Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir

Setelah memesan makanan dan minuman di kantin, ketiganya mulai menikmati makanan mereka. Bakso dan jus. Tidak lama Devano dan kawan-kawannya tampak di pintu masuk kantin.

“Bi,” Mia menendang kaki Bianca pelan.

“Apaan ?”Bianca mengangkat kepalanya yang baru saja menyuap sesendok bakso ke mulutnya.

“Mantan calon pacar,” goda Mia tertawa kecil.

“Bodo !” Bianca bersiap menyendok kembali bakso ke mulutnya.

“Kagak berterima kasih udah digendong ke UKS ?”Mia mengerlingkan matanya.

“What ??” Bianca sontak terkejut dan akhirnya sempat teesedak.

Uhhhukkk uhhhuukkk

Della reflek menepuk punggung Bianca dan memberikan segelas botol air mineral. Wajah Bianca terlihat merah padam menahan rasa pedas yang menembus hidungnya karena saking kagetnya.

“Santai aja sih,” Della masih menepuk-nepuk bahunya.

“Beneran ?” Bianca menoleh menatap Della dan Mia bergantian dan mendapat jawaban dari keduanya lewat anggukan kepala saja.

“Kok bisa ?” Bianca langsung menekuk wajahnya dan memanyunkan bibirnya.

Dari bangku yang tidak jauh, mereka tidak sadar kalau sedang diperhatikan oleh Devano dan Arya yang duduk bersebelahan. Kedua pria itu mencuri-curi pandang saat mendengar batuk Bianca yang tersedak dan melihat Della menyodorkan botol air mineral. Ernest dan Leo yang duduk berseberangan dengan mereka memperhatikan kelakuan Devano dan Arya yang tidak sadar kalau keduanya sama-sama melirik beberapa kali ke bangku ketiga gadis itu. Ernest dan Leo mencoba mengikuti arah pandangan Devano dan Arya dsn reflek keduanya saling melempar pandangan sambil tersenyum.

“Ternyata ada yang belum move on,” celetuk Leo.

“Apaan ?” Joshua yang duduk di ujung meja bertanya tidak mengerti.

Kembali ke meja Bianca, Della dan Mia terlihat Bianca menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan wajah cemberut membuar Mia dan Della tertawa kecil.

“Elo tau Bi ?” Mia sengaja memotong omongannya dengan menyedot jus mangga yang ads di depannya. “Devano sama Arya sempat rebutan buat bawa elo ke UKS.”

“Jangan ngadi-ngadi lo,” ketus Bianca.

“Beneran Bi. Iya kan Della ?” Mia menatap Della sambil menaik turunkan alisnya. Bianca ikut menoleh menatap Della dan lagi-lagi mendapatkan anggukan kepala Della.

“Kok bisa ?”

“Elo tadi tuh jatuh dalam pelukan Devano,” Mia berbisik. “Devano sempet bengong sambil terduduk di pinggir lapangan. Arya berinisiatif menawarkan diri mau yang gendong elo, tapi dengan gaya cool nya Devano menolak doonngg.” Mia cekikikan sambil menutup mulutnya.

“Terus ?”

“Elo kira angkot terus-terus,” kali ini Della yang menyahut sambil tertawa pelan.

“Kenapa ? Deg deg kan ? Nyesel kagak sadar ?” goda Mia sambil mengerjap-erjapkan matanya.

Bianca menggeleng pelan sambil menepuk kepalanya beberapa kali.

“Elo sengaja ya Bi pingsannya dekat Devano dan berharap syukur-syukur ditangkep sama dia,” goda Della sambil menyenggol bahu Bianca yang duduk di sebelahnya.

“Hah ! Gila aja lo gue sengaja,” umpar Bianca kesal.

Dari seberang meja, Devano yang sempat menangkap reaksi Bianca terlihat menautkan alisnya sejenak. Sementara Leo dan Ernest yang berada di seberangnya masih ketawa-ketawa pelan.

“Kesamber lo ?” Tanya Arya sambil menautkan alisnya menatap Leo dan Ernest bergantian.

“Yoi Bro, kesambet mahluk ajaib yang ternyata diam-diam nggak bisa move on.” Jawab Ernest sambil menatap Devano yang masih terlihat cuek.

