Hanya Itu

Malam ini di rumah mewah milik keluarga Darlen, mereka berkumpul membahas masalah yang terjadi di sekolah.

"Kalian udah tau kan gosip tentang cewe Alan yang ada di rumah sakit. " ucap Darlen mengawali pembicaraan.

"Iya aku juga sempet denger sih. " sahut Shine.

"Jadi Bulan, apa benar kamu pelakunya? " tanya Zaki dengan hati-hati.

"Ha-ha? Apa? Kalian m-menuduhku begitu? "

Bulan tergagap menjawab, tangannya dingin. Jadi, kenapa bisa teman-teman pacarnya ini bisa tahu.

"Sayang bukan kamu kan pelakunya, bilang ke aku. "

Widi memegang bahu Bulan untuk menghadapnya, ia menatap mata sang kekasih dengan dalam.

"Kamu apaan sih! Kalian juga, kenapa malah nuduh aku? " ucap Bulan menyentak tangan Widi.

Bulan berdiri dan hendak pergi namun, sebelum itu ia menghadap ke arah Widi dan teman-temannya.

"Aku benci kalian! " teriaknya.

Prangg

Widi melemparkan gelas yang ada di atas meja, ia menatap tajam ke arah Zaki.

"Seharusnya lo ga tanya kayak gitu! " ucap Widi.

"Terus gimana Wid? Kasih tau gue! " bentak Zaki.

"Kita juga bingung, sedangkan lo ga mau cewek lo tersakiti. Menurut gue pacar lo terlalu alay, gue bahkan ga ad ngapa-ngapain apalagi ngasarin dia. " lanjutnya.

"Sialan! "

Widi berlari keluar rumah berharap masih menemukan keberadaan Bulan, namun sayang sekali jejak Bulan sudah tidak terlihat.

"Kamu kemana sayang, jangan buat aku khawatir. " ucap Widi dengan kalut.

Ia segera menaiki motornya dan melajukan dengan kencang berharap bisa bertemu dengan Bulan, setelah cukup lama berputar-putar Widi memutuskan mencari bulan kerumahnya.

"Assalamualaikum, permisi. "

tok

tok

tok

Ceklek

"Siapa ya? " tanya perempuan paruh baya dengan pakaian sedikit lusuh.

"Bulannya ada? " tanya Widi tanpa menjawab pertanyaan wanita tua di hadapannya.

"Owh non Bulan ya, belum pulang. Tadi sih katanya pergi sama temen-temennya. "

"Owh gitu, makasih. "

Widi langsung berjalan cepat ke motornya, ia bingung haris mencari kemana lagi. Ini sudah sangat malam dan Bulan belum pulang.

"Kamu dimana. "

Setelah Widi pergi mereka kembali duduk, Darlen memijat keningnya. Ia begitu pusing, sekarang ia belum tau akan mengatakan apa kepada Alan besok.

"Gimana ini? " ucap Aldi memecahkan kesunyian mereka.

"Emang ada masalah apa sih? " tanya Shine, sedari tadi ia belum mengerti sama sekali.

Alhasil Andra menjelaskannya dari awal, bagaimana kemarahan Alan. Ia juga menjelaskan jika Bulan di tuduh sebagai pelakunya.

"Terus gimana sama keadaan pacar Alan? " tanya Shine dengan penasaran.

"Dia koma. "

Saat sedang mengendarai motornya Widi menghentikan kendaraannya dari kejauhan ia seperti melihat Bulan duduk sendiri di sebuah taman dekat rumahnya.

"Itu... Bulan? "

Dengan cepat Widi segera turun dari motornya dan menghampiri gadis itu, saat langkahnya mendekat ia mendengar jika Bulan menangis.

"Heii. " ucap Widi, ia duduk berjongkok di hadapan Bulan yang masih menutup mukanya dengan kedua tangan.

"Sayang. " panggil Widi.

Widi mengalihkan tangan Bulan dan menghapus air mata Bulan dengan ibu jarinya.

"Bukan aku. " ucap Bulan dengan segugukan.

"Aku percaya, aku percaya. " sahut Widi dengan cepat.

Widi langsung memeluk tubuh Bulan, mengelus punggungnya dengan pelan. Perempuan ini sangat dia cintai, dia tidak suka melihat bulan menangis.

"Kamu percaya aku kan? "

"Aku percaya sayang, maafin aku ya tadi ga sempet ngejar kamu. Tadi aku kerumah cuman ada pembantu, katanya kamu belum pulang. Aku khawatir banget. "

"Papa sama mama belum pulang dari seminggu yang lalu, aku sendiri. " ucap Bulan.

