Bab 4 Kecurigaan Della

Sabtu tanpa kegiatan ekskul. Bianca tetap bangun pagi seperti biasanya membantu mamanya mengerjakan pekerjaan rumahtangga. Keluarganya yang hidup sederhana dengan hanya mengandalkan gaji papanya seorang. Untuk berhemat, mama Lisa dibantu papa Indra dan kedua anak mereka Bianca dan Bernard, bahu membahu mengerjakan pekerjaan rumah tangga tanpa bantuan asisten rumahtangga.

Bianca dan Bernard hanya terpaut 2 tahun, jadi saat ini Bernard yang baru saja lulus SMP memilih masuk SMA negeri favorit di kotanya. Cita-citanya ingin kuliah kedokteran di PTN membuatnya memilih meneruskan ke sekolah negeri hingga tidak satu sekolah dengan Bianca yang saat ini bersekolah di SMA Swasta yang cukup terkenal di kota mereka lewat jalur prestasi. Bianca memang tidak terlalu pandai dalam hal akademik, meski bukan peringkat paling bawah. Posisinya hanya cukup puas di kisaran 15 besar. Tapi prestasinya di bidang tarik suara dan menulis tidak diragukan lagi sehingga dia bisa masuk di SMA favorit lewat jalur prestasi.

Ting Ting

Suara ponsel Bianca yang diletakkan di meja dapur berbunyi, tanda ada pesan masuk. Bianca yang sudah selesai membersihkan dapur dan membantu mama menyiapkan makan siang menghentikan aktivitasnya dan melirik handphonenya. Grup Calami (Bianca, Della dan Mia)

MIA

Girls, jalan yuukkksss… Traktiran fullboard, makan, nonton, jalan-jalan😍😍

DELLA

Uluhuluh yang tambah tua hari ini 😎😎

Selamat ultah bestie paling centil, bawel dan kepo 🎂🎂🎂

Bianca menepuk jidatnya begitu membaca isi pesan di grupnya.

“Duh bisa lupa hari ini si bawel ulangtahun,” gumamnya.

MIA

Bibi Bian kok kagak nongol-nongol 🥺🥺

@Della : terima kasih sahabat perkasaku 😅😅😝🙏

BIANCA

Maap 🙏Maap 🙏 Putri Bawel tersayang, selamat ulangtahun bestie 🎂🎂😘😘

DELLA

Habis semedi Jeng Bianca ? 😜😜

MIA

Lanjut nanti debatnya… Pokoknya kagak ada penolakan yaakkk

Bibi Bian nanti gue jemput jam 1 kurang yaaa

DELLA

Kurang dikit apa banyak ? 🧐🧐

Bianca doang yang dijemput, gue kagak ? 😢😢

MIA

Duuhh preman komplek… Kayak kagak tahu rute biasa laahhh. Jemput elo dulu lah baru si Bibi 😊

DELLA

Diihhh rese yaaa… Jadi g ini preman pasar yang perkasa di mata elo 😤😤

MIA

Peace ✌️✌️Gue jemput jam 12 lebih banyak yaakkk

Bianca meletakkan handphone nya yang sedang di charge dan kembali ke dapur menemui mama. Papa dan Bernard baru saja masuk setelah merapikan halaman dan garasi.

“Ma,” Bianca langsung mendekati sang mama yang sedang menyendok sayur sop dari panci.

“Mau kemana ?” Tanya mama langsung

“Diihh mama punya indra keenam ya ?” Bianca merangkul lengan mamanya dengan manja “Kok tau kalo Bibi mau ijin pergi ?”

“Di jidatmu ada tulisan tuh… Mau jalan-jalan,” mama menunjuk jidat Bianca dan menyentilnya pelan dengan penuh cinta.

“Mau kemana ?” Papa Indra yang baru keluar dari kamar mandi selesai mencuci tangan dan kakinya bertanya kembali karena Bianca belum memberikan jawaban kepada mamanya.

“Mia ulangtahun Ma, Pa. Rencana mau ditraktir makan sama nonton, tapi dimana Mia belum kasih tahu tempatnya.” ujar Bianca menjelaskan.

