Bab 11 Ketemu Camer ?

Jam 6.20’Bianca sudah siap lengkap dengan seragamnya. Dia menarik nafas panjang sebelum keluar kamar. Bingung mau kasih alasan apa ke mama dan papa yang tahunya hari ini sekolah libur, tapi Bianca malah sudah siap berangkat ke sekolah lengkap dengan seragamnya. Tarikan nafas berat untuk kedua kalinya, malas karena harus berurusan dengan ruangan BK gara-gara surat cinta. Duh nyebelin, Bianca memukul pelan kepalanya.

“Huufff harus dihadapi dan diberesin,” Bianca bicara pada dirinya sendiri sambil mengepalkan tangan memberi semangat pada dirinya sendiri.

“Loh kok pake seragam ? Bukannya hari ini libur ?” Mama Lisa yang sedang memoles roti untuk papa Indra menatap Bianca yang duduk di salah satu kursi dengan alis berkerut. Papa yang baru saja menyeruput kopinya ikut menatap anak sulungnya.

“Ada tugas harus ketemu guru, ma.” Bianca mengambil selembar roti dan mulai memolesnya.

“Kamu nggak ada masalah di sekolah kan Bi ?” lagi-lagi mama Lisa bertanya dengan pandangan sedikit curiga.

Bianca menggeleng karena mulutnya penuh dengan roti.

“Boleh nebeng hari ini, pa ?”

Papa Indra melirik jam tangannya dan mengangguk.

”Jalan sekarang kalau gitu ya, papa harus siapin bahan meeting pagi ini.”

“Bye mama, aku ke sekolah dulu. Nggak sampai sore kok,” Bianca mencium pipi mama Lisa sambil berpamitan. Mama cuma mengangguk dan mengantar sampai ke depan pintu.

20 menit kemudian, mobil yang ditumpangi Bianca sampai di sekolah.

“Kok sepi Bi ?” Papa menoleh ke arah Bianca karena mendapati tidak banyak mobil yang terparkir di halaman sekolah.

“Memang libur pa, cuma ada beberapa anak yang diminta datang untuk tugas.”

“Nggak ada hubungannya sama pelajaran kan ?” Papa menautkan alisnya, curiga. Bianca hanya menggeleng sambil tersenyum lebar.

“Makasih Pa,” Bianca mencium pipi kiri papa Indra. Segera dia keluar dan melambaikan tangannya dan berlalu setelah mobil sang papa keluar dari gerbang sekolah.

Di ujung tangga, Bianca menarik nafas berat lagi. Dia mengedarkan pandangannya. Sepi. Hatinya tambah tidak karuan. Langkahnya berat saat memasuki ruangan BK. Bianca mengetuk pintu.

“Masuk !” sahutan dari dalam terdengar. Bianca menarik nafas panjang sambil membuka pintu.

“Selamat pagi,” sapanya. Pandangannya beredar menatap satu persatu sambil menganggukan kepalanya pelan sebagai tanda hormat. Ada Pak Budi, sang kepsek, Bu Yuli selaku walasnya, Ibu Emi guru BK, Devano dan di sebelahnya seorang ibu dengan penampilan elegan yanh tidak dikenalnya.

“Duduk Bianca,” Bu Yuli mempersilakan Bianca duduk di salah satu kursi dan dipilihnya tempat yang sejajar dengan Bu Yuli.

“Kamu sudah tidak apa-apa ?” Bu Yuli memegang tangan Bianca dan sedikit meremasnya.

“Eh … ngg… nggak apa-apa, Bu. Terima kasih kemarin sudah diijinkan pulang.” Bianca merasa sangat gugup apalagi ibu yang duduk di sebelah Devano menghentikan perbincangannya dengan Pak Budi dan menatapnya.

Tiba-tiba ibu tadi bangun dari kursinya dan duduk di sebelah Bianca, membuat gadis itu semakin tidak karuan. Dugaannya ibu itu adalah mamanya Devano dan Bianca sudah siap-siap dimarahi karena ketahuan mengirimkan surat cinta untuk anaknya.

“Kamu yang namanya Bianca ?” Suara tegas terdengar dari mulut sang ibu. Bianca yang masih dalam posisi menunduk hanya menggangguk pelan.

“Devan sudah menjawab surat kamu ?” ibu tadi kembali bertanya.

“Mommy !” suara Devano yang selanjutnya terdengar sedikit keras. Sang ibu malah tertawa pelan.

“Ehh.. nggg… maaf tante,” Bianca yang merasakan gugup bingung harus bicara apa.

