Bab 12 Makan Siang

Mommy Angela melirik jam yang ada di dashboard. Jam 11.03.

“Devan, kita makan siang dulu bagaimana ?” Mommy Angela bertanya pada Devano.

“Terserah mommy aja.” Devano menjawab tanpa menoleh. Seakan-akan malas menatap Bianca yang duduk di belakang.

“Kamu nggak apa-apa kan kalau tante ajak makan siang dulu ?”

“Nggg… nggak usah Tante, saya turun di depan saja.”

Mommy Angela menggeleng. “Tidak ada penolakan, kamu ikut ya makan siang. Nanti biar Devano menjelaskan ke mommy kamu pas anter pulang.”

“Eh.. nggak usah Tante. Mama nggak akan marah kalau pulang masih siang.”

Mommy Angela tersenyum senang lalu menyebutkan nama restoran yang dituju kepada sopirnya.

30 menit kemudian mobil sudah masuk lokasi dan berhenti di depan pintu masuk. Devano yang duduk di depan segera keluar diikuti Bianca yang duduk tepat di belakangnya. Devano sempat menatap Bianca dengan kesal sebelum membanting pintu mobil yang membuat Bianca sedikit tersentak. Dia mengelus dadanya karena kaget dan akhirnya berjalan menghampiri mommy Angela yang menunggunya di pintu masuk.

Mommy Angela merangkul lengan Bianca sambil masuk ke dalam restoran. Seorang pria berkemeja dan berdasi menyambut mami Angela. Sepertinya dia adalah manager restoran ini dan mommy Angela sudah dikenal baik di sana.

Bianca mengedarkan pandangan. Sebetulnya dia mencari sosok Devano yang sudah tidak kelihatan.

Dalam hatinya mengakui restoran yang pasti cukup mahal, dilihat dari tampilan dan dekorasinya. Beberapa pengunjung terlihat sangat rapi dan berkelas.

“Bianca sayang,” mommy Angela menepuk tangan Bianca pelan karena dilihatnya gadis itu sedikit melamun.

“Yuk kita masuk, meja sudah disiapkan.” Tangan mommy Angela yang masih merangkul Bianca menuntunnya masuk ke salah satu ruangan.

“Kamu suka makan apa Bianca ?” Mommy Angela menyodorkan buku menu sesaat setelah mereka duduk.

“Saya suka apa saja Tante,” jawab Bianca sopan.

“Kamu tidak ada alergi makanan tertentu kan ?”

“Asal jangan mentah tante,” jawab Bianca malu-malu. Mommy Angela tertawa kecil dan mulai memesan makanan. Tidak lama Devano menghampiri mereka dengan rambut sedikit basah.

“Daddy nyusul mom ?” Devano mengambil tempat duduk di sebelah Bianca.

“Mommy sudah kirim pesan tapi belum dijawab sama daddy.”

15 menit kemudian pesanan minuman dan hidangan pembuka mulai disajikan. Bianca menatap makanan yang terhidang sambil menelan salivanya.

Makanan yang ada di depannya benar-benar menggugah selera. Mommy Angela yang memperhatikan ekspresi Bianca tersenyum dan mulai mengambilkan makanan ke piring Bianca.

“Tidak usah repot-repot Tante, saya bisa ambil sendiri,” Bianca merasa tidak enak karena dilayani oleh mommy Angela.

“Makanya jangan bengong,” ketus Devano. Bianca menoleh sekilas menatap Devano yang terlihat kaku dan dingin. Mommy Angela masih senyum-senyum menatap interaksi kedua anak muda di depannya.

Tidak lama pelayan kembali menghidangkan makanan utama. Sang manager yang tadi menyambut mereka di depan ikut masuk diikuti seorang pria berumur di belakangnya.

“Sayang,” pria itu langsung menghampiri mommy Angela dan memberikan ciuman di pipinya.

“Bon apetite tuan dan nyonya.” Sang manager tersenyum dan mempersilakan tamunya menikmati makan siang mereka.

Pria paruh baya tadi yang sudsh pasti adalah daddynya Devano langsung mengambil tempat duduk di sebelah mommy Angela berseberangan dengan Devano.

“Daddy,” sapa Devano.

“Hai boy.” balas daddy sambil tersenyum.

“Siang om,” Bianca menyapa dengan menganggukan kepalanya.

