Setelah memesan makanan dan minuman di kantin, ketiganya mulai menikmati makanan mereka. Bakso dan jus. Tidak lama Devano dan kawan-kawannya tampak di pintu masuk kantin.
“Bi,” Mia menendang kaki Bianca pelan.
“Apaan ?”Bianca mengangkat kepalanya yang baru saja menyuap sesendok bakso ke mulutnya.
“Mantan calon pacar,” goda Mia tertawa kecil.
“Bodo !” Bianca bersiap menyendok kembali bakso ke mulutnya.
“Kagak berterima kasih udah digendong ke UKS ?”Mia mengerlingkan matanya.
“What ??” Bianca sontak terkejut dan akhirnya sempat teesedak.
Uhhhukkk uhhhuukkk
Della reflek menepuk punggung Bianca dan memberikan segelas botol air mineral. Wajah Bianca terlihat merah padam menahan rasa pedas yang menembus hidungnya karena saking kagetnya.
“Santai aja sih,” Della masih menepuk-nepuk bahunya.
“Beneran ?” Bianca menoleh menatap Della dan Mia bergantian dan mendapat jawaban dari keduanya lewat anggukan kepala saja.
“Kok bisa ?” Bianca langsung menekuk wajahnya dan memanyunkan bibirnya.
Dari bangku yang tidak jauh, mereka tidak sadar kalau sedang diperhatikan oleh Devano dan Arya yang duduk bersebelahan. Kedua pria itu mencuri-curi pandang saat mendengar batuk Bianca yang tersedak dan melihat Della menyodorkan botol air mineral. Ernest dan Leo yang duduk berseberangan dengan mereka memperhatikan kelakuan Devano dan Arya yang tidak sadar kalau keduanya sama-sama melirik beberapa kali ke bangku ketiga gadis itu. Ernest dan Leo mencoba mengikuti arah pandangan Devano dan Arya dsn reflek keduanya saling melempar pandangan sambil tersenyum.
“Ternyata ada yang belum move on,” celetuk Leo.
“Apaan ?” Joshua yang duduk di ujung meja bertanya tidak mengerti.
Kembali ke meja Bianca, Della dan Mia terlihat Bianca menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan wajah cemberut membuar Mia dan Della tertawa kecil.
“Elo tau Bi ?” Mia sengaja memotong omongannya dengan menyedot jus mangga yang ads di depannya. “Devano sama Arya sempat rebutan buat bawa elo ke UKS.”
“Jangan ngadi-ngadi lo,” ketus Bianca.
“Beneran Bi. Iya kan Della ?” Mia menatap Della sambil menaik turunkan alisnya. Bianca ikut menoleh menatap Della dan lagi-lagi mendapatkan anggukan kepala Della.
“Kok bisa ?”
“Elo tadi tuh jatuh dalam pelukan Devano,” Mia berbisik. “Devano sempet bengong sambil terduduk di pinggir lapangan. Arya berinisiatif menawarkan diri mau yang gendong elo, tapi dengan gaya cool nya Devano menolak doonngg.” Mia cekikikan sambil menutup mulutnya.
“Terus ?”
“Elo kira angkot terus-terus,” kali ini Della yang menyahut sambil tertawa pelan.
“Kenapa ? Deg deg kan ? Nyesel kagak sadar ?” goda Mia sambil mengerjap-erjapkan matanya.
Bianca menggeleng pelan sambil menepuk kepalanya beberapa kali.
“Elo sengaja ya Bi pingsannya dekat Devano dan berharap syukur-syukur ditangkep sama dia,” goda Della sambil menyenggol bahu Bianca yang duduk di sebelahnya.
“Hah ! Gila aja lo gue sengaja,” umpar Bianca kesal.
Dari seberang meja, Devano yang sempat menangkap reaksi Bianca terlihat menautkan alisnya sejenak. Sementara Leo dan Ernest yang berada di seberangnya masih ketawa-ketawa pelan.
“Kesamber lo ?” Tanya Arya sambil menautkan alisnya menatap Leo dan Ernest bergantian.
“Yoi Bro, kesambet mahluk ajaib yang ternyata diam-diam nggak bisa move on.” Jawab Ernest sambil menatap Devano yang masih terlihat cuek.
Arya menoleh ke arah Devano yang duduk di sampingnya.
“Emang ada salah apa sama dia ?” Arya menunjuk Devano dengan jempolnya.
Ernest dan Leo hanya tertawa sementara Joshua menatap mereka bingung dan melanjutkan makan mie ayam yang sudah dipesannya.
“Bi, gimana rasanya dalam pelukan mantan calon pacar ?” Mia memajukan wajahnya sambil mengerjapkan matanya menggoda Bianca.
“Heh… Gue beneran pingsan kali, mana mikir lagi gimana rasanya,” Bianca melotot ke Mia yang disambut dengan gelak tawa sahabatnya itu.
