Tongkat Mematikan

Cea yang masih asik memakan es krim di kelas terkejut ketika Shine mengambilnya dan melemparkannya ke lantai.

"Shine! " teriak Cea.

"Es krimku. " batin Cea menatap ke arah es krim yang sudah berceceran di lantai itu.

"Denger ya Cea, lo jangan pernah godain Darlen. "

"Berapa kali gue harus bilang hah!? "

"Lo tuli ya! "

Bentakan Shine sangat keras membuat Cea spontan menutup kedua telinganya, para murid yang menyaksikan melihat Cea seperti gadis rapuh yang sangat butuh pertolongan.

"Telingaku sakit, suaramu kayak toa. " ucap Cea menatap Shine.

Cea tidak takut, bahkan jika Shine seperti itu. Justru yang Cea lihat adalah hal yang lucu, Shine marah-marah seperti boneka Chucky.

"Ga usah ngalihin pembicaraan lo. " bentak Shine lagi.

"Kamu ga cape apa teriak-teriak terus? Aku yang denger aja cape. " balas Cea.

"Heh ada apa ini? "

Tanya seorang guru yang masuk, Shine yang sudah terlanjur emosi tidak menghiraukan dan malah mendorong Cea.

Begitupun dengan Cea yang tidak terima balas mendorong Shine, pertengkaran dua gadis remaja itu pun tidak ada yang berani melerainya.

Cea yang sudah sangat kesal menarik rambut Shine dengan sangat kuat dan mendorongnya hingga kepala Shine terbentur meja.

Brukk..

"Akhh.. "

Shine yang tidak siap terjatuh, kepalanya membentur meja. Darah mengalir di pelipisnya hingga membuatnya pingsan.

"Ehh? Pingsan. " gumam Cea menatap tubuh Shine yang tidak lagi bergerak.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sedangkan saat ini, di salah satu negara yang memiliki kekejaman yang terkenal sadis. Seorang laki-laki dewasa sedang sibuk dengan urusan perusahaannya, tangannya dengan lincah mengetikkan sesuatu di komputer miliknya.

"Faaz. "

"Ya tuan? " jawab laki-laki yang umurnya tidak jauh berbeda itu.

"Bagaimana kabar gadis ku? "

"Baik tuan, saya memastikan tidak terjadi sesuatu yang menyulitkan jika ada hal yang tidak bisa saya tangani saya akan memberi tahu anda. "

Laki-laki itu mengangguk puas mendengar laporan bawahannya, ia sudah tau gadisnya mendapat perlakuan buruk dari orang-orang di sekitarnya. Bahkan orang yang sangat dekat dengan gadinya meninggalkan luka yang cukup menggores hatinya.

Namun, dia tidak akan menolongnya. Dia ingin tahu bagaimana cara gadis itu mempertahankan hidupnya dari banyak tekanan orang-orang di sekitarnya karena jika gadis itu masuk ke dalam lingkup keluarganya, maka gadis itu akan menghadapi sesuatu di dalamnya dengan sangat gampang.

"Faaz, awasi dan pastikan ke adaannya aman. Aku tidak terlalu memperhatikannya bukan berarti aku sudah tidak perduli ingat jika sesuatu hal yang buruk terjadi kepadanya, aku tidak akan memaafkanmu. "

"Saya mengerti tuan. " jawabnya dengan patuh.

"Lagipula saya masih menyayangi nyawa saya sendiri. " batinnya

"Tuan, nenek anda ingin anda datang berkunjung. " ucap Faaz memberitahu.

"Katakan saja aku sedang sibuk. "

"Tap-... "

"Apa kamu tidak mendengarku Faaz. "

"Saya mendengarkannya tuan, baiklah saya permisi. "

Faaz keluar dari ruangan dan pergi menuju lobi perusahaan, di sana terdapat seorang nenek-nenek yang pakaiannya sangat glamour sedang marah-marah.

"Heh kamu Faaz kemari! Dimana cucu nakalku itu hah? "

"I-itu aaa... "

"Duhh bagaimana saya mengatakannya. " batin Faaz dengan gelisah.

"Ekhm itu, tuan sedang sibuk nyonya sehingga tidak bisa di ganggu, beliau berpesan jika ada yang mencarinya di suruh bertemu lain waktu. " ucap Faaz dengan suara memelan di akhir kalimatnya.

"Saya tidak perduli, dimana cucu nakal itu hah? " tanya Nenek Suri dengan marah.

Dia memukul Faaz dengan tongkatnya agar memberitahu Hanzel.