Ibu itu yang dipanggil mommy meraih jemari Bianca yang sudah tidak lagi digenggam Bu Yuli. Bianca masih menunduk kembali. Pelan, mommy Devano meraih dagu Bianca dan mengangkat wajahnya.

“Jangan menunduk terus nanti pegel,” mommy Devano tertawa kecil. “Kamu keren, baru kali ini Devano sampai dipanggil ke sekolah gara-gara surat cinta.”

“Mommy…. “ Devano terlihat kesal dengan omongan mommy nya.

“Sabar-sabar ya sama Devano, memang orangnya kaku kayak daddy nya. Hmmm… istilah sekarang kanebo kering,” mommy Devano tertawa lagi. Kali ini guru-guru yang ada di ruangan itu ikut tertawa. Bianca ikut tersenyum kecut. Sementara Devano memasang ekspresi kesal karena jadi bulan-bulanan mommynya.

“Oh ya kita belum kenalan ya,” sang mommy mengulurkan tangannya. “Saya Angela, saya mommy nya Devano.”

“Bianca, tante,” Bianca membalas uluran tangan mommy Angela sambil tersenyum kecil.

“Manis,” spontan mommy Angela memuji Bianca. “Kamu kalau beneran suka sama Devano gas poll ya, jangan kasih kendor,” bisik mommy Angela pelan di telinga Bianca sambil terkekeh. Bianca membalasnya dengan senyuman yang dipaksakan.

Pembicaraan tidak dilanjutkan karena pintu kembali diketok. Ternyata Nindi yang datang bersama mamanya. Melihat tatapan mata mamanya Nindi, tidak aneh jika anaknya memiliki sikap arogan dan tidak mau kalah. Setelah berbasa-basi sejenak, Bu Emi selaku guru BK memulai pembicaraan serius.

“Jadi intinya Bu, tindakan Nindi yang mengganggu ketertiban sekolah diharapkan tidak akan terulang ke depannya. Apalagi anak-anak kan naik ke kelas 12, jadi…”

“ Kenapa hanya anak saya yang disalahkan Bu ? Terus dia…” mamanya Nindi menunjuk ke arah Bianca. “Bukannya dia juga melakukan hal yang mengganggu ketertiban karena masih sekolah aja udah berani-berani surat-suratan cinta segala.” Dia mencebik ke arah Bianca. Nindi pun menatap tajam ke arah gadis itu.

“Bu, kalau masalah surat cinta sudah umum di kalangan SMA,” Bu Yuli menengahi. “Pacaran juga nggak dilarang selama masih batas wajar dan tidak mengganggu proses belajar mengajar.”

“Tapi kenyataannya membuat heboh kan satu sekolah ?“ mulut tajam mamanya Nindi terus protes.

Devano dan mommy Angela sementara hanya diam

dan menatap dengan seksama kelakuan Nindi dan mamanya. Semua penjelasan Bu Yuli dan Bu Emi disanggah dengan nada arogan.

“Pak tolong dibereskan saja. Ini bukan acara debat capres.” Mommy Angela yang mulai gerah akhirnya mulai buka suara dan menatap Pak Budi selaku kepala sekolah. Pak Budi mengangguk.

“Jadi begini Bu…” Pak Budi menatap mamanya Nindi bermaksud menanyakan namanya.

“Gita Pak,” mamanya Nindi menyahut cepar.

“Intinya Bu, kami mempertemukan ketiganya supaya tidak ada salah paham lagi dan mereka saling berdamai. Bukan mencari siapa yang salah dan benar.”

“Tapi Pak..” mama Gita sudah siap-siap protes kembali tapi keburu dipotong oleh mommy Angela.

“Jeng, masalah ini hanya sepele bukan yang berat-berat amat. Masalah siapa mau cinta siapa itu hak mereka, tapi tolong pihak yang tidak kebagian cinta ya harus terima dengan lapang dada,” mommy Angela dengan suara tegasnya membuar semua diam. Pandangannya yang sedikit tajam menatap Nindi yang akhirnya menundukkan kepala.

“Tapi…” mama Gita sudah siap-siap protes kembali.

“Saya sebagai mommy nya Devano tidak keberatan anak saya menerima surat cinta dari siapapun. Yang saya tidak terima kalau ada anak gadis yang coba mengklaim anak saya hanya sebagai miliknya hingga menghalangi kebebasan anak saya !” Kini pandangan mommy Angela menusuk mama Gita.

“Biarkan anak-anak muda menikmati masa remaja mereka sewajarnya. Beda kondisi kalau mereka sudah menikah,” lanjut mommy Angela.