“Bi,” Della menyedot jus jambunya sejenak. “Kalo ngeliat tadi gue sama Mia sepakat kalo Devano sebetulnya ada rasa juga sama elo.”
“Jangan ngadi-ngadi,” ketus Bianca.
“Beneran Bi,” Mia manggut-manggut. “Kalo emang dia kagak ada rasa sama elo, kenapa juga nolak Arya waktu nawarin bawa elo ke UKS.”
“Dia kagak mau elo digendong cowok lain Bi,” Della tertawa sambil menyenggol bahu Bianca kembali.
“Huuffttt…” Bianca menarik nafas panjang. “Gue udah bisa dikit-dikit buang perasaan suka sama Devano, jadi nggak mau punya pikiran positif lagi tentang sikapnya ke gue.”
“Kalo dia nya yang berubah pikiran gimana Bi ?” Della memiringkan badan menghadap Bianca sambil menopang wajahnya di atas meja.
“Ogah,” jawab Bianca cepat
“Lain di mulut, lain di hati nih kayaknya,” goda Mia.
“Tuh lihat aja dia beberapa kali curi-curi pandang kemari,” Della memberi kode dengan gerakan kepalanya.
Mendengar perkataan Della secara reflek Bianca menoleh ke meja tempat Devano dan kawan-kawannya duduk. Bersamaan dengan itu Devano memang sedang melirik kepadanya.
Bianca menggidikan bahunya.
“Eehhh…” reaksi Bianca reflek saat tatapannya bertabrakan dengan Devano. Della dan Mia tertawa melihat Bianca yang jadi salah tingkah.
“Udah yuukk balik kelas,” Bianca beranjak bangun. “Gue mau cari Pak Edi beresin ujian praktek hari ini.”
“Bi,” Mia buru-buru bangun dan menyusul Bianca yang sudah mulai berjalan dari tempat duduk. Della ikut bersamaan dengan Mia.
“Duuhh yang deg deg kan,” goda Della sambil tertawa dengan Mia.
“Apaan sih ?” Bianca merenggut kesal dan mempercepat langkahnya meninggalkan Mia dan Della yang masih tertawa-tawa.
Bianca melangkah bukan menuju tangga untuk balik ke kelas melainkan ke lapangan voly untuk bertemu dengan Pak Edi. Sampai di sana teenyata sudah tidak ada guru yang dicari, bahkan matras pun sudah diangkar dari lapangan voly. Bianca melanjutkan langkahnya menuju ruang guru. Diliriknya jam tangan yang terpasang di pergelangan tangan kanannya. Jam 10.45. Semoga masih ada waktu untuk menyelesaikan ujian hari ini daripada ikut susulan. Sampai di ruang guru ternyata Pak Edi tidak ada di sana.
“Cari siapa Bianca ?” Tanya Bu Yuli.
“Maaf Bu, saya mau ketemu Pak Edi.”
“Ooo beliau masih ada di aula lantai 1 Bianca. Coba kamu cari ke sana,” jawab Bu Yuli.
“Baik kalau begitu saya pamit dulu Bu, mau ketemu Pak Edi.” Bianca menggangukkan kepalanya untuk pamit pada Bu Yuli.
“Eh Biancca,” panggilan Bu Yuli menghentikan langkahnya dan Bianca kembali membalikkan badannya.
“Ya Bu.”
“Saya dengar tadi kamu sempat pingsan kena bola. Apa sekarang sudah tidak apa-apa untuk lanjut jnian ?” Bu Yuli bertanya dengan posisi masih duduk di depan mejanya.
“Sudah tidak apa-apa Bu.”
“Jaga fisik kamu Bianca.”
“Baik Bu. Maaf saya pamit mau ketemu Pak Edi biar bisa tetap ikut ujian praktek hari ini.”
“Ya sudah, semoga lancar ya.” Bu Yuli menganggukan kepalanya sambil mengacungkan jempolnya. Bianca tersenyum dan balas mengacungkan jempolnya.
“Terima kasih Bu.”
Dan ternyata sampai di aula Pak Edi masih mengawasi beberapa anak yang melakukan ujian praktek pengulangan karena sempat kurang bagus hasilnya. Bianca pun diberi ijin untuk mengikuti ujian praktek senam lantai hari itu juga.
Jam 11.15 anak-anak kelas XII yang telah selesai ujian praktek mulai meninggalkan sekolah. Bianca dan kedua sahabatnya menuruni tangga dari lantai 2 ke lantai 1. Mendekati halaman sekolah, Bianca melihat Devano dan sahabat-sahabatnya sedang menuju parkiran motor dan mobil.
“Del, Mi, pada duluan aja,” Bianca memberi kode kepada kedua sahabatnya untuk melanjutkan jalan pulang.
“Emang elo mau kemana ?” Tanya Della.
“Mau ke sana tuh,” Bianca menunjuk dengan menggerakan dagunya. “Gue mau ketemu Devano, paling nggak mau bilang terima kasih.”