“Gimana Pa ? Keluar nggak ijinnya ?” Mama bertanya sama papa sambil mengangkat alisnya dan tersenyum memberi kode.

“Kok nggak sama pacar ?” Papa Indra menggoda. “Apa jangan-jangan pergi sama Mia, janji ketemuan sama cowok-cowok nih di Mal.”

“Siapa yang tertarik sama mereka bertiga Pa,” Bermard yang baru nongol langsung menyelak sambil mendudukan pantatnya di salah satu kursi meja makan. Tangannya mencomot perkedel buatan mama yang baru saja diletakkan di meja. Reflek mama Lisa menepis tangan Bernard pelan.

“Jangan digadoin,” Mama Lisa sedikit melotot ke arah Bermard. Yang diomelin cuma cengengesan aja.

“Kalo ngomong jangan asal,” Bianca menjitak kepala Bernard pelan dari arah belakang.

“Aawww… sakit kali kak,” Bernard mengelus-elus belakangnya yang kujitak.

“Lagian asal ngomongnya…” Bianca mencebik dan melotot kembali ke Bernard yang masih asyik mengunyah perkedel sambil cengengesan.

“Jangan pulang malam,” pesan mama sambil menaruh mangkuk sop di meja.

“Pulang lagi aja,” ceeletuk Bernard.

Papa Indra menjitak kepala Bernard dari belakang. Anak itu meringis sambil mengusap-usap kepalanya yang dijitak papa Indra.

Dan di sinilah sekarang Bianca, Della dan Mia sedang menikmati makan siang. Mia mengajak makan siang di salah satu resto steak yang ada di mal tidak jauh dari rumah mereka. Niatnya habis makan mereka akan menonton film superhero yang baru saja dirilis.

Di antara mereka bertiga, Mia memang yang paling berada secara ekonomi, sementara Bianca dan Della dari keluarga yang kecukupan.

Selesai menikmati makan siang, ternyata Mia sudah meminta tolong karyawan papanya untuk membeli tiket bioskop yang antriannya bikin pegel kaki. Begitu masuk area bioskop, orang suruhan papanya langsung menghampiri dan menyerahkan 3 tiket bioskop dengan tempat duduk sesuai pesanan Mia.

“Terima kasih,” Mia menerima tiket itu dan menyerahkan selembar uang limapuluh ribuan untuk si karyawan tadi.

“Terima kasih nona,” dia menerima pemberian Mia dengan badan sedikit membungkuk dan langsung pamit.

“Duh enaknya pergi sama anak sultan, mau nonton tinggal pesen,” goda Della sambil melirik Mia.

“Kagak lihat tuh antriannya bikin mules,” Mia menyahut sambil mengangkat dagunya mengarah ke barisan antrian tiket yang wuuiihh bikin lemes.

“Bi,” Mia menyenggol bahu Bianca yang ternyata sedang asyik berselancar dengan handphonenya.

“Apaan ?” Bianca mengangkat kepalanya sambil menoleh menatap Mia.

“Babang ganteng Bi, fans elo,” Mia menggerakan dagunya ke satu arah yang diikuti oleh Bianca dan Della.

“Duh kenapa juga ketemu nih anak sih di sini. Alamat rempong deehh,” batin Bianca.

“Samperin yuukkk,” Mia menarik tangan Bianca tetapi gadis itu hanya diam dan terpaku di tempatnya.

“Ogah,” Bianca menggeleng saat Mia menatapnya. “Elo aja sono, males.”

“Bi, kalo ada Arya pasti ada yang lainnya. Paling Devano doang yang minus. Pengen ngobrol dong sama yang lainnya, kali aja ada yang nyangkut salah satu,” Mia memasang tampang memelasnya. Tapi Bianca menggeleng dan tetap berdiri di tempatnya.

“Udah sono elo aja sendiri,” kali ini Della yang menyahut sambil mendorong tubuh Mia.

“Diihh pada kagak pengertian banget sih. Anggap aja hadiah buat gue kasih waktu ketemu babang ganteng-ganteng.” Mia memberenggut sambil menghentakkan kakinya sekali ke lantai.

