Mia yang memang berasal dari keluarga kaya menghabiskan liburannya kali ini ke Korea, Della menemani mama nya berlibur ke Jogjakarta tempat tinggal omanya, sementara Bianca hanya menghabiskan waktu liburannya di rumah, membantu sang mama menyelesaikan pesanan kue yang cukup berlimpah karena bertepatan dengan hari raya Idul Fitri di awal bulan Juli.
“Bi,” mama Lisa mengetuk kamar Bianca yang baru 30 menit lalu meninggalkan dapur setelah menyelesaikan adonan nastar terakhir masuk ke dalam open.
Tidak mendapat sahutan atau respon, mama Lisa langsung membuka kamar. Diedarkan pandangannya karena mendapati kamar Bianca sepi tidak ada penghuninya.
“Bi, Bian,” panggil mama Lisa.
“Ada apa ma ?” Sahutan Bianca bukan dari dalam kamar melainkan dari belakang badan mama Lisa yang membuat beliau sempat kaget.
“Duh Bi, kagetin aja,” mama Lisa mengelus dadanya.
“Kan mama panggil,” Bianca menatap kebingungan. “Bianca habis mandi lagi, gerah dan lengket.”
“Ada Arya tuh di bawah,” mama Lisa berbalik dan melangkah meninggalkan Bianca.
“Ngapain ma ? Kagak janjian,” Bianca masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
“Mana mama tahu Bibi,” mama menoel pipi Bianca gemas. “Yang pasti bukan mau melamar kamu sih, soalnya tadi nggak bilang apa-apa sama mama,” mama Lisa mengedipkan matanya sebelah dan melangkah menuruni tangga sambil tertawa kecil.
“Tapi kalo mau melamar kamu, kayaknya mama sama papa bakalan terima,” mama berhenti sejenak di tangga dan menoleh ke Bianca, menggoda anak sulungnya sambil tertawa.
“Mama apaan sih,” Bianca langsung cemberut.
Mama Lisa hanya mengangkat kedua bahunya dan masih tertawa kecil meneruskan langkahnya menuju dapur.
Lima menit kemudian Bianca sudah di ruang tamu menemui Arya yang sedang memainkan ponselnya.
“Tumben Ya, ada hal penting ?” Bianca langsung mendudukan bokongnya ke salah satu sofa berseberangan dengan Arya.
“Memang kalau ada hal penting doang baru boleh datang ?” Arya menatap Bianca dengan menautkan alisnya sementara yang ditatap hanya tertawa kecil.
“Kamu sibuk Bi ?”
Bianca mengangguk, tangannya membuka salah satu toples yang ada di meja. Kue nastar hasil karyanya bersama mama.
“Cobain, Ya, home made nih, siapa tahu cocok bisa jadi langganan.” Bianca menyodorkan toples yang sudah dibukanya. Arya mencomot satu kue dan langsung memakan seluruhnya. Ekspresinya dibuat seserius mungkin seakan sedang menilai nastar yang mulai lumer di mulutnya.
“Enak banget Bi, memang kamu jualan ?”
Bianca menggangguk lagi, “Sesuai pesanan doang, mumpung menjelang hari raya, lumayan pesanannya.”
Tanpa malu-malu Arya mengambil lagi nastar yang ada di dalam toples hingga beberapa kali.
“Hari ini gratis, besok bayar Bang,” goda Bianca sambil tertawa.
“Duh tega banget sama calon suami,” balas Arya yang langsung membuat mata Bianca melotot. “Seharusnya bahagia soalnya calon suami doyan banget buatan calon istrinya.”
Bianca melempar salah satu bantal yang ada di sofa.
“Siapa yang minat jadiin elo calon suami,” Bianca mengomel. Arya tertawa melihat ekspresi Bianca.
“Jangan suka cemberut begitu, bikin hati tambah meleleh dan makin jatuh cinta,” Arya beranjak bangun hendak mengacak-acak rambut Bianca. Reflek Bianca segera bergerak ke kiri menghindar.
“Sejak kapan Arya si manusia es bisa gombal ?” Bianca mencibir. Dia masih menggeser posisinya menghindari Arya yang masih mencoba menyentuh rambutnya.
“Sejak jatuh hati sama seorang Bianca,” sahut Arya dengan muka serius. Tangannya terhenti dan tidak lagi berusaha menggapai rambut Bianca. Sedikit hatinya tercubit. Bianca menghindar, apa mungkin karena belum bisa menggeser nama Devano dari hatinya ?