Akhirnya setelah dibicarakan oleh Pak Budi dan Bu Emi, ketiga siswa siswi SMA Dharma Bangsa itupun bersalaman. Kejadian yang sempat bikin heboh kemarin diharapkan tidak terulang kembali, dan secara khusus Nindi diminta untuk menandatangani surat perjanjian dengan guru BK untuk tidak lagi menganggu kegiatan sekolah dan menggunakan fasilitas sekolah untuk urusan pribadinya apalagi sampai membuat kacau acara sekolah.

Mama Gita dengan wajah arogannya sebetulnya tidak terima dengan keputusan dari pihak sekolah karena hanya anaknya yang diminta melanandatangani surat perjanjian dengan sekolah. Tanpa berpamit pada mommy Angela dan Pak Budi yang berdiri bersisian, dia meninggalkan ruangan diikuti Nindi dengan ocehan yang tidak jelas.

“Well kalau begitu, saya pamit juga Pak Budi. Terima kasih karena sudah diselesaikan dengan baik,” mommy Angela mengulurkan tangannya yang disambut oleh Pak Budi.

“Terima kasih juga waktunya Bu Angela,” Pak Budo sedikit mengangguk. Mommy Angela bersalaman juga dengan Bu Yuli dan Bu Emi. Sekarang posisinya berdiri di depan Bianca.

“Manis, kamu pulang sama siapa ?” tanyanya pada Bianca yang menunduk.

“Jangan kebanyakan nunduk,”mommy Angela mengangkat dagu Bianca. “Jangan biarkan orang menindasmu untuk hal-hal yang tidak kamu perbuat.”

Senyum manis mommy Angela membuat Bianca mengangguk pelan dan ikut tersenyum tipis.

“Terima kasih Tante.”

“Yuk biar Devano anter kamu pulang.” Mommy Angela menggandeng tangan Bianca.

“Mommy !” protes Devano.

“Eh, nggak usah tante,” Bianca menolak halus. “Saya sudah biasa pulang sendiri.”

Mommy Angela hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya ke Pak Budi, Bu Yuli dan Bu Emi kemudian keluar dari ruangan.

Sampai di halaman sekolah, mobil mommy Angela sudah menunggu dengan sopir. Devano berjalan mengikuti di belakang sang mommy dan Bianca.

Bianca sendiri enggan ikut pulang bersama dengan mommy Angela, apalagi melihat sikap Devano yang terkesan kesal, marah dan tidak suka. Mau menolak tapi tangan mommy Angela masih menggandengnya hingga tiba di depan pintu mobil.

Akhirnya Bianca hanya pasrah setelah pintu terbuka dan mommy Angela masuk terlebih dahulu dan meminta Bianca masuk kemudian. Devano yang masih memasang wajah tidak bersahabat berjalan dan duduk di kursi depan sebelah sopir.

Terpopuler

Comments

Fajar Ayu Kurniawati

Fajar Ayu Kurniawati

.

2023-06-19

0

sifra medline

sifra medline

wekaweka

2023-06-01

1

Papa Yuang Khe

Papa Yuang Khe

pihak yg tdk kBgian Cinta HRS trrima dgn lPang Dada alias tau diri, ckckckck mantul ini Kata-katanya kak