Bianca tetap diam dan Della geleng-geleng kepala. Bianca malah tengok kiri kanan mau ambil langkah seribu menghindar. Malas menghadapi Arya yang memang terlihat berusaha mendekatinya, sementara hati Bianca sudah terpatri pada Devano. Repot kondisinya karena mereka satu genk.

Belum sempat memghindar ternyata Arya sudah melihat Bianca dan kedua temannya duluan. Dia melambaikan tangan yang dibalas oleh Mia karena Bianca sedang memandang ke arah lain dan Della sedang ke toilet.

“Halo Bi,” tahu-tahu Arya sudah di hadapan mereka.

“Cuma Bianca doang yang disapa ? Gue kagak ?” Mia pura-pura cemberut. Arya hanya tersenyum tipis.

“Hai Mia, Hai Della,” bukan Arya yang melanjutkan sapaan tapi Ernest yang bicara dari belakang Arya. Della sendiri sudah kembali dan berdiri bersisian dengan Bianca.

“Nonton jam berapa ?” Ernest lanjut bertanya sambil mendekati Mia.

“Jam 15.30,” Mia menunjukkan tiket yang ada di tangannya.

“Wah bareng doongg,” kali ini Leo yang menanggapi. Di belakangnya Joshua ikutan juga.

Sementara Mia bersahutan dengan Ernest dan Leo, Arya berdiri menatap Bianca yang menyibukkan dirinya dengan handphone.

“Wuih paket empat nih,” tutur Della.

“Weiisss paket lengkap doongg, Lima Sekawan,” Joshua yang menanggapi kali ini.

Della menunjuk satu-satu seperti mengabsen.

“Gue belon buta kayaknya Joe, kagak ada Devan mana bisa berlima,” sahut Della ketus.

“Tuuhh anaknya,” Joshua menunjuk dengan dagunya. Della dan Mia langsung menoleh mengikuti arah dagu Joshua. Ternyata sosok yang dicari baru dari toilet dan berjalan dari arah belakang Bianca.

“Bi !” “Bianca!” Arya dan Devano berbarengan memanggil gadis yang masih asyik dengan handphonenya. Reflek Bianca justru menoleh ke arah suara dari belakangnya padahal Arya berdiri di depannya.,

Hatinya sudah terasa deg deg kan. Tangannya yang memegang handphone untuk menghindari percakapan dengan Arya mendadak dingin dan sedikit bergetar.

“Bianca,” Devano berjalan mendekati posisi Bianca yang berdiri dengan sedikit bengong.

“Rok kamu ada cokelat-cokelatnya,” Devano mendekati telinga Bianca dan berbisik. Mendadak wajah Bianca panas dan merona. Della dan Mia juga keempat kawan Devano sedikit menyipitkan mata mereka dengan alis bertaut. Tanpa sadar mereka berusaha mendengar bisikan Devano.

Bianca masih terpaku dengan posisi yang sama. Dia lagi berusaha mencerna perkataan Devano. Roknya ada cokelatnya ? Gugup. Bianca reflek memegang roknya. Rasanya belum waktunya datang bulan, jadi tidak mungkin juga ada noda di roknya. Dalam kepanikannya karena harus dekat dengan Devano dan mendapat bisikan dari cowok yang nyangkut di hatinya membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

“Bi,” Della membuyarkan lamunan Bianca sambil mengibaskan tangan di depan wajah Bianca. Della bergerak ke belakang Bianca dan melihat posisi tangan sahabatnya itu. Dia mendekat dan langsung memandangi tangan Bianca.

“Ya ampun Bi, saos jamur steak tadi kok bisa muncrat sampai ke rok elo ? Bagian belakang lagi,” Della geleng-geleng kepala melihat masalah yang membuat Bianca terlihat panik.

“Sorry,” celetuk Mia “Tadi pas kalian ke toilet, nggak sengaja daging yang kupotong loncat entah kemana. Ternyata kamu dudukin ya Bi … hehehee,” Mia mengerjap dengan tidak enak hati.

