Di salah satu SMA, suasana terlihat sangat sepi, sebab jam pelajaran sudah di mulai kecuali seorang gadis yang berlari membuat kericuhan di tengah lapangan pada pagi itu.
"Stop Cea atau ibu akan menghukum kamu!! " teriak seorang guru membawa penggaris kayu yang panjang.
"Ibu Cantik, Cea hanya bercanda, jangan di ambil hati. " balas Glancea berteriak dengan nafas ngos-ngosan.
"Tidak akan ibu terpedaya sama kata-kata kamu ya! " teriak guru berkacamata itu dengan wajah menyeramkan menahan amarah.
"Ibu Cea janji tidak akan memanjat pagar sekolah lagi, ini terakhir kalinya. " ucap Cea yang masih terus berlari memutari lapangan tanpa merasa lelah.
"BERHENTI KAMU CEAAAAAAAAA...!!! "
Teriakan dari ibu Neli sungguh membuat telinga Cea terasa berdenging, rasanya seluruh penjuru sekolah ini pasti mendengar teriakan itu.
"Aduhh... habislah kamu Cea. " ucapnya kepada diri sendiri.
Setelah insiden tadi disini lah sosok Adira atau lebih tepatnya Glancea yang lebih banyak di kenal oleh guru dan para temannya. Glancea terduduk lesu mendengarkan segala nasehat yang gurunya itu berikan namun, ia tetap mendengarkan dengan seksama.
"Ibu pusing Cea, tingkahmu benar-benar membuat ibu habis kesabaran. "
"Kamu tidak lelah bolak-balik masuk ruang bk Glancea? " tanya ibu Neli dengan wajah lelah menghadapi satu anak muridnya ini.
"Tidak. " jawab Cea dengan tegas.
"Kamu tau apa kesalahan kamu? " tanya ibu Neli, ia merasa wajahnya akan benar-benar keriput.
Setiap hari bahkan dirinya sangat lelah dengan tingkah Cea, selama ini ia tidak terlalu memperlihatkan kelakuan Cea yang buruk kepada atasan sekolah karena kepintaran dan prestasi Cea lah yang menyelamatkannya.
"Ibu, Cea hanya telat sedikit saja. Tadi Cea kesiangan hehehe... "
Cea berusaha menunjukkan image baiknya dan menjelaskan alasan kenapa ia bisa terlambat. Hari ini benar-benar kesialannya, Cea tidak berniat untuk membuat masalah hanya saja memang kesialan menimpa dirinya. Dia bangun terlambat sebab semalaman menonton drama kesukaannya dn bahkan baru tidur di jam 3 pagi.
"Tapi tidak dengan cara memanjat pagar, bagaimana jika kamu jatuh hah!? " nada ucapan ibu Neli terdengar naik.
"Cea khilaf bu, maafin ya. "
"Cea, kamu ini pintar dan banyak sekali menaruh prestasi di sekolah ini. Apalagi kamu murid beasiswa, tolong jaga perilaku kamu nak. "
Setidaknya kata-kata itu lah yang sering terdengar di telinga seorang Glencea, apa masalahnya dirinya hanya merasa senang mengganggu guru-guru di sekolah ini.
"Cea tau ibu... " ucapnya dengan murung.
"Jangan membuat kesalahan yang bisa merugikan diri kamu sendiri. Inget Cea bagaimana nanti jika para petinggi sekolah mengeluarkan kamu dari murid beasiswa? "
"Jangan dong bu, kasian sama Cea. "
Terakhir Cea menunjukkan muka memelasnya yang membuat ibu Neli tidak jadi memarahi Cea. Cea tau ibu Neli sangat baik padanya, makanya ia berjanji mulai hari ini tidak akan membuat masalah lagi.
"Ya sudah kamu kembali masuk kelas! " perintah ibu Neli tidak mau di bantah.
Glancea cukup sadar diri, ia bersekolah di sini hanya mengandalkan beasiswa dan tidak mungkin jika dirinya membuat banyak masalah yang bisa merugikannya.
Jika beasiswanya di cabut Cea tidak akan bisa membayarnya, ayolah saat ini ia hanya bisa mengandalkan uang dari peninggalan orang tuanya untuk bisa bertahan hidup. Umurnya masih terlalu remaja untuk memikirkan bagaimana caranya ia bisa mendapatkan uang.
