Setelah lama terdiam, memikirkan kejadian di kantin Darlen sadar ia salah. Apa dirinya harus meminta maaf? Egonya terlalu tinggi.
"Darlen. "
Panggil guru di depan, ia sudah memanggil namanya untuk ke 5 kalinya.
"Darlen! "
"Hah? iya bu? " ucap Darlen dengan bingung karena bentakan itu.
"Kamu melamun, niat belajar tidak? "
"Maaf bu. " ucap Darlen.
Memikirkan masalah itu membuatnya tidak sadar jika sampai melamun, Darlen menghela nafasnya dengan kasar. Dia sudah memutuskan untuk mencari Cea dan meminta maaf sepulang sekolah.
"Ngelamunin apa sih lo. " ucap Zaki yang berada di sebelahnya.
"Ga ada. "
"Pasti mikirin Cea. "
Tebakan Zaki tidak lah meleset karena memang sedari tadi, sehabis kejadian di kantin Darlen terus memikirkannya.
"Nyesel kan lo, makanya kali ngomong di filter. " ucap Zaki berbisik.
"Gue keterlaluan Ki. " ucap Darlen dengan sangat bersalah.
"Iya lah, gue aja sempet lihat matanya berkaca-kaca pas lo bawa orang tuanya di permasalahan itu. " ucap Zaki yang membuat Darlen menoleh ke arahnya.
"Maksud lo? "
"Cea! " panggil Darlen.
Dia sedari tadi sudah mencari Cea ke kelasnya, namun ternyata kelasnya sudah kosong. Untung saja Darlen masih sempat mengejar Cea yang sudah berada di depan gerbang sekolah.
"Huh... hah... "
"Kenapa kok kayak habis lari-lari. " ucap Cea menatap rambut Darlen yang sedikit basah oleh keringat hingga dahinya.
"Gue nyari lo dari tadi! " ucap Darlen sambil berusaha mengatur nafasnya.
"Nyari aku? "
"Ayok ikut gue. " ajak Darlen, tanpa persetujuan Cea ia langsung menarik tangan gadis itu menuju ke taman sekolah.
"Aduh ada apa sih emangnya? " tanya Cea yang jalannya terseok-seok.
Langkah kaki Darlen begitu besar hingga membuat dirinya tersiksa!
"Pelan dikit dong jalannya. "
Ucapan Cea membuat Darlen tersadar, ia menatap tangannya yang menggenggam tangan mungil milik Cea.
Terasa nyaman.
"Ehh maaf, itu-emm.. "
"Apa sih? kalo ga gue mau pulang ini. " tanya Cea dengan kesal.
Cea masih tidak suka dengan sikap Darlen yang langsung mempercayai orang lain?
Cea lupa, perempuan itu punya status yang tinggi untuk Darlen jadi wajar saja jika laki-laki itu akan membela Shine.
"Ehh jangan dulu, gue mau minta maaf sama lo. "
"Minta maaf? "
"Gue ngerasa ucapan gue di kantin tadi keterlaluan. " ucap Darlen menatap wajah Cea, menunggu reaksi gadis itu.
"Jelas, lo nyakitin gue! " ucap Cea langsung berlalu pergi dari hadapan Darlen.
"Cea! Tunggu dulu.... Sial. " umpatnya.
"Arlen? " panggil seseorang.
Darlen langsung memutar badannya dan melihat sang kekasih berdiri tidak jauh dari tempatnya.
"Kamu belum pulang? " tanya Shine merangkul lengan Darlen.
"Pulang bareng ayo! "
Sedangkan Cea melangkahkan kakinya dengan kesal, karena Darlen ia jadi ketinggalan bis yang biasanya ia naiki.
"Dasar cowo ngeselin! "
"Iihhh..."
Bughh
"Aduh.. "
Karena tidak memperhatikan jalan Cea menabrak perempuan paruh baya yang memegang banyak sekali belanjaan di tangannya.
"Aduh tante maaf ya, Cea ga sengaja. " ucap Cea dengan panik.
Ia langsung membantu perempuan yang terlihat modis itu berdiri dan mengajaknya duduk di bahu jalan.
"Cea ga sengaja banget, tante ada yang luka ga? " tanya Cea dengan sangat panik.
Cea langsung memeriksa tubuh perempuan yang sedari tadi itu hanya diam menatap wajahnya, saat melihat luka di telapak tangannya Cea langsung berdiri dan berlari.
"Ehh? " perempuan paruh baya yang tidak lain Merry itu bingung saat tiba-tiba saja gadis yang menabraknya pergi begitu saja.