Bianca menarik nafas panjang berasa lega. Huufff dia pikir noda tak terduga yang bikin males lanjut nonton malam ini.

Arya yang cepat tanggap membaca permasalahan Bianca langsung melepas jaketnya dan mau memakaikan di pinggang Bianca, tapi reflek Bianca mundur dan memegang tangan Arya mencegah tindakannya.

“Eh nggak usah,” tolak Bianca. “Tinggal nonton doang dan di dalam gelap jadi nggak begitu diperhatiin orang,” lanjut Bianca memberi Arya penjelasan.

Namun tanpa diduga, dari arah belakang, Devano sudah mengikat sweater yang tadi dipakainya melilit di pinggang Bianca. Dan tanpa berkata apa-apa, Devano berlalu ke arah deretan bangku tunggu meninggalkan Bianca, Mia, Della dan keempat temannya yang sedikit terkejut melihat tindakan Devano.

Arya langsung memperlihatkan wajah tidak sukanya. Kenapa dia merasa saat ini Devano justru menjadi rivalnya mendapat perhatian Bianca.

Mia menatap Ernest, Leo dan Joshua yang ditanggapi dengan gelengan kepala atau mengangkat bahu.

Della yang berdiri di belakang Bianca menatap curiga ke arah Bianca yang masih bertingkah serba salah.

“Bi, elo lagi pdkt sama Devano ?” Bisik Della. Bianca langsung geleng-geleng kepala.

“Kok gue mencium bau-bau asmara ya ?” Della mengerutkan alisnya sambil menatap Bianca yang sedikit tertunduk.

Tidak lama panggilan pintu studio film sudah dibuka. Bianca menarik nafas lega karena terbebas dari pertanyaan teman-temannya.

“Elo hutang penjelasan Bi,” bisik Della kembali saat mereka mulai memasuki studio film.

Terpopuler

Comments

Tieny Roesmiasih

Tieny Roesmiasih

berasa muda lg klo baca tentang masa² SMA... hmmm.. nostalgia 😍💖

2023-05-04

0

Mister Y

Mister Y

Sumpah nih author bikin ketawa g jelas, sampe mamaku nanyain knp gara2 aku teriak2 wkwkw