"Cea gimana bisa kamu masuk bk lagi, bisa-bisa nanti kamu di skors. " ucap Abila dengan khawatir.
"Apalagi kalo sampe beasiswa kamu di cabut, Cea jangan berbuat hal yang buruk lagi. " lanjutnya.
"Bila ga usah khawatir, Cea gapapa. " ucap Glancea dengan senyum manisnya.
Sungguh sangat cantik
"Jangan di ulangi lagi Cea, kalo kamu kenapa-kenapa aku juga ikut khawatir. " ucap Abila dengan penuh ketulusan.
"Aku ga akan maafin diriku sendiri kalo hal itu benar-benar terjadi. "
Abila adalah teman dari Glancea yang sangat setia, ada di setiap suka duka seorang gadis yatim piatu itu. Abila lah yang selalu membantu setiap kesusahan yang Cea alami.
Cea sudah seperti adiknya sendiri, Abila merasa ia benar-benar harus menjaga Cea.
"Iya-iya, udah ah ayok kita ke kantin. Aku laper banget. " ajak Glancea menarik tangan Abila keluar kelas.
Cea memang belum makan dari pagi, bagaimana mau makan dirinya saja telat bangun. Andai saja mamanya masih ada, ah sudah lah Cea tidak mau memikirkannya.
"Bik Marni, Cea pesan mie ayamnya tiga ya. " teriak Cea mengundang perhatian 5 orang cowok.
"Kita cuma berdua Cea. " ucap Abila, apakah Cea lupa? kenapa memesan banyak sekali.
"Bila, aku belum makan dari pagi tadi. Apa kamu benar-benar membiarkan aku mati kelaparan? "
Huh! Cea sangat pandai berbicara hingga membuat Abila yang mendengar percaya-percaya saja, bahkan Abila menatap kasihan ke arah Cea.
"Cea, apa uangmu habis? Jika memang ada masalah bercerita lah kepadaku. " ucap Abila.
"Haha... Bila apakah menurutmu aku benar-benar miskin? " Cea tertawa canggung menanggapi pertanyaan Abila.
•
•
•
•
"Ehh itu Glancea kan, uhh imutnya. Andai aja dia mau jadi cewe gue. " ucap Aldi dengan tatapan mesumnya.
"Heh gue tau ya tatapan lo Al, jaga tu mata. " ucap Zaki dengan nada tidak suka.
"Apaan sih kalian, malah berantem gara-gara cewe urakan kayak dia. Ga ada manis-manisnya tau ga. " sahut Widi dengan malas.
"Alah lo tu munafik banget, buta apa? Cewe selucu itu di bilang ga manis. " ucap Zaki tidak habis fikir.
"Lo yang buta, dimana-mana cantikan pacar gue. " ucap Widi dengan sombong.
"Hahhh? Maksud lo pacar lo yang dengan suka rela ngasih tubuhnya ke banyak cowo untuk dapet perhatian itu. "
Brakk
"Jaga ya ucapan lo! "
Widi yang terpancing emosi memukul meja dengan begitu keras dan menunjuk Zaki dengan tatapan bengisnya.
"Sekali lagi lo bilang gitu, habis lo! " ucap Widi memperingatkan Zaki dengan tatapan tajamnya.
"Lo ngerasa ya? Makanya emosi gitu, lo tu udah ke cuci otaknya sama cewe murahan kayak dia! "
Widi sudah mau mendekati Zaki namun segera ditahan oleh Andra yang tidak menginginkan keributan.
"Udah-udah kenapa jadi berantem dah, makan ngapa makan, ngapain ngurusin cewe. "
"Udah laper ini gue. "
Tatapan mata Darlen menyorot tajam ketempat Glancea duduk, gadis perempuan yang selalu menjadi bahan perdebatan teman-temannya. Apa menariknya gadis itu?
"Cih! "
"Apa Arr? " tanya Andra yang sepertinya sedikit mendengar suara dan di tanggapi dengan cuek oleh Darlen.
"Dihh di tanyain juga. "
"Gue do'ain bisu tu mulut. "
Mereka pun akhirnya melanjutkan makan dengan diam, sedangkan Glancea dan Abila yang sudah menyelesaikan makannya segera pergi dari kantin.
"Cea, ibu Weni memberikan kita tugas kelompok, untuk mempresentasikan makalah tentang lingkungan. " ucap Abila memberi tahu karena kan tadi Cea tidak masuk di jam mata pelajatan pertama.