“Eh, elo bukan mau ngajak dia pacaran beneran kan sama elo ?” Mia mengatap Bianca sambil memegang bahu Bianca. Senyuman jahil sudah terlihat di wajahnya.
“Dihhh mana ada ya begitu.” Bianca menoyor jidat Mia.
“Yakin ?” gida Della sambil mengedipkan matanya sebelah. “Perlu supporter nggak ?”
“Apaan sih kalian berdua,” Bianca cemberut kesal lalu mendorong kedua sahabatnya untuk meninggalkannya.
“Yakin nggak mau ditungguin Bi ?” Della menahan langkahnya dan menatap Bianca sejenak. Gadis itu menggeleng mantap.
“Jangan lupa loh cerita besok,” Mia tertawa lalu menarik lengan Della. “Yuk aahhh, biar dia mojok sejenak.”
Della dan Mia kembali tertawa menatap Bianca yang sudah melotot. Keduanya melambaikan tanggan dengan wajah menggoda Bianca.
Dan di sinilah Bianca dengan mengumpulkan segala keberaniannya menghampiri Devano dan kawan-kawannya yang masih berdiri dekat parkiran kendaraan mereka.
“Devano,” panggil Bianca pelan. Sontak membuat kelima cowok ganteng itu menoleh bersamaan ke arah suara yang memanggil nama Devano.
Ernest dan Leo langsung saling menatap dan senyum-senyum. Sementara Devano yang dipanggil namanya tidak menyahut hanya menatap tajam ke Bianca.
“Eehh maaf… eehh… ngggg… Boleh minta waktu sebentar mau ngomong.”
“Ngomong aja Bibi,” goda Ernest.
“Kita-kita aman dan udah jinak kok,” timpal Joshua yang ikut senyum-senyum menggoda. Sementara Arya yang sudah duduk di atas motor balapnya terlihat cuek dan memainkan handphonenya.
“Devano, bisa nggak minta waktu 5 menit aja.” Bianca berusaha menghilangkan rasa gugupnya apalagi Devano hanya diam saja dan tidak menjawab apa-apa.
“Sadar, sadar Bro,” Leo menepuk bahu Ernest dan Joshua yang dilewatinya melangkah menuju motor Arya.
“Ada yang perlu privasi nih,” goda Ernest.
“Ya udah kalo gitu kita duluan cabut Bro,” Joshua yang paling dekat dengan posisi Devano menepuk bahunya dan mengikuti ketiga temannya yang masih tertawa menggoda dan mulai meninggalkan Devano dan Bianca.
“Devano,” Bianca kembali memanggil pelan setelah mereka hanya tinggal berdua. Devano masih diam berdiri di depan pintu mobilnya.
“Sorry buat kejadian tadi gue muntahin elo,” Bianca menarik nafas panjang berusaha menenangkan hatinya yang deg deg kan. Dia mengepalkan kedua tangannya di samping berusaha memberikan semangat untuk dirinya sendiri. Bianca memberanikan diri mengangkat wajahnya dan menatap Devano. Pria yang permah diberikan surat cinta olehnya sempat membalas tatapan Bianca kemudian membuang pandangannya ke sembarang arah.
“Terima kasih juga karena elo dah mau bawa gue ke UKS.” Bianca menjeda sambil menarik nafas panjang lagi.
“Gue janji kalo itu bakal jadi yang pertama dan terakhir gue bikin elo susah bahkan mungkin bikin elo nggak nyaman.”
Bianca masih menatap Devano tapi cowok itu malah mendengus dengan pandangan ke arah lain.
“Sorry buat segala perbuatan gue yang bikin elo kesel dan bete. Gue janji akan jauh-jauh dari kehidupan elo. ”
Bianca menarik nafas panjang kembali. Bukan karena menetralkan hatinya tapi lebih karena kesal melihat Devano yang hanya diam saja dan malah membuang muka.
Akhirnya Bianca memutuskan untuk meninggalkan Devano tanpa menunggu lagi tanggapan dari Devano. Baru sekitar 5 langkah, Bianca berhenti dan kembali membalikkan badannya berhadapan dengan Devano.
“Dan gue pastiin kalo gue udah mulai bisa buang perasaan suka ke elo. Jadi nggak usah terlalu khawatir kalo semua perbuatan gue karena mau cari perhatian elo.”
Bianca menatap tajam ke Devano dan mendengar pernyataan terkahir Bianca, Devano sempat menoleh dan membalas tatapan Bianca sekilas kemudian dia membuang muka kembali. Bianca mendngus kesal sendiri melihat Devano yang berkesan cuek dan masa bodoh. Padahal dalam hati Devano ada sedikit rasa tidak nyaman yang dia sendiri tidak tau artinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
~Burberry
kok gw nyesek sih ....
2023-02-12
6
Esse Dahlia
devano kayak orang bisu aja kagak bicara ko you emosi yah 😂
2023-02-03
2
Irde Sembiring
ok fine devano....
bye
2022-11-17
7