2023-05-19

1

lihat semua
Episodes
1 Surat Cinta
2 Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3 Bab 3 Devano vs Arya
4 Bab 4 Kecurigaan Della
5 Bab 5 Ketemu Si Centil
6 Bab 6 Buang atau Kenang
7 Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8 Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9 Bab 9 Curahan Hati Bianca
10 Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11 Bab 11 Ketemu Camer ?
12 Bab 12 Makan Siang
13 Bab 13 Terima Raport
14 Bab 14 Jangan Coba-Coba
15 Bab 15 PDKT yang Gagal
16 Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17 Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18 Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19 Bab 19 Biarkan Saja
20 Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21 Bab 21 Kecelakaan
22 Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23 Bab 23 Takdir Kita
24 Bab 24 Kesempatan
25 Bab 25 Arti Persahabatan
26 Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27 Bab 27 Rindu Papa
28 Bab 28 Tentang Arya
29 Bab 29 Aku Membencimu
30 Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31 Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32 Bab 32 Devano vs Bianca
33 Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34 Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35 Bab 35 Selamat Jalan
36 Bab 36 Selamat Tinggal
37 Bab 37 Seorang Van yang Lain
38 Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39 Bab 39 Menginap
40 Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41 Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42 Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43 Bab 43 Ketemuan di Mal
44 Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45 Bab 45 Persiapan Magang
46 Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47 Bab 47 Jalan Baeng Diana
48 Bab 48 Rahasia Devano
49 Bab 49 Mengungkapkan
50 Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51 Bab 51 Obrolan Empat Pria
52 Bab 52 Makan Malam
53 Bab 53 Drama Pagi Hari
54 Bab 54 Sang Pewaris
55 Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56 Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57 Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58 Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59 Bab 59 Kunjungan Sahabat
60 Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61 Bab 61 Bukan Prank ?
62 Bab 62 Ke Kantor Arya
63 Bab 63 Melepasmu
64 Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65 Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66 Bab 66 Pamitan
67 Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68 Bab 68 Permintaan Desta
69 Bab 69 Permintaan yang Sulit
70 Bab 70 Pertemuan di Mal
71 Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72 Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73 Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74 Bab 74 Tidak Rela
75 Bab 75 Gagal Fokus
76 Bab 76 Macan Ompong
77 Bab 77 Obrolan Sore
78 Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79 Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80 Bab 80 Para Mantan Penggemar
81 Bab 81 Curahan Hati Devano
82 Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83 Bab 83 Cemburunya Devano
84 Bab 84 Jangan Buat Baper
85 Bab 85 Beri Aku Waktu
86 Bab 86 Mendadak Pulang
87 Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88 Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89 Bab 89 Nasehat Para Mama
90 Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91 Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92 Bab 92 Maunya Calon Suami
93 Bab 93 Para Sahabat
94 Bab 94 Undangan Lamaran
95 Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96 Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97 Bab 97 Tiga Bulan
98 Bab 98 Semakin Mencintaimu
99 Bab 99 POV Devano
100 Bab 100 Hari Bahagia
101 Ucapan Terima Kasih
102 Promo Novel Baru
103 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Surat Cinta
2
Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3
Bab 3 Devano vs Arya
4
Bab 4 Kecurigaan Della
5
Bab 5 Ketemu Si Centil
6
Bab 6 Buang atau Kenang
7
Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8
Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9
Bab 9 Curahan Hati Bianca
10
Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11
Bab 11 Ketemu Camer ?
12
Bab 12 Makan Siang
13
Bab 13 Terima Raport
14
Bab 14 Jangan Coba-Coba
15
Bab 15 PDKT yang Gagal
16
Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17
Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18
Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19
Bab 19 Biarkan Saja
20
Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21
Bab 21 Kecelakaan
22
Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23
Bab 23 Takdir Kita
24
Bab 24 Kesempatan
25
Bab 25 Arti Persahabatan
26
Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27
Bab 27 Rindu Papa
28
Bab 28 Tentang Arya
29
Bab 29 Aku Membencimu
30
Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31
Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32
Bab 32 Devano vs Bianca
33
Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34
Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35
Bab 35 Selamat Jalan
36
Bab 36 Selamat Tinggal
37
Bab 37 Seorang Van yang Lain
38
Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39
Bab 39 Menginap
40
Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41
Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42
Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43
Bab 43 Ketemuan di Mal
44
Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45
Bab 45 Persiapan Magang
46
Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47
Bab 47 Jalan Baeng Diana
48
Bab 48 Rahasia Devano
49
Bab 49 Mengungkapkan
50
Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51
Bab 51 Obrolan Empat Pria
52
Bab 52 Makan Malam
53
Bab 53 Drama Pagi Hari
54
Bab 54 Sang Pewaris
55
Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56
Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57
Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58
Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59
Bab 59 Kunjungan Sahabat
60
Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61
Bab 61 Bukan Prank ?
62
Bab 62 Ke Kantor Arya
63
Bab 63 Melepasmu
64
Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65
Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66
Bab 66 Pamitan
67
Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68
Bab 68 Permintaan Desta
69
Bab 69 Permintaan yang Sulit
70
Bab 70 Pertemuan di Mal
71
Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72
Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73
Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74
Bab 74 Tidak Rela
75
Bab 75 Gagal Fokus
76
Bab 76 Macan Ompong
77
Bab 77 Obrolan Sore
78
Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79
Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80
Bab 80 Para Mantan Penggemar
81
Bab 81 Curahan Hati Devano
82
Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83
Bab 83 Cemburunya Devano
84
Bab 84 Jangan Buat Baper
85
Bab 85 Beri Aku Waktu
86
Bab 86 Mendadak Pulang
87
Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88
Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89
Bab 89 Nasehat Para Mama
90
Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91
Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92
Bab 92 Maunya Calon Suami
93
Bab 93 Para Sahabat
94
Bab 94 Undangan Lamaran
95
Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96
Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97
Bab 97 Tiga Bulan
98
Bab 98 Semakin Mencintaimu
99
Bab 99 POV Devano
100
Bab 100 Hari Bahagia
101
Ucapan Terima Kasih
102
Promo Novel Baru
103
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!