"Hahh, guru menyebalkan itu memberi tugas lagi? Tugas yang kemaren bahkan belum selesai. " ucap Cea mengeluh dengan tugas yang diberikan sang guru killer.
"Aku merasa dia punya dendam dengan muridnya. " ucap Abila dengan kesal memanyunkan bibirnya.
"Mulut kamu mau di cium ya. " ucap Cea menatap geli ke arah Abila.
"Engga ya, enak aja. "
"Mirip seperti bebek! "
Kata-kata Cea sangat pedas!
"Kamu menyakiti hatiku Cea. " ucap Abila memegang dadanya dengan melebih-lebih kan.
"Kamu berlebihan. "
"Oh iya, kamu juga udah jarang sekali main kerumah, ayah sama bundaku merindukanmu Cea. " ucap Abila dengan nada merajuk.
"Bilang aja kamu ingin aku kerumah mu kan, dasar drama yang buruk. " ucap Cea, lalu ia berhenti menatap ke arah Abila.
"Ratu drama! " ejek Cea lalu berlari karena sebentar lagi temannya itu pasti akan mengamuk.
Senang sekali rasanya mengerjai temannya, hidup Cea sepi sehingga ia lebih suka keramaian.
"Iiihh Ceaaa... " rengek Abila dengan kesal menyusul Glancea yang sudah mendahului ke kelas.
Sedangkan di sisi lain, Weysa Companny perusahaan terkenal yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Tampak seorang pria dewasa yang sedang kesal karena ketidak berhasilan dari bawahannya dalam mendapatkan gadis yang dia inginkan.
"Cari tau informasi apapun tentangnya dan kabari aku secepatnya. " ucap Hanzel, ya laki-laki dewasa itu adalah Hanzel yang merasa tidak puas dengan hasil kerja Faaz.
"Tuan muda, saya sudah menyelidiki tentang nona Adira di tempat dia bersekolah, namun ternyata di sekolah itu tidak ada yang bernama Adira. " jelas Faaz.
"Apa-apaan itu, jelas-jelas kemarin aku melihatnya di SMA Bakti Husada itu. kamu jangan bermain-main denganku! " bentak Hanzel.
Faaz yang kaget dengan bentakan tuan mudanya hanya bisa mengelus dada dengan sabar.
"Tuan saya tidak berani untuk membohongi anda, tapi kenyataan yang saya dapatkan hanya sebatas itu. "
Hanzel terdiam dan berpikir, siapa sebenarnya gadis itu. kenapa sedikit sulit untuk mencari tau tentangnya.
"Kerahkan mereka untuk mencari tau. " ucap Hanzel yang menggunakan kekuasaan dunia bawahnya.
"Tuan apa tidak berbahaya? " tanya Faaz bertanya dengan sangat berhati-hati takut menyinggung kembali.
"Lakukan saja perintahku. "
"Baik tuan muda, saya akan melaksanakan. "
Faaz pergi meninggalkan Hanzel sendiri, sedangkan Hanzel diam-diam berpikir. Apa yang aku lakukan salah? Aku benar-benar jatuh cinta pandangan pertama kepadanya.
Apa salahnya Hanzel untuk memperjuangkan, ia masih mau berharap jika akan mendapatkan gadis itu. Dia punya segalanya, semua wanita akan bertekuk lutut kepadanya termasuk gadis itu bukan?
Tok... tok... tok
Hanzel tersadar dari lamunannya dan segera memperbaiki posisi tubuhnya.
"Masuk. "
Seorang perempuan dengan penampilan sopan dan memakai kacamata bulat itu masuk kedalam ruangan, ia membungkukkan badannya dengan sopan kepada Hanzel.
"Tuan Hanzel, sebentar lagi akan ada meeting dari perusahaan Jepang. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sini. " jelasnya dengan sopan.
"Ini berkas yang sudah di siapkan. " lanjutnya.
"Ya, urus untuk menyambut mereka! "
Sesuai perintah Hanzel, asistennya yang bernama Andrea itu segera mengurus apa yang diperintahkan oleh Hanzel. Sedangkan Hanzel segera bersiap dan membaca kembali berkas yang di berikan oleh Andrea agar tidak ada kesalahan yang tidak diinginkan nantinya.
•
•
•
•
"Mommy jadi takut apa yang Hanzel lakukan salah. " ucap Merry menyampaikan apa yang mengganjal di hatinya.