“Ini pasti Bianca ya ?” daddy nya Devano mengulurkan tangannya. “Harry, daddy nya Devano.”

Bianca cepat-cepat menerima uluran tangan daddy Harry dengan sopan.

“Bianca, om.”

Acara makan siang yang diselingi dengan percakapan ringan membawa kehangatan tersendiri untuk Bianca. Dia tidak menyangka bahwa keluarga Devano begitu menyenangkan tetapi kenapa sikap Devano justru seperti anak yang tidak bahagia. 30 menit kemudian pelayanan menghidangkan kembali makanan penutup.

“Ayo Bianca dimakan lagi ikannya,” mommy Angela memindahkan piring lauk berisi ikan saus mangga di depan Bianca.

“Maaf tante, saya benar-benar kenyang,” Bianca mengelus perutnya yang kekenyangan.

“Jangan malu-malu,” timpal daddy Harry.

“Cih mana mungkin anak begini malu-malu daddy,”

Devano yang sedari tadi banyak diam akhirnya bicara panjang juga.

“Kalau dia tahu malu nggak bakal duluan nyatakan cinta sama laki-laki.”

Blush !!

Wajah Bianca langsung memerah mendengar perkataan Devano. Sepotong mangga yang sedang dikunyahnya membuatnya tersedak. Buru-buru mommy Angela menyodorkan gelas minuman.

Daddy Harry yang mendengar perkataan anaknya langsung tertawa.

“Habis cowok yang disukain modelan kamu Van, yang kaku sama cuek,” sahut daddy Harry.

Devano hanya mendengus kesal mendengar perkataan daddynya. Bianca yang sudah menetralkan nafasnya menoleh menatap Devano.

“Terima kasih buat jawabannya,” ketus Bianca. “Lebih baik berani bicara daripada diam nggak jelas begitu. Sok laku,” Bianca mencebik. Entah keberanian darimana dia bisa menjawab pernyataan Devano.

“Memang penting harus menjawab semua pernyataan yang tidak penting ?” Devano melotot menatap Bianca.

“Ooo jadi buat kamu bicara soal perasaan nggak penting ? Kamu nggak punya hati ya ?” Bianca membalas pelototan Devano dengan tak kalah tajam.

“Kamu…” Devano mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangannya.

Mommy dan daddy yang sejak tadi menatap sambil mendengarkan perdebatan kedua anak muda itu akhirnya tertawa.

“Hati-hati loh Van, jangan terlalu kesal, nanti malah kamu jatuh cinta juga sama Bianca.” Goda mommy.

Blush !!

Lagi-lagi wajah Bianca dibuat panas dan memerah mendengar omongan mommy Angela.

“Jangan ke ge-eran,” ketus Devano. Bianca hanya diam saja dan melanjutkan menyantap hidangan penutup.

Akhirnya acara makan siang yang sedikit tegang itu berakhir. Devano yang awalnya berkeras mau ikut ke kantor daddynya akhirnya mengalah karena mommy Angela memaksa Devano yang mengantar Bianca ditemani sopir sementara mommy Angela malah ikut mobil daddy Harry.

“Terima kasih makan siangnya om, tante,” Bianca pamitan kepada orangtua Devano sebelum merek berpisah. Mommy Angela langsung memeluknya dan menepuk bahu Bianca pelan.

“Ingat, jangan biarinin Devano jadi kanebo kering di masa SMA nya. Basahin terus biar lebih berguna,” bisik mommy Angela pelan supaya tidak terdengar Devano yang masih memasang muka masam.

Bianca hanya tersenyum canggung. Misi yang nggak mungkin dijalanin, gumamnya dalam hati.

Melihat kelakuan Devano yang sangat tidak bersahabat sejak pulang dari sekolah membuat Bianca mengambil kesimpulan perasaan Devano yang berbanding terbalik dengan hatinya. Bianca sudah memutuskan untuk membuang jauh-jauh dan menghilangkan rasa sukanya pada Devano. Membiarkan hatinya terus menyukai Devano hanya akan melukainya di masa mendatang.

Bianca menarik nafas panjang dam berat sebelum

tanganny membuka pintu mobil. Dia duduk di belakang sementara Devano memilih tetap duduk di depan samping sopir. Padahal mommy Angela sempat berpesan agar Devano pindah duduk di belakang menemani Bianca.