2023-03-27

7

Dwi dewoll

Dwi dewoll

🤭🤭🤭🤭

2023-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 Surat Cinta
2 Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3 Bab 3 Devano vs Arya
4 Bab 4 Kecurigaan Della
5 Bab 5 Ketemu Si Centil
6 Bab 6 Buang atau Kenang
7 Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8 Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9 Bab 9 Curahan Hati Bianca
10 Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11 Bab 11 Ketemu Camer ?
12 Bab 12 Makan Siang
13 Bab 13 Terima Raport
14 Bab 14 Jangan Coba-Coba
15 Bab 15 PDKT yang Gagal
16 Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17 Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18 Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19 Bab 19 Biarkan Saja
20 Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21 Bab 21 Kecelakaan
22 Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23 Bab 23 Takdir Kita
24 Bab 24 Kesempatan
25 Bab 25 Arti Persahabatan
26 Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27 Bab 27 Rindu Papa
28 Bab 28 Tentang Arya
29 Bab 29 Aku Membencimu
30 Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31 Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32 Bab 32 Devano vs Bianca
33 Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34 Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35 Bab 35 Selamat Jalan
36 Bab 36 Selamat Tinggal
37 Bab 37 Seorang Van yang Lain
38 Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39 Bab 39 Menginap
40 Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41 Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42 Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43 Bab 43 Ketemuan di Mal
44 Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45 Bab 45 Persiapan Magang
46 Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47 Bab 47 Jalan Baeng Diana
48 Bab 48 Rahasia Devano
49 Bab 49 Mengungkapkan
50 Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51 Bab 51 Obrolan Empat Pria
52 Bab 52 Makan Malam
53 Bab 53 Drama Pagi Hari
54 Bab 54 Sang Pewaris
55 Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56 Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57 Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58 Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59 Bab 59 Kunjungan Sahabat
60 Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61 Bab 61 Bukan Prank ?
62 Bab 62 Ke Kantor Arya
63 Bab 63 Melepasmu
64 Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65 Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66 Bab 66 Pamitan
67 Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68 Bab 68 Permintaan Desta
69 Bab 69 Permintaan yang Sulit
70 Bab 70 Pertemuan di Mal
71 Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72 Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73 Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74 Bab 74 Tidak Rela
75 Bab 75 Gagal Fokus
76 Bab 76 Macan Ompong
77 Bab 77 Obrolan Sore
78 Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79 Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80 Bab 80 Para Mantan Penggemar
81 Bab 81 Curahan Hati Devano
82 Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83 Bab 83 Cemburunya Devano
84 Bab 84 Jangan Buat Baper
85 Bab 85 Beri Aku Waktu
86 Bab 86 Mendadak Pulang
87 Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88 Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89 Bab 89 Nasehat Para Mama
90 Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91 Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92 Bab 92 Maunya Calon Suami
93 Bab 93 Para Sahabat
94 Bab 94 Undangan Lamaran
95 Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96 Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97 Bab 97 Tiga Bulan
98 Bab 98 Semakin Mencintaimu
99 Bab 99 POV Devano
100 Bab 100 Hari Bahagia
101 Ucapan Terima Kasih
102 Promo Novel Baru
103 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Surat Cinta
2
Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3
Bab 3 Devano vs Arya
4
Bab 4 Kecurigaan Della
5
Bab 5 Ketemu Si Centil
6
Bab 6 Buang atau Kenang
7
Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8
Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9
Bab 9 Curahan Hati Bianca
10
Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11
Bab 11 Ketemu Camer ?
12
Bab 12 Makan Siang
13
Bab 13 Terima Raport
14
Bab 14 Jangan Coba-Coba
15
Bab 15 PDKT yang Gagal
16
Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17
Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18
Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19
Bab 19 Biarkan Saja
20
Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21
Bab 21 Kecelakaan
22
Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23
Bab 23 Takdir Kita
24
Bab 24 Kesempatan
25
Bab 25 Arti Persahabatan
26
Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27
Bab 27 Rindu Papa
28
Bab 28 Tentang Arya
29
Bab 29 Aku Membencimu
30
Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31
Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32
Bab 32 Devano vs Bianca
33
Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34
Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35
Bab 35 Selamat Jalan
36
Bab 36 Selamat Tinggal
37
Bab 37 Seorang Van yang Lain
38
Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39
Bab 39 Menginap
40
Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41
Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42
Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43
Bab 43 Ketemuan di Mal
44
Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45
Bab 45 Persiapan Magang
46
Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47
Bab 47 Jalan Baeng Diana
48
Bab 48 Rahasia Devano
49
Bab 49 Mengungkapkan
50
Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51
Bab 51 Obrolan Empat Pria
52
Bab 52 Makan Malam
53
Bab 53 Drama Pagi Hari
54
Bab 54 Sang Pewaris
55
Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56
Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57
Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58
Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59
Bab 59 Kunjungan Sahabat
60
Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61
Bab 61 Bukan Prank ?
62
Bab 62 Ke Kantor Arya
63
Bab 63 Melepasmu
64
Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65
Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66
Bab 66 Pamitan
67
Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68
Bab 68 Permintaan Desta
69
Bab 69 Permintaan yang Sulit
70
Bab 70 Pertemuan di Mal
71
Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72
Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73
Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74
Bab 74 Tidak Rela
75
Bab 75 Gagal Fokus
76
Bab 76 Macan Ompong
77
Bab 77 Obrolan Sore
78
Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79
Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80
Bab 80 Para Mantan Penggemar
81
Bab 81 Curahan Hati Devano
82
Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83
Bab 83 Cemburunya Devano
84
Bab 84 Jangan Buat Baper
85
Bab 85 Beri Aku Waktu
86
Bab 86 Mendadak Pulang
87
Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88
Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89
Bab 89 Nasehat Para Mama
90
Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91
Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92
Bab 92 Maunya Calon Suami
93
Bab 93 Para Sahabat
94
Bab 94 Undangan Lamaran
95
Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96
Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97
Bab 97 Tiga Bulan
98
Bab 98 Semakin Mencintaimu
99
Bab 99 POV Devano
100
Bab 100 Hari Bahagia
101
Ucapan Terima Kasih
102
Promo Novel Baru
103
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!