Arya menoleh ke arah Devano yang duduk di sampingnya.

“Emang ada salah apa sama dia ?” Arya menunjuk Devano dengan jempolnya.

Ernest dan Leo hanya tertawa sementara Joshua menatap mereka bingung dan melanjutkan makan mie ayam yang sudah dipesannya.

“Bi, gimana rasanya dalam pelukan mantan calon pacar ?” Mia memajukan wajahnya sambil mengerjapkan matanya menggoda Bianca.

“Heh… Gue beneran pingsan kali, mana mikir lagi gimana rasanya,” Bianca melotot ke Mia yang disambut dengan gelak tawa sahabatnya itu.

“Bi,” Della menyedot jus jambunya sejenak. “Kalo ngeliat tadi gue sama Mia sepakat kalo Devano sebetulnya ada rasa juga sama elo.”

“Jangan ngadi-ngadi,” ketus Bianca.

“Beneran Bi,” Mia manggut-manggut. “Kalo emang dia kagak ada rasa sama elo, kenapa juga nolak Arya waktu nawarin bawa elo ke UKS.”

“Dia kagak mau elo digendong cowok lain Bi,” Della tertawa sambil menyenggol bahu Bianca kembali.

“Huuffttt…” Bianca menarik nafas panjang. “Gue udah bisa dikit-dikit buang perasaan suka sama Devano, jadi nggak mau punya pikiran positif lagi tentang sikapnya ke gue.”

“Kalo dia nya yang berubah pikiran gimana Bi ?” Della memiringkan badan menghadap Bianca sambil menopang wajahnya di atas meja.

“Ogah,” jawab Bianca cepat

“Lain di mulut, lain di hati nih kayaknya,” goda Mia.

“Tuh lihat aja dia beberapa kali curi-curi pandang kemari,” Della memberi kode dengan gerakan kepalanya.

Mendengar perkataan Della secara reflek Bianca menoleh ke meja tempat Devano dan kawan-kawannya duduk. Bersamaan dengan itu Devano memang sedang melirik kepadanya.

Bianca menggidikan bahunya.

“Eehhh…” reaksi Bianca reflek saat tatapannya bertabrakan dengan Devano. Della dan Mia tertawa melihat Bianca yang jadi salah tingkah.

“Udah yuukk balik kelas,” Bianca beranjak bangun. “Gue mau cari Pak Edi beresin ujian praktek hari ini.”

“Bi,” Mia buru-buru bangun dan menyusul Bianca yang sudah mulai berjalan dari tempat duduk. Della ikut bersamaan dengan Mia.

“Duuhh yang deg deg kan,” goda Della sambil tertawa dengan Mia.

“Apaan sih ?” Bianca merenggut kesal dan mempercepat langkahnya meninggalkan Mia dan Della yang masih tertawa-tawa.

Bianca melangkah bukan menuju tangga untuk balik ke kelas melainkan ke lapangan voly untuk bertemu dengan Pak Edi. Sampai di sana teenyata sudah tidak ada guru yang dicari, bahkan matras pun sudah diangkar dari lapangan voly. Bianca melanjutkan langkahnya menuju ruang guru. Diliriknya jam tangan yang terpasang di pergelangan tangan kanannya. Jam 10.45. Semoga masih ada waktu untuk menyelesaikan ujian hari ini daripada ikut susulan. Sampai di ruang guru ternyata Pak Edi tidak ada di sana.

“Cari siapa Bianca ?” Tanya Bu Yuli.

“Maaf Bu, saya mau ketemu Pak Edi.”

“Ooo beliau masih ada di aula lantai 1 Bianca. Coba kamu cari ke sana,” jawab Bu Yuli.

“Baik kalau begitu saya pamit dulu Bu, mau ketemu Pak Edi.” Bianca menggangukkan kepalanya untuk pamit pada Bu Yuli.

“Eh Biancca,” panggilan Bu Yuli menghentikan langkahnya dan Bianca kembali membalikkan badannya.

“Ya Bu.”

“Saya dengar tadi kamu sempat pingsan kena bola. Apa sekarang sudah tidak apa-apa untuk lanjut jnian ?” Bu Yuli bertanya dengan posisi masih duduk di depan mejanya.