Fixed ! Devano sama sekali tidak akan membuka hatinya untuk seorang Bianca. Tatapannya kosong keluar jendela samping sambil menopang dagunya.

“Rumah elo dimana ?” pertanyaan Devano memecah kesunyian setelah 10 menit mobil meninggalkan restoran.

“Gue berhenti di halte deket sekolah aja.”

“Nggak lewat sana lagi.” Jawab Devano ketus.

“Kalau begitu gue turun di halte terdekat aja dari sini,” Bianca menjawab dengan sedikit kesal menanggapi sikap Devano yang terkesan marah-marah.

“Nggak bisa !” Tolak Devano. “Pusing nanti dengerin mommy ngomel gara-gara nggak anterin elo pulang.”

“Kan kalo elo nggak omong sama mommy nggak masalah. Bisa tolong kan ya Pak ?” Bianca memajukan badannya di antara kursi depan dan menatap sopirnya Devano.

“Maaf saya nggak berani non,” jawab si sopir.

“Bisa nggak jangan membantah terus !” Devano memutar badannya menatap Bianca dengan tatapam tajam. “Tinggal sebutin aja susah amat.”

Bianca menarik nafas kesal dan akhirnya menyebutkan alamat rumahnya. Tidak lama mobil berhenti di depan gerbang rumahnya.

“Terima kasih, Pak,” Bianca pamit dengan sopir Devano yang dibalas dengan anggukan dan senyuman dari sopir.

“Sama-sama non.”

“Thankyou Van.” Bianca mengucapkan dari balik kirsi sementara tangan sebelahnya sudah membuka pintu.

Devano hanya diam saja dengan pandangan ke depan. Setelah menutup pintu Bianca berusaha mengetuk jendela namun mobil langsung berlalu begitu saja. Bianca mengomel sendiri. Devano bahkan tidak menjawab ucapannya yang berterima kasih dan tanpa basa basi langsung pergi meninggalkannya.

Bianca memejamkan mata sejenak sebelum berbalik dan memasuki gerbang. Niatnya ingin benar-benar membuang jauh-jauh cintanya untuk Devano tapi ada sedikit di sudut hatinya yang keberatan.

Bianca menggelengkan kepalanya sambil membuka pintu rumah yang ternyata tidak terkunci.

Semoga bisa ! HARUS BISA ! Tekadnya dalam hati.

Terpopuler

Comments

Emak Kam

Emak Kam

harus bisa Bianca,💪 reader padamu 😘

2023-05-03

1

Risna Wati

Risna Wati

bagus bian , cuekin ajaaaa

2023-03-04

1

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

wow..! ramah sekali keluarga Devano..