"Hah anak muda zaman sekarang, ada-ada saja. " ucap Merry.
"Sayang? Kamu kenapa di sini. Maaf aku telat menjemputmu. "
Laki-laki yang umurnya sudah tidak muda lagi itu menghampiri istrinya, ya dia adalah Damian.
"Tadi ada seorang gadis yang menabrak aku. "
"Kamu ada yang luka? " tanya Damian, ia segera memutar tubuh Merry ke kanan, ke kiri.
"Stop Dad! Kepala Mommy pusing tau ga, di puter kesana kesini. " kesal Merry kepada suaminya.
"Ayo ke mobil. "
Damian mengambil barang belanjaan Merry dan menggandengnya memasuki sebuah mobil mahal miliknya.
"Tangan kamu luka? " ucap Damian saat melihat sedikit darah di telapak tangan Merry.
"Iya ini tidak apa-... "
"Kita kerumah sakit sekarang! " ucap Damian langsung melajukan mobilnya.
"Ini cuman luka kecil. " Merry sangat malas dengan tingkah berlebihan Damian.
"Luka kecil jika tidak di obati bisa infeksi sayang. " ucap Damian dengan begitu lembut.
"Hem. "
Merry malas berdebat, dia tahu jika Damian berbicara seperti itu tidak akan ada yang bisa membantahnya.
Sedangkan di tempat tadi Cea sudah kembali, ia mencari keberadaan perempuan yang tidak sengaja di tabraknya.
"Duhh kemana tante tadi. " ucap Cea melihat sekitar yang sepi.
Dia menatap obat di tangannya dan sebotol air minum yang mau di gunakan untuk membersihkan tangan perempuan tadi.
"Hah, yasudah lah. "
Cea memasukkan barang yang baru di belinya kedalam tasnya, dia memutuskan untuk pulang saja.
"Hallo? "
"Gue udah dapet rekamannya. "
"Serius? "
"Kalo lo mau tau kebenarannya, gue tunggu di Cafe biasa. "
"Oke gue kesana. "
Darlen langsung mengambil jaket dan kunci motornya, ia melewati ruang makan dimana keluarganya sedang makan bersama.
"Darlen kamu mau kemana? "
Pertanyaan itu di acuhkan begitu saja, Darlen pergi ke garasi dan segera menaiki motornya.
Cih pemandangan yang membuat matanya sakit pikirnya.
"Pa.. "
"Sudah ma. "
"Mau sampai kapan pa? "
"Mama yang sabar ya. "
Darlen sudah tiba di sebuah Cafe dengan nuansa yang bagus, apalagi Cafe itu memiliki ruang privat yang terbuka dimana Zaki sudah menunggunya di sana.
"Maaf gue lama. " ucap Darlen.
"Gapapa, gue juga baru sampe. "
Zaki memutarkan laptopnya ke arah Darlen, dia belum memutar rekamannya. Sedari tadi fikiran Zaki sedikit merasa terganggu.
"Gue rasa lo bakalan tau siapa yang harus lo bela saat ini. " ucap Zaki membuka percakapan saat mereka berdua malah terdiam dengan pemikiran masing-masing.
Zaki memandang muka Darlen yang di balas oleh pemuda itu.
"Kenapa? " tanya Darlen yang merasa di perhatikan dengan lekat.
"Gue tau lo suka sama Cea. " ucap Zaki.
Darlen yang mendengar langsung menatap Zaki dengan tajam dan melihat ke sekitarnya. Dia bersikap seolah tidak terjadi apapun.
"Ga usah ngada-ngada deh. " ucap Darlen tertawa kecil.
"Gue tau lo Arr, kita ini temenan udah lama. Gue yang selalu ikut kemana pun lo pergi di banding dengan yang lain, gue yang lebih deket sama lo. " Zaki berbicara jelas, kalimatnya pun panjang, layaknya sahabat yang menasehati.
"Ga usah sok tau, lo ga berhak ngomongin masalah kayak gitu. " ucap Darlen dengan dingin.
"Lo lihat rekaman ini, gue tau lo harus lakuin sesuatu. Di sini kedudukan lo sebagai ketua osis. "
"Ini? "
Jari-jari tangan Darlen terkepal erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Peri Kecil
ohh gue udh negatif pikiranny td/Chuckle/
2024-05-30
0
Peri Kecil
lohh? kok gitu, cea???
2024-05-30
0
I am Ready
siapa lg ini, knp ceritny bnyk plot twisss
2024-05-30
0