Mendadak suasana jadi hening. Arya kembali duduk di posisinya semula, sementara Bianca yang duduk di seberangnya pindah posisi agak menjauh. Bianca sedang memikirkan candaan Arya yang terdengar serius di telinganya. Akan lebih baik jika Bianca mulai menjaga sikap supaya Arya tidak salah sangka dan memupuk perasaannya pada Bianca.
Sementara Arya juga hanyut dengan pikirannya. Penolakan halus Bianca sepertinya menggambarkan perasaan Bianca sesungguhnya. Semakin Arya gencar menyatakan perasaannya, semakin Bianca menjauh darinya.
“Eheheemm,” mama Lisa masuk ke ruang tamu dengan 2 gelas es jeruk di tangannya.
“Bi, masa tamunya nggak dikasih minum.” Mama Lisa meletakkan gelasnya di meja.
“Terima kasih Tante,” dengan sopan Arya mengucapkan terima kasih sambil menganggukan kepalanya pelan.
“Lanjut deh ngobrolnya, tante beresin kue dulu.” Mama Lisa yang sempar duduk dekat Bianca beranjak bangun dan meninggalkan mereka.
“Bi.”
“Arya.”
Keduanya berbarengan saling memanggil nama.
“Kamu duluan Bi.”
“Kamu aja Arya yang duluan omong.”
“Ladies first, Bi,” Arya berusaha tersenyum untuk menetralkan hatinya.
“Kamu dulu, kalau nggak mau aku nggak jadi omong,” sahut Bianca.
Arya menarik nafas panjang dan berat sambil mengumpulkan keberaniannya.
“Sebenarnya… sebenernya…” Arya menarik nafas panjang kembali. “Boleh gue tanya hal yang pribadi, Bi ?”
“Apaan ?”
“Elo beneran udah buang perasaan suka elo sama Devano atau …”
Bianca mengulurkan tangannya memberi tanda Arya untuk menghentikan omongannya.
“Tolong jangan sebut-sebut nama Devano dalam obrolan kita ya. Udah nggak penting, udah basi, udah lewat,” sahut Bianca cepat.
“Kalo gitu boleh gue yang suka sama elo ?” Arya menatap mata Bianca dalam-dalam. Sepersekian detik Bianca membalas tatapan Arya lalu memutusnya dan mengalihkan pandangan ke arah lain.
“Sorry,” lirihnya pelan. “Gue memang udah buang jauh-jauh rasa gue ke Devano, tapi gue juga janji sama diri sendiri dulu nggak mau lagi belajar pacaran dulu selama sekolah.”
“Berarti kalau udah lulus elo bisa membuka hati elo Bi ?”
Bianca memggeleng cepat. Jemarinya sempar meremas ujung kaosnya. Arya masih menatap Bianca yang tertunduk. Arya sedikit maju dari duduknya dan berusaha meraih jemari Bianca namun segera Bianca memindahkan tangannya ke sisi kiri dan kanan.
“Sorry Ya, kalaupun iya, gue nggak mau sama orang-orang yang ada dalam lingkaran Devano apalagi sahabatnya. Pantang buat gue,” Bianca yang sudah menetralisir perasaannya kembali menatap Arya dam tersenyum tipis.
“Nggak adil kalau begitu Bi,” protes Arya.
“Mau adil atau nggak, mau baik atau nggak, yang penting itu suara hati dan keputusan gue. Tolong elo hargai privasi gue, Ya.”
“Bi, setiap orang berhak menyukai siapapun selagi bukan merebut sifatnya,” protes Arya dengan suara sedikit meninggi.
“Memang bener Ya. Prinsipnya gue nggak mau lagi mulai yang namanya jatuh cinta dan pacaran sampai minimal lulus SMA ini.”
“Bi..” Arya ingin protes kembali tapi dihentikan oleh gerakan tangan Bianca.
“Tolong hargain keputusan gue, Arya. Kejadian Devano membuat gue sadar bagaimana harus menempatkan diri dan hati ke depannya.” Bianca menjelaskan sambil tersenyum kecut.
“Thanks a lot atas ungkapan hati elo saat ini. Tapi sorry banget, gue bukan hanya nggak siap tapi juga nggak minat menjalin hubungan sama siapapun saat ini.”
Bianca menatap Arya yang menundukkan kepalanya dengan ekspresi kecewa.
“Seandainya gue datang lebih dulu sebelum kejadian Devano, apa elo menerima gue ?” Arya membalas tatapan Bianca.
“Arya, soal hati nggak bisa dipaksain. Jujur gue udah suka sama Devano sejak kelas 8, jadi kalaupun elo mengungkapkan perasaan sebelum kejadian kemarin, nggak akan mengubah apa-apa.”