"Apa maksud kamu sayang, Hanzel sudah besar dan bisa menentukan baik buruk untuk kehidupannya sendiri. Kita tidak perlu khawatir. " ucap Damian berusaha membuat kekhawatiran Merry hilang.
"Daddy, gadis itu masih kecil sedangkan putra kita sudah dewasa. Menurutku lebih baik Hanzel mencari yang umurnya sesuai dengannya, apalagi gadis itu yatim piatu. Emm... Ditambah dia tidak setara dengan keluarga Weysa. " jelas Merry dengan berhati-hati.
"Keluarga kita tidak pernah memandang kasta, jika Hanzel mencintai gadis itu daddy tidak masalah. Kenapa mommy berbicara seperti itu? Kenapa membicarakan tentang kastanya? " terbesit rasa tidak suka Damian kepada sang istri.
"Bukan begitu daddy, mommy hanya khawatir jika keluarga besar kita menindas gadis itu. Daddy... Mommy sudah pernah merasakannya dan itu sangat menyakitkan. " ucap Merry dengan sendu karena nyatanya dulu dirinya juga hanya anak panti asuhan.
"Jika saja Mommy tidak di angkat oleh ayah untuk menjadi anaknya tidak mungkin sekarang kita bersama. Sedangkan gadis itu? Dia tidak punya siapa-siapa di belakangnya. Bukankah Hanzel akan jahat jika membawa gadis sepolos dia untuk berhadapan dengan keluarga besar kita? " lanjut Merry menjelaskan tentang ketakutannya.
"Suttt.. Daddy tidak ingin mendengar apapun, buktinya Mommy bisa bertahan sampai sekarang bukan. Melawan semua orang yang berani menindas keluarga kita, Daddy juga yakin jika gadis itu bisa ditambah Hanzel pasti akan selalu melindunginya. Mommy kita serahkan semuanya kepada Hanzel, biarkan dia bahagia selama ini putra kita sudah menderita. " ucap Damian memeluk istrinya yang mulai menangis mengingat bagaimana dulunya Merry di perlakukan di keluarga Weysa.
"Sudah sayang, kita percayakan semua kepada Hanzel. Daddy yakin dia pasti bisa mengurusnya. "
Hanzel yang memasuki ruang keluarga merasa aneh dengan kedua orang tuanya yang asik berpelukan itu. Saat melihat Merry menangis mau tidak mau Hanzel menjadi ikut khawatir dan segera mendekati kedua orang tuanya.
"Mommy kenapa? " tanya Hanzel menatap keduanya.
"Ehh kamu sudah pulang sayang, Mommy tidak apa. Apa kamu sudah makan? Ayo Mommy sudah memasakkan makanan kesukaanmu. " ucap Merry segera berdiri menarik lengan putranya dan merangkul menuju ke arah ruang makan.
Sedangkan Damian yang masih di situ merasa kesal karena istrinya melupakan dirinya. "Dasar pengganggu! " ucap Damian dengan geram.
Damian segera menyusul kedua orang yang menjadi permata di hatinya. Saat sampai di meja makan Damian duduk dan hanya diam memperhatikan istrinya yang sangat memanjakan putranya, Damian benar-benar terlupakan!
"Sayang kamu melupakan suamimu. " ucap Damian merajuk.
Merry yang mendengar pun mendengus geli, namun segera menyiapkan makanan untuk Damian.
"Daddy kamu benar-benar kekanakkan. "
"Tidak perduli, kamu merebut istriku Hanzel. "
"Dia ibuku! " ucap Hanzel dengan malas
Selalu saja begitu, Daddynya tidak menyukai dirinya dekat dengan sang mommy.
"Tapi dia istriku Hanzel, kamu cari saja istri sendiri. Mommy mu istriku dan dia hanya boleh melayani ku! " ucap Damian dengan ketus.
"Aku sedang mengusahakannya membawa calon istriku ke sini daddy. "
"Apa kalian akan terus berdebat? Jika iya, aku akan pergi ke kamar saja! "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
gak heran kenapa si Daddy setuju hazel mau nikah sama gadis remaja.../Shy/, rupanya si Daddy lagi puber kedua, pingin dimanjain terus sama istri tercinta 🤭
2024-06-10
0
🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
cemburu sama anak sendiri...😂😂😂
2024-06-10
0
Hiatus
aku tahu perasan anda nyonya merry
2024-06-09
0