2023-02-20

4

lihat semua
Episodes
1 Surat Cinta
2 Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3 Bab 3 Devano vs Arya
4 Bab 4 Kecurigaan Della
5 Bab 5 Ketemu Si Centil
6 Bab 6 Buang atau Kenang
7 Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8 Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9 Bab 9 Curahan Hati Bianca
10 Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11 Bab 11 Ketemu Camer ?
12 Bab 12 Makan Siang
13 Bab 13 Terima Raport
14 Bab 14 Jangan Coba-Coba
15 Bab 15 PDKT yang Gagal
16 Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17 Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18 Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19 Bab 19 Biarkan Saja
20 Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21 Bab 21 Kecelakaan
22 Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23 Bab 23 Takdir Kita
24 Bab 24 Kesempatan
25 Bab 25 Arti Persahabatan
26 Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27 Bab 27 Rindu Papa
28 Bab 28 Tentang Arya
29 Bab 29 Aku Membencimu
30 Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31 Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32 Bab 32 Devano vs Bianca
33 Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34 Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35 Bab 35 Selamat Jalan
36 Bab 36 Selamat Tinggal
37 Bab 37 Seorang Van yang Lain
38 Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39 Bab 39 Menginap
40 Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41 Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42 Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43 Bab 43 Ketemuan di Mal
44 Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45 Bab 45 Persiapan Magang
46 Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47 Bab 47 Jalan Baeng Diana
48 Bab 48 Rahasia Devano
49 Bab 49 Mengungkapkan
50 Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51 Bab 51 Obrolan Empat Pria
52 Bab 52 Makan Malam
53 Bab 53 Drama Pagi Hari
54 Bab 54 Sang Pewaris
55 Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56 Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57 Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58 Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59 Bab 59 Kunjungan Sahabat
60 Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61 Bab 61 Bukan Prank ?
62 Bab 62 Ke Kantor Arya
63 Bab 63 Melepasmu
64 Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65 Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66 Bab 66 Pamitan
67 Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68 Bab 68 Permintaan Desta
69 Bab 69 Permintaan yang Sulit
70 Bab 70 Pertemuan di Mal
71 Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72 Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73 Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74 Bab 74 Tidak Rela
75 Bab 75 Gagal Fokus
76 Bab 76 Macan Ompong
77 Bab 77 Obrolan Sore
78 Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79 Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80 Bab 80 Para Mantan Penggemar
81 Bab 81 Curahan Hati Devano
82 Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83 Bab 83 Cemburunya Devano
84 Bab 84 Jangan Buat Baper
85 Bab 85 Beri Aku Waktu
86 Bab 86 Mendadak Pulang
87 Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88 Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89 Bab 89 Nasehat Para Mama
90 Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91 Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92 Bab 92 Maunya Calon Suami
93 Bab 93 Para Sahabat
94 Bab 94 Undangan Lamaran
95 Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96 Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97 Bab 97 Tiga Bulan
98 Bab 98 Semakin Mencintaimu
99 Bab 99 POV Devano
100 Bab 100 Hari Bahagia
101 Ucapan Terima Kasih
102 Promo Novel Baru
103 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Surat Cinta
2
Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3
Bab 3 Devano vs Arya
4
Bab 4 Kecurigaan Della
5
Bab 5 Ketemu Si Centil
6
Bab 6 Buang atau Kenang
7
Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8
Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9
Bab 9 Curahan Hati Bianca
10
Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11
Bab 11 Ketemu Camer ?
12
Bab 12 Makan Siang
13
Bab 13 Terima Raport
14
Bab 14 Jangan Coba-Coba
15
Bab 15 PDKT yang Gagal
16
Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17
Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18
Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19
Bab 19 Biarkan Saja
20
Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21
Bab 21 Kecelakaan
22
Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23
Bab 23 Takdir Kita
24
Bab 24 Kesempatan
25
Bab 25 Arti Persahabatan
26
Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27
Bab 27 Rindu Papa
28
Bab 28 Tentang Arya
29
Bab 29 Aku Membencimu
30
Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31
Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32
Bab 32 Devano vs Bianca
33
Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34
Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35
Bab 35 Selamat Jalan
36
Bab 36 Selamat Tinggal
37
Bab 37 Seorang Van yang Lain
38
Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39
Bab 39 Menginap
40
Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41
Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42
Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43
Bab 43 Ketemuan di Mal
44
Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45
Bab 45 Persiapan Magang
46
Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47
Bab 47 Jalan Baeng Diana
48
Bab 48 Rahasia Devano
49
Bab 49 Mengungkapkan
50
Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51
Bab 51 Obrolan Empat Pria
52
Bab 52 Makan Malam
53
Bab 53 Drama Pagi Hari
54
Bab 54 Sang Pewaris
55
Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56
Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57
Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58
Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59
Bab 59 Kunjungan Sahabat
60
Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61
Bab 61 Bukan Prank ?
62
Bab 62 Ke Kantor Arya
63
Bab 63 Melepasmu
64
Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65
Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66
Bab 66 Pamitan
67
Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68
Bab 68 Permintaan Desta
69
Bab 69 Permintaan yang Sulit
70
Bab 70 Pertemuan di Mal
71
Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72
Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73
Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74
Bab 74 Tidak Rela
75
Bab 75 Gagal Fokus
76
Bab 76 Macan Ompong
77
Bab 77 Obrolan Sore
78
Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79
Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80
Bab 80 Para Mantan Penggemar
81
Bab 81 Curahan Hati Devano
82
Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83
Bab 83 Cemburunya Devano
84
Bab 84 Jangan Buat Baper
85
Bab 85 Beri Aku Waktu
86
Bab 86 Mendadak Pulang
87
Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88
Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89
Bab 89 Nasehat Para Mama
90
Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91
Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92
Bab 92 Maunya Calon Suami
93
Bab 93 Para Sahabat
94
Bab 94 Undangan Lamaran
95
Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96
Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97
Bab 97 Tiga Bulan
98
Bab 98 Semakin Mencintaimu
99
Bab 99 POV Devano
100
Bab 100 Hari Bahagia
101
Ucapan Terima Kasih
102
Promo Novel Baru
103
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!