Suasana kembali hening. Bianca menggeser duduknya persis berseberangan dengan Arya.
“Arya,” Bianca memanggil pelan. Arya menoleh sekilas lalu membuang pandangannya ke arah lain.
“Gue merasa tersanjung elo punya perasaan khusus buat gue. Siapa yang nggak kenal Arya, cowok sedingin es yang selalu jadi incaran cewek-cewek cantik di sekolah.”
Arya masih belum memberikan tanggapan apa-apa. Raut wajahnya yang tadi kesal sekarang berubah datar dan kaku kembali seperti biasanya di sekolah.
“Gue balik dulu,” Arya beranjak bangun dan mengambil kunci motornya dari atas meja.
Tanpa pamitan dengan mama Lisa, Arya langsung menuju pintu dan membukanya dengan sedikit kasar.
“Arya,” Bianca mencekal lengannya sebelum Arya melewati pintu. “Jangan berkendara dalam keadaan emosi begini. Bahaya !”
Arya menoleh dan menatap Bianca dengan perasaan luka membuat Bianca yang membalas tatapannya menjadi tidak enak hati.
“Tunggu sebentar,” Bianca melepaskan cekalannya. Dia berjalan ke meja dan mengambil segelas air jeruk yang disiapkan mama Lisa.
“Minumlah biar hatimu sedikit tenang,” Bianca menyodorkan gelas ke arah Arya. Laki-laki itu terdiam sejenak. Pandangannya menatap Bianca dengan penuh kekecewaan. Bianca meraih tangan Arya untuk memegang gelas es jeruk.
“Rasanya naif kalo gue omong seneng punya temen kayak elo,” tutur Bianca saat Arya akhirnya menurut menerima gelas es jeruk dan mulai meminumnya.
“Tapi gue sadar akan sulit sekarang buat kita tetap berteman. Terima kasih buat beberapa waktu ini selalu jadi malaikat penolong gue saat menghadapi persoalan Devano.” Bianca menatap tulus ke Arya yang akhirnya menghabiskan segelas es jeruk yang disodorkan Bianca.
“Setulus hati gue bener-bener berterima kasih Arya,” Bianca tersenyum manis.
Arya hanya menatapnya sekilas. Tatapannya berubah datar dan dingin. Tanpa menanggapi perkataan Bianca, dia segera mengambil helm dan memakainya lalu memacu motornya meninggalkan rumah Bianca.
Bianca masih berdiri di pintu masuk sampai akhirnya tepukan mama Lisa membangunkan lamunannya.
“Kenapa ?” hanya pertanyaan singkat dari mama Lisa.
Bianca menggeleng sambil tersenyum.
“Habis nolak cowok, ma,” Bianca bergelayut di tangan mama Lisa.
“Nggak nyesel ?” Mama Lisa menggodanya.
“Nggak ma,” Bianca menggeleng lagi. “Lebih baik jujur tapi menyakitkan di awal daripada pura-pura bahagia tapi malah menyakiti berkepanjangan.”
“Duh kayak orang bijak aja nih,” mama Lisa menoel hidung Bianca.
“Kalau soal hati kan nggak bisa dipaksa ma.”
Mama Lisa hanya manggut-manggut mendengarkan curahan hati putri sulungnya. Bianca masih bergelayut manja dan sekali-sekali menyenderkan kepala di bahu mama Lisa.
“Beresin dulu tuh gelas di meja,” mama Lisa menunjuk satu gelas yang ada di meja, sementara satu lagi dipegang Bianca bekas Arya tadi.
“Siap mama sayang,” Bianca melepaskan tangannya dan bergegas mengangkat gelas es jeruk lalu menenggaknya sampai habis.
Mama Lisa hanya tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Bianca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Tieny Roesmiasih
aq suka bngt sm ceritanya 💖 Susunan kalimatnya teratur.. alur ceritanya nyaman dinikmati.. ada greget dlm setiap partnya 😍💖😍 Pokoknya bikin candu.. pengen terus baca dn baca lg. berenti klo hp lobet atw bener² ngantuk. Semangat ya neeng 💪💖💪
2023-05-04
1
❀𝕴𝖒𝖆 𝕶𝖎𝖓𝖆𝖓𝖌𝖌𝖎❀
OVEN barangkali ya thor,bukan OPEN
2023-02-10
2
Rahmawaty❣️
Mau menjelang hr raya . Trs puasa nya kpn ??? Hrs nya puasa dlu😅
2023-01-15
2