " ucap Abila, nadanya terdengar tidak suka.

"Hah? " Cea sangat bingung mendengar perkataan Abila.

"Caper tau. "

"Benci banget gue sama lo. "

Pandangan Cea langsung menunduk mendengar sahabatnya sendiri yang berbicara seperti itu, ia merasa bingung di dalam otaknya sedang mencari alasan Abila berkata seperti itu.

"Kamu benci aku? " tanya Cea memastikan, siapa tahu dia hanya salah mendengar.

"Ya! "

"Pak saya izin ke toilet. " ucap Abila yang langsung keluar kelas.

"Cea temen kamu iri tuh sama kamu. "

"Tau tuh pasti dia ngerasa kalah. "

"Iya lah pasti, orang iri kan tanda ga mampu. "

"Haduh masih aja ada orang yang begitu. "

"Sudah-sudah kembali belajar, jangan ribut. " tegur pak Bambang saat suana kelas sudah tidak kondusif.

Cea bukan tidak mendengar percakapan teman-temannya itu, ia harus mencari Abila sesudah ini. Beberapa hari ini dia memang tidak bersama Abila karena Cea pikir Abila sedikit menjauhinya, padahal hari ini Cea ingin bertanya alasan Abila menjauhinya.

"Kamu kenapa Bil? " batin Cea dengan khawatir.

Sedangkan di belakang sekolah Abila duduk termenung menatap pepohonan hijau, dia merasa sedih semua orang membandingkan dirinya. Dia bukan Cea dia Abila!

"Eh lo kan temen Cea. " ucap Shine yang kebetulan lewat di situ.

Abila langsung berdiri dan menatap Shine yang juga menatap dirinya.

"Gue bukan temen Cea! "

Sakit sekali mendengarnya, Cea berada di situ tidak jauh dari tempat Abila. Tadinya dia ingin menghampiri sahabatnya namun, dia menghentikan langkahnya saat Shine berjalan ke arah Abila.

"Bila. " batin Cea dengan sendu, matanya berkaca-kaca namun dia tidak menangis.

"Waww ada masalah apa kalian berdua sampe lo ga mau mengakui dia sahabat lo. " ucap Shine berdecak tidak percaya.

"Bukan urusan lo! " sahut Abila membalas dengan ketus.

"ABILA. "

Cea memutuskan untuk menghampiri kedua orang itu, Cea takut Abila di cuci otaknya oleh orang jahat seperti Shine.

"Ngapain lo kesini!? "

"Aku nyariin kamu dari tadi, kamu kenapa? " tanya Cea memegang kedua tangan Abila yang segera di tepis.

"Bila.. "

"Gue ga suka lo. " ucap Abila.

"Apa alasannya Bila, aku ngerasa ga ada buat salah ke kamu. Aku malah berpikir aku yang punya salah, akhir-akhir ini kamu jauhin aku Bila. " ucap Cea menjelaskan apa yang ada di hatinya.

Shine yang mendengar pertengkaran mereka berdua tidak mau ikut campur sehingga memutuskan untuk pergi dari situ, walaupun baginya itu adalah tontonan yang menarik namun Shine tidak mau Darlen melihatnya berurusan dengan Cea.

"Jawab Bil. " ucap Cea berusaha mencari jawaban atas keterdiaman Abila.

"Gu... gue... Cemburu sama lo Cea. "

Air mata Abila jatuh ke pipinya, rasa sesak di hatinya akibat perkataan orang-orang yang selalu membandingkan dirinya dan Cea sedari dulu. Bahkan? Orang tuanya ikut-ikutan membuat mentalnya down.

Cea terdiam mendengarnya, dia merasa bersalah hingga membuat sahabatnya begitu.

"Aku minta maaf, Bila jangan di simpen sendiri. Cerita ke aku! "

Cea memeluk Abila, walaupun Abila tidak membalasnya dia tetap memeluk sahabatnya itu.

"Gue ga suka berteman sama lo! " ucap Abila terisak.

"Aku harus gimana, aku ga mau Bila cuman kamu temen aku. " ucap Cea dengan sendu.

"Jauhin gue! "

Setelah mengatakan itu Abila berlari menjauhi Cea, meninggalkan Cea sendirian dalam kesedihan.

"Bila, tunggu dulu... hikss... "

Cea menangis, hari itu di belakang sekolah. Pertemanan antara Cea dan Abila yang sudah sangat lama sekali harus berakhir.

"Kenapa? " tanya Cea kepada dirinya sendiri.

Abila terus berlari, ia memutuskan untuk izin kepada guru yang akan mengajar untuk pulang terlebih dahulu. Dia tidak mau di ganggu untuk saat ini.

"Abila. " panggil Darlen membuat langkah Abila yang terus menunduk tadi menatap pemuda itu.

"Lo habis nangis ya? " tanya Darlen yang melihat mata basah Abila dan jejek air mata di pipinya.

"Kenapa? "

"Lo tau dimana Cea? " tanya Darlen kembali ke awal kenapa dia memanggil Abila.

Walaupun dirinya merasa sedikit penasaran kenapa Abila yang merupakan teman dekat Cea menangis.

"Cea.. " gumam Abila.

Kenapa semua orang mencari Cea? Apa hebatnya gadis itu, semua hanya tentang Cea. Abila bosan mendengarnya, tanpa menjawab pertanyaan Darlen tentang keberadaan Cea, Abila pergi berlari begitu saja.

"Ehh? lahh kenapa sih. " kesal Darlen.

Ada apa sebenarnya, perasaan dia hanya menanyakan tentang Cea saja. Kemana gadis yang sedari kemarin mengganggu pikirannya itu.

Terpopuler

Comments

I am Ready

I am Ready

lah? aneh bgt

2024-05-30

0

Mommy Su

Mommy Su

penyakit hati ini, pasti abila ngerasa ga bisa nyaingin cea aplgi dia d beda2kn trs. emang ya mulut manusia itu jahat bngt

2024-05-29

0

Na Blaa

Na Blaa

suka deh sm authorr yang upnya cepat

2024-05-28

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!