"Nyonya ampun saya akan memberi tau anda, aduh nyonya jangan pukul saya... " teriak Faaz.

Faaz trauma sekali, kenapa ia sering sekali di pukul. Badannya terasa sakit semua, dengan kesal dia mengantar nenek Suri dan akan meminta kompensasi kepada tuan mudanya.

"Kenapa dia tidak mau di temui Faaz. " ucap nenek Suri ketika mereka di dalam lift.

"Tuan muda sedang banyak pikiran nyonya, dia tidak ingin di ganggu siapa pun. Tapi karena nyonya yang datang saya tidak bisa berbuat apa-apa. " jelas Faaz dengan jujur sambil melirik takut ke arah tongkat yang di pegang oleh nenek Suri.

"Tongkat mematikan. " gumam Faaz dengan pelan.

"Aku seperti mendengarmu bicara Faaz. " ucap nenek Suri tanpa menatap asisten cucunya itu.

"Ah tidak tidak, saya hanya sedang berbicara dengan nyamuk saya, lihat ini banyak nyamuk nyonya. " ucap Faaz berpura-pura memberikan gerakan tepukan di udara.

"Ini bukan Indonesia Faaz. "

"Ah? "

Otak Faaz seketika blank, benar juga yang di katakan oleh nenek Suri, duhh mengapa dia bodoh sekali sangat tidak pandai berbohong begitulah isi kepala Faaz.

"Apa dia masih tidak mau menemuiku yang statusnya adalah neneknya ini? " tanya nenek Suri.

"Mana mungkin saya berani menjawab nyonya. "

Kali ini Faaz memilih untuk mencari aman, ia tidak mau menjadi sasaran amukan tongkat mematikan itu lagi.

"Tuan aku sangat marah kepadamu. " jerit Faaz dalam hati.

Bahkan di lift pun Faaz sangat menjaga jarak dengan nenek Suri. Nenek Suri yang mengetahui isi pikiran Faaz berlagak acuh sambil mengayunkan tongkatnya seakan akan berbicara.

"Apa kamu masih mau mencobanya?"

"Ayo nyonya saya antar ke ruangan tuan muda. " ucap Faaz.

Faaz membiarkan nenek Suri untuk berjalan duluan.

"Ini ruangan tuan Hanzel nyonya. "

Ceklek

"Sudah kubilang aku sedang tidak ingin di ganggu oleh siapapun! "

Perkataan itu terdengar sangat dingin seakan akan ada kemarahan di dalamnya yang membuat Faaz seketika mengusap lengannya, bulu kuduknya berasa berdiri!

"Termasuk nenekmu tuan muda yang terhormat? " tanya nenek Suri.

Hanzel yang awalnya memandangi pemandangan dari jendela besar langsung membulatkan matanya, suara ini suara neneknya.

Saat membalikkan badan Hanzel bisa melihat nenek Suri yang sudah duduk di sofanya.

"Nenek. " ucap Hanzel segera menyalimi tangan neneknya.

"Kau tidak suka aku datang ke sini. " ucap nenek Suri, matanya sambil melihat sekeliling ruangan Hanzel yang dominan hitam dan putih.

Faaz yang merasa sudah tidak ada urusan lagi memutuskan untuk keluar dari ruangan, ia memilih kabur duluan sebelum datangnya petaka.

"Siapa yang bilang begitu? Nenek kenapa repot-repot datang ke sini. " tanya Hanzel.

Neneknya adalah wanita karir yang sangat berwibawa, beliau lah yang membangun kembali perusahaan ini ketika perusahaan ini akan hancur. Wanita tangguh yang sangat egois dan keras kepala sama sepertinya.

"Kenapa kau seakan-akan tidak suka dengan kedatanganku Hanzel. " ucap nenek Suri.

"Bukan begitu nek... "

"Aku akan mengenalkan wanita cantik yang akan cocok bersanding denganmu, kamu pasti akan jatuh cinta saat pertama kali melihatnya. " ucap nenek Suri.

"Nenek. " ucap Hanzel yang spontan seperti berteriak hingga membuat nenek Suri menatapnya tajam.

"Kau sangat tidak sopan. "

Terpopuler

Comments

Na Blaa

Na Blaa

lahh baru dateng udh gini

2024-06-03

0

Na Blaa

Na Blaa

aelahh gengsi di gedein

2024-06-03

0

Na Blaa

Na Blaa

pliss iya punya tmn yg klo ngomong suka teriak, kita yg denger capek ya

2024-06-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!