"Ada aku, ga perlu ngerasa sendiri. Ada aku sayang, udah jangan nangis. Aku anter kamu pulang ya, udah malem. " ajak Widi.

Ia melepaskan jaket yang dia kenakan dan memakaikannya untuk Bulan.

"Makasih. "

Setelah mengantar Bulan pulang, Widi kembali ke kediaman Darlen. Ia masuk ke arah ruang tamu dan menatap teman-temannya.

"Kemana Shine? " tanya Widi karena tidak melihat wanita cantik itu.

"Udah pulang. " jawab Darlen.

"Gimana? " tanya Darlen dengan rasa penasarannya.

"Bukan cewek gue. " ucap Widi.

"Lo tahu darimana? " tanya Zaki.

"Bulan yang cerita sendiri. " jawab Widi dengan tegas.

"Bisa aja dia ngarang. " ucap Aldi.

"Jaga ya mulut lo. "

"Kalo emang pelakunya bukan Bulan, gimana caranya kita ngeyakinin Alan? Kita harus punya bukti. " ucap Andra yang sedari tadi diam mendengarkan.

"Iya betul kata Andra, masalahnya kita ga ad bukti. "

Mereka terdiam, saling memikirkan di otak mereka. Saat sedang hening sebuah suara menghentikan pemikiran mereka.

"Gue bakalan tanggung jawab sama biaya rumah sakit cewenya Alan. "

Sontak Widi langsung di tatap oleh teman-temannya dengan tatapan kaget.

"Tapi bukannya nanti Alan malah ngira kalo Bulan bener salah? karena lo mau biaya in perawatan rumah sakitnya. " tanya Zaki.

"Tapi cuman cara itu yang bisa kita pake, kita harus tunggu cewenya Alan sadar. Dia yang tau semuanya karena dia korbannya. " jelas Widi.

Akhirnya mereka sepakat untuk menemui Alan malam ini juga, mereka menemui Alan di tempat tongkrongan dimana dia sering di situ.

"Alan ada? " tanya Darlen kepada pemuda-pemuda yang kebanyakan anak sekolah mereka itu.

"Engga Len, mereka di rumah sakit. " ucap salah satunya yang mengenali Darlen.

"Dirumah sakit mana? "

Yang lain menunggu Darlen mengobrol dengan orang-orang itu, hingga saat Darlen kembali ke arah mereka.

"Alan ga ada di sini. Gue udah dapet alamatnya. " ucao Darlen.

Segera mereka bergegas untuk menuju ke tempat alamat yang di berikan. Harap-harap yang di berikan adalah alamat yang benar.

"Kita kerumah sakit Arr? " tanya Aldi dengan heran.

"Iya, kata mereka Alan nungguin ceweknya setiap malem. "

Aldi mengangguk paham, berarti Alan benar-benar menyayangi pacarnya itu.

"Yaudah kalo gitu kita masuk. "

"Tunggu dulu, kita ga tau tuh cewe ada di ruangan mana. " ucap Darlen.

Shitt! Dirinya lupa menanyakan perihal kamar pacar Alan.

"Lah gimana? " ucap Andra.

"Ga ada pilihan lain, kita kayaknya harus puterin rumah sakit ini. " ucap Darlen.

"Yang bener aja Arr. " ucap Zaki, ini rumah sakit besar.

"Emang lo ada cara lain? " tanya Darlen.

"Ya-hehe ga ada sih. " jawab Zaki menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal itu.

"Coba aja kali kita tanya sama resepsionisnya. " usul Aldi yang di angguki yang lain.

"Nahh, ayok lah. Kan kita ga akan tau kalo belum nanya. "

Akhirnya mereka berjalan ke arah resepsionis, banyak pasang mata yang menatap mereka dengan pandangan aneh. Tentu saja! Mereka datang berombongan dan berjalan layaknya sang penguasa.

"Permisi kak. " ucap Widi.

"Ada yang bisa saya bantu? "

"Kami nyari kamar pasien, tapi ga tau namanya siapa. " ucap Darlen.

Resepsionis itu tersipu malu melihat wajah tampan Darlen, ia berdehem pelan dan menatap mereka semua.

"Kira-kira kalo atas nama Alando ada ga ya? "

"Bentar ya, saya cek dulu. "

Resepsionis itu mengecek di layar komputernya, tidak lama setelah itu.

"Ada pasien atas nama Siska tapi di sini yang bertanggung jawab Alando. "

Setelah mendapatkan di mana ruangan tempat Alan berada, mereka segera menuju kesana.

Terpopuler

Comments

I am Ready

I am Ready

mereka? jd alan sm siapa thor

2024-05-30

0

Mommy Su

Mommy Su

update lagi kak/Drool/

2024-05-24

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!