“Sudah tidak apa-apa Bu.”

“Jaga fisik kamu Bianca.”

“Baik Bu. Maaf saya pamit mau ketemu Pak Edi biar bisa tetap ikut ujian praktek hari ini.”

“Ya sudah, semoga lancar ya.” Bu Yuli menganggukan kepalanya sambil mengacungkan jempolnya. Bianca tersenyum dan balas mengacungkan jempolnya.

“Terima kasih Bu.”

Dan ternyata sampai di aula Pak Edi masih mengawasi beberapa anak yang melakukan ujian praktek pengulangan karena sempat kurang bagus hasilnya. Bianca pun diberi ijin untuk mengikuti ujian praktek senam lantai hari itu juga.

Jam 11.15 anak-anak kelas XII yang telah selesai ujian praktek mulai meninggalkan sekolah. Bianca dan kedua sahabatnya menuruni tangga dari lantai 2 ke lantai 1. Mendekati halaman sekolah, Bianca melihat Devano dan sahabat-sahabatnya sedang menuju parkiran motor dan mobil.

“Del, Mi, pada duluan aja,” Bianca memberi kode kepada kedua sahabatnya untuk melanjutkan jalan pulang.

“Emang elo mau kemana ?” Tanya Della.

“Mau ke sana tuh,” Bianca menunjuk dengan menggerakan dagunya. “Gue mau ketemu Devano, paling nggak mau bilang terima kasih.”

“Eh, elo bukan mau ngajak dia pacaran beneran kan sama elo ?” Mia mengatap Bianca sambil memegang bahu Bianca. Senyuman jahil sudah terlihat di wajahnya.

“Dihhh mana ada ya begitu.” Bianca menoyor jidat Mia.

“Yakin ?” gida Della sambil mengedipkan matanya sebelah. “Perlu supporter nggak ?”

“Apaan sih kalian berdua,” Bianca cemberut kesal lalu mendorong kedua sahabatnya untuk meninggalkannya.

“Yakin nggak mau ditungguin Bi ?” Della menahan langkahnya dan menatap Bianca sejenak. Gadis itu menggeleng mantap.

“Jangan lupa loh cerita besok,” Mia tertawa lalu menarik lengan Della. “Yuk aahhh, biar dia mojok sejenak.”

Della dan Mia kembali tertawa menatap Bianca yang sudah melotot. Keduanya melambaikan tanggan dengan wajah menggoda Bianca.

Dan di sinilah Bianca dengan mengumpulkan segala keberaniannya menghampiri Devano dan kawan-kawannya yang masih berdiri dekat parkiran kendaraan mereka.

“Devano,” panggil Bianca pelan. Sontak membuat kelima cowok ganteng itu menoleh bersamaan ke arah suara yang memanggil nama Devano.

Ernest dan Leo langsung saling menatap dan senyum-senyum. Sementara Devano yang dipanggil namanya tidak menyahut hanya menatap tajam ke Bianca.

“Eehh maaf… eehh… ngggg… Boleh minta waktu sebentar mau ngomong.”

“Ngomong aja Bibi,” goda Ernest.

“Kita-kita aman dan udah jinak kok,” timpal Joshua yang ikut senyum-senyum menggoda. Sementara Arya yang sudah duduk di atas motor balapnya terlihat cuek dan memainkan handphonenya.

“Devano, bisa nggak minta waktu 5 menit aja.” Bianca berusaha menghilangkan rasa gugupnya apalagi Devano hanya diam saja dan tidak menjawab apa-apa.

“Sadar, sadar Bro,” Leo menepuk bahu Ernest dan Joshua yang dilewatinya melangkah menuju motor Arya.

“Ada yang perlu privasi nih,” goda Ernest.

“Ya udah kalo gitu kita duluan cabut Bro,” Joshua yang paling dekat dengan posisi Devano menepuk bahunya dan mengikuti ketiga temannya yang masih tertawa menggoda dan mulai meninggalkan Devano dan Bianca.

“Devano,” Bianca kembali memanggil pelan setelah mereka hanya tinggal berdua. Devano masih diam berdiri di depan pintu mobilnya.

“Sorry buat kejadian tadi gue muntahin elo,” Bianca menarik nafas panjang berusaha menenangkan hatinya yang deg deg kan. Dia mengepalkan kedua tangannya di samping berusaha memberikan semangat untuk dirinya sendiri. Bianca memberanikan diri mengangkat wajahnya dan menatap Devano. Pria yang permah diberikan surat cinta olehnya sempat membalas tatapan Bianca kemudian membuang pandangannya ke sembarang arah.

“Terima kasih juga karena elo dah mau bawa gue ke UKS.” Bianca menjeda sambil menarik nafas panjang lagi.

“Gue janji kalo itu bakal jadi yang pertama dan terakhir gue bikin elo susah bahkan mungkin bikin elo nggak nyaman.”

Bianca masih menatap Devano tapi cowok itu malah mendengus dengan pandangan ke arah lain.

“Sorry buat segala perbuatan gue yang bikin elo kesel dan bete. Gue janji akan jauh-jauh dari kehidupan elo. ”

Bianca menarik nafas panjang kembali. Bukan karena menetralkan hatinya tapi lebih karena kesal melihat Devano yang hanya diam saja dan malah membuang muka.

Akhirnya Bianca memutuskan untuk meninggalkan Devano tanpa menunggu lagi tanggapan dari Devano. Baru sekitar 5 langkah, Bianca berhenti dan kembali membalikkan badannya berhadapan dengan Devano.

“Dan gue pastiin kalo gue udah mulai bisa buang perasaan suka ke elo. Jadi nggak usah terlalu khawatir kalo semua perbuatan gue karena mau cari perhatian elo.”

Bianca menatap tajam ke Devano dan mendengar pernyataan terkahir Bianca, Devano sempat menoleh dan membalas tatapan Bianca sekilas kemudian dia membuang muka kembali. Bianca mendngus kesal sendiri melihat Devano yang berkesan cuek dan masa bodoh. Padahal dalam hati Devano ada sedikit rasa tidak nyaman yang dia sendiri tidak tau artinya.

Terpopuler

Comments

~Burberry

~Burberry

kok gw nyesek sih ....

2023-02-12

6

Esse Dahlia

Esse Dahlia

devano kayak orang bisu aja kagak bicara ko you emosi yah 😂

2023-02-03

2

Irde Sembiring

Irde Sembiring

ok fine devano....
bye

2022-11-17

7

lihat semua
Episodes
1 Surat Cinta
2 Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3 Bab 3 Devano vs Arya
4 Bab 4 Kecurigaan Della
5 Bab 5 Ketemu Si Centil
6 Bab 6 Buang atau Kenang
7 Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8 Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9 Bab 9 Curahan Hati Bianca
10 Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11 Bab 11 Ketemu Camer ?
12 Bab 12 Makan Siang
13 Bab 13 Terima Raport
14 Bab 14 Jangan Coba-Coba
15 Bab 15 PDKT yang Gagal
16 Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17 Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18 Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19 Bab 19 Biarkan Saja
20 Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21 Bab 21 Kecelakaan
22 Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23 Bab 23 Takdir Kita
24 Bab 24 Kesempatan
25 Bab 25 Arti Persahabatan
26 Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27 Bab 27 Rindu Papa
28 Bab 28 Tentang Arya
29 Bab 29 Aku Membencimu
30 Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31 Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32 Bab 32 Devano vs Bianca
33 Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34 Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35 Bab 35 Selamat Jalan
36 Bab 36 Selamat Tinggal
37 Bab 37 Seorang Van yang Lain
38 Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39 Bab 39 Menginap
40 Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41 Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42 Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43 Bab 43 Ketemuan di Mal
44 Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45 Bab 45 Persiapan Magang
46 Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47 Bab 47 Jalan Baeng Diana
48 Bab 48 Rahasia Devano
49 Bab 49 Mengungkapkan
50 Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51 Bab 51 Obrolan Empat Pria
52 Bab 52 Makan Malam
53 Bab 53 Drama Pagi Hari
54 Bab 54 Sang Pewaris
55 Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56 Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57 Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58 Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59 Bab 59 Kunjungan Sahabat
60 Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61 Bab 61 Bukan Prank ?
62 Bab 62 Ke Kantor Arya
63 Bab 63 Melepasmu
64 Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65 Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66 Bab 66 Pamitan
67 Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68 Bab 68 Permintaan Desta
69 Bab 69 Permintaan yang Sulit
70 Bab 70 Pertemuan di Mal
71 Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72 Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73 Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74 Bab 74 Tidak Rela
75 Bab 75 Gagal Fokus
76 Bab 76 Macan Ompong
77 Bab 77 Obrolan Sore
78 Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79 Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80 Bab 80 Para Mantan Penggemar
81 Bab 81 Curahan Hati Devano
82 Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83 Bab 83 Cemburunya Devano
84 Bab 84 Jangan Buat Baper
85 Bab 85 Beri Aku Waktu
86 Bab 86 Mendadak Pulang
87 Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88 Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89 Bab 89 Nasehat Para Mama
90 Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91 Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92 Bab 92 Maunya Calon Suami
93 Bab 93 Para Sahabat
94 Bab 94 Undangan Lamaran
95 Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96 Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97 Bab 97 Tiga Bulan
98 Bab 98 Semakin Mencintaimu
99 Bab 99 POV Devano
100 Bab 100 Hari Bahagia
101 Ucapan Terima Kasih
102 Promo Novel Baru
103 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Surat Cinta
2
Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3
Bab 3 Devano vs Arya
4
Bab 4 Kecurigaan Della
5
Bab 5 Ketemu Si Centil
6
Bab 6 Buang atau Kenang
7
Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8
Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9
Bab 9 Curahan Hati Bianca
10
Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11
Bab 11 Ketemu Camer ?
12
Bab 12 Makan Siang
13
Bab 13 Terima Raport
14
Bab 14 Jangan Coba-Coba
15
Bab 15 PDKT yang Gagal
16
Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17
Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18
Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19
Bab 19 Biarkan Saja
20
Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21
Bab 21 Kecelakaan
22
Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23
Bab 23 Takdir Kita
24
Bab 24 Kesempatan
25
Bab 25 Arti Persahabatan
26
Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27
Bab 27 Rindu Papa
28
Bab 28 Tentang Arya
29
Bab 29 Aku Membencimu
30
Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31
Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32
Bab 32 Devano vs Bianca
33
Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34
Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35
Bab 35 Selamat Jalan
36
Bab 36 Selamat Tinggal
37
Bab 37 Seorang Van yang Lain
38
Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39
Bab 39 Menginap
40
Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41
Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42
Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43
Bab 43 Ketemuan di Mal
44
Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45
Bab 45 Persiapan Magang
46
Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47
Bab 47 Jalan Baeng Diana
48
Bab 48 Rahasia Devano
49
Bab 49 Mengungkapkan
50
Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51
Bab 51 Obrolan Empat Pria
52
Bab 52 Makan Malam
53
Bab 53 Drama Pagi Hari
54
Bab 54 Sang Pewaris
55
Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56
Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57
Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58
Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59
Bab 59 Kunjungan Sahabat
60
Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61
Bab 61 Bukan Prank ?
62
Bab 62 Ke Kantor Arya
63
Bab 63 Melepasmu
64
Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65
Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66
Bab 66 Pamitan
67
Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68
Bab 68 Permintaan Desta
69
Bab 69 Permintaan yang Sulit
70
Bab 70 Pertemuan di Mal
71
Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72
Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73
Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74
Bab 74 Tidak Rela
75
Bab 75 Gagal Fokus
76
Bab 76 Macan Ompong
77
Bab 77 Obrolan Sore
78
Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79
Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80
Bab 80 Para Mantan Penggemar
81
Bab 81 Curahan Hati Devano
82
Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83
Bab 83 Cemburunya Devano
84
Bab 84 Jangan Buat Baper
85
Bab 85 Beri Aku Waktu
86
Bab 86 Mendadak Pulang
87
Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88
Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89
Bab 89 Nasehat Para Mama
90
Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91
Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92
Bab 92 Maunya Calon Suami
93
Bab 93 Para Sahabat
94
Bab 94 Undangan Lamaran
95
Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96
Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97
Bab 97 Tiga Bulan
98
Bab 98 Semakin Mencintaimu
99
Bab 99 POV Devano
100
Bab 100 Hari Bahagia
101
Ucapan Terima Kasih
102
Promo Novel Baru
103
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!