Delapanbelas menit kemudian motor Arya berhenti mulus di depan rumah Bianca. Ternyata mobil Mia sudah terparkir di depan gerbang dan di dalamnya Mia dan Della duduk di bangku depan. Begitu mendengar suara motor sport, keduanya keluar dari dalam mobil.
“Bagus ya bukannya langsung diantar pulang malah diajak pacaran,” Mia langsung mengomel saat Bianca turun dari motor.
Arya masih di atas motornya dan hanya membuka kaca helmnya.
“Pengennya sih pacaran beneran,” Arya menanggapi sambil tertawa.
“Dih bisa juga nih cowok ketawa,” Mia menatap Arya dengan pandangan tidak percaya. Selama ini Arya dikenal juga sebagai cowok cuek, dingin dan malas bergaul dengan kaum perempuan.
Mia berjalan mendekati Arya dan reflek tangannya ditempelkan di kening Arya yang hanya setengah karena tertutup helm. Arya terlihat kaget dan langsung melotot ke Mia. Gadis yang dipelototi bersikap cuek dan santai.
“Suhu elo normal, tapi kok sikap elo kagak normal ya ?” Mia mengetukan jari telunjuknya di dagu seolah-olah sedang berpikir serius.
Della hanya menggelengkan kepala dan Bianca yang ada di dekatnya tertawa.
“Mahluk aneh,” Arya mengomel.
“Awas jatuh cinta loh,” Mia malah mengedipkan matanya sebelah menggoda Arya.
Cowok itu memperlihatkan eskpresi ingin muntah.
Bianca semakin tertawa melihat interaksi kedua orang di depannya.
“Gue balik dulu Bi, pusing deket-deket alien kayak gini,” Arya menunjuk ke Mia. “Elo hati-hati jangan sampai terlalu sering berinteraksi sama mahluk kayak gini.”
“Apa lo bilang ?” Mia melotot dan menonjok bahu Arya. “Elo bilang gue alien?”
Arya mengusap bahunya yang lumayan terasa sakit bekas tonjokan Mia. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Sampai ketemu Bi,” Arya menutup kaca helmnya dan sempat mencebik ke Mia lalu memacu motornya.
“Heh mahluk Mars, main enak aja kabur,” Mia mengepalkan tangannya di balik punggung Arya yang semakin menghilang.
Della berjalan mendekat dan langsung menoyor kening Mia.
“Apaan sih Del,” Mia menggerutu.
“Cita-cita pengen punya cowok ganteng pujaan wanita tapi kelakuan minus, gimana cowok-cowok ganteng mau ngelirik elo,” Della mencibir.
“Udah lama ?” tanya Bianca sambil berjalan ke gerbang. “Kok nggak langsung masuk ?”
“Udah lumutan kita,” omel Mia. “Kalo dari tadi ada yang bukain mah kagak bakal tunggu di mobil.”
Bianca cuma cengengesan memperlihatkan giginya yang berbaris rapi.
“Sorry lupa kalo mama hari ini pergi… Hehehhee,”
tangannya sibuk membuka gembok di pintu gerbang.
Della sejak tadi lebih memilih diam dan mengikuti kedua sahabatnya memasuki rumah Bianca. Selesai melepas sepatu, ketiga gadis itu langsung menuju ruang makan dan mencuci tangan bergantian. Bianca membuka tudung saji yang ada di atas meja, sudah ada sayur yang siap disantap di sana.
“Laper,” Mia mengusap-usap perutnya.
“Dasar perut gentong !” Della kembali menoyor kembali jidat Mia.
“Wooiii elo seneng banget sih sama jidat gue,” Mia mengomel sambil melotot ke Della. Yang dipelototi hanya mencibir dan menggidikan bahunya.
“Udah tuh pada makan dulu, gue ganti baju senentar ya.” Mia mengangkat tudung saji.
“Ambil semua sendiri ya, kayak biasa,” Bianca mengambil tas ranselnya dan berlalu menuju kamarnya.
Mia dan Della yang memang sudah sering berkunjung ke rumah Bianca tanpa malu-malu langsung mengambil piring dan gelas lalu mengambil nasi dari dalam penanak listrik di dapur.
Tidak lama Bianca ikut bergabung di meja makan dengan pakaian rumahan, celana selutut dan kaos oblong yang agak komprang.
“Elo kagak makan ?” tanya Della saat melihat Bianca hanya mengambil segelas air putih.
“Kenyang gue, 2 gelas milo dino… hehehhehe,” Bianca mengusap-usap perutnya.
“Jadi beneran elo kirim surat cinta buat Devano ?” tanya Mia sambil mengunyah tempe goreng. Tangan kanannya kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
“Iya,” jawab Bianca pelan sambil menarik nafas panjang.
“Dih sejak kapan elo jadi Bianca yang ngebet kayak gitu sih ?” oceh Mia.
“Gue udah curiga ya sama kelakuan Devano pas ketemu di bioskop,” Della buka suara.
“Maksud lo ?” Bianca menoleh menatap Della penuh tanda tanya.
“Kagak biasanya Devano begitu perduli sama cewek,” Della menjeda sebentar sambil menelan makanan yang dikunyahnya.
“Elo inget kan kejadian Jihan yang jatuh deket Devano pas kelas 10. Udah kelihatan Jihan berdarah, tapi Devano menoleh doang lalu ninggalin Jihan begitu aja.”
Mia dan Bianca menautkan alis mereka sambil saling memandang. Keduanya mencoba mengingat kejadian yang Della ucapkan. Della menggeleng kesal.
“Cckk bolot banget sih,” Della mendengus kesal dan memasukkan makanan dalam sendok terakhir.
“Terus apa hubungannya ?” Bianca menatap Della yang masih mengunyah. Della mengangkat tangannya memberi kode Bianca untuk menunggu dan menunjuk mulutnya yang masih mengunyah.
Della menenggak air putih sebelum menjawab pertanyaan Bianca.
“Elo yaa… Cckckk…,” Della menggelengkan kepalanya sambil meletakkan gelas yang sudah kosong di meja. “Jihan juga habis nembak Devano, tapi reaksi Devano biasa aja. Beda sama perlakuannya sama elo,” Della menjeda sejenak, menatap Mia dan Bianca bergantian. Keduanya terlihat serius. Reflek tangan Della menyentil jidat Mia dan Bianca gantian.
“Mau netes tuh iler elo berdua,” Della mencibir. Reflek Mia dan Bianca menyentuh bibir masing-masing.
“Sialan lo,” Mia mengacungkan sendoknya. Della tertawa dengan ekspresi kedua sahabatnya ini.
“Lanjut,” Bianca memotong aksi pelototan dan saling mencibir Mia dan Della.
“Bi, elo tuh pinter beneran apa boongan sih ?” Della menoyor jidat Bianca. “Ya kalo Devano kagak ada rasa-rasa sama elo ngapain dia kepo kasih jaketnya buat tutupin rok elo yang disangkanya noda darah ?”
Bianca mengetuk dagunya dengan telunjuk seolah-olah berpikir serius.
“Tapi dia nggak bilang apapun ke gue,” Bianca mengerutkan dahi dengan ekspresi sedih.
“Ish elo ya pinter bikin cerita dan puisi romantis, tapi nangkep perasaan orang yang ada di depan mata malah oon kagak ketulungan,” Della geleng-geleng kepala dengan sedikit kesal. Dia bangkit berdiri ingin mengisi ulang gelasnya.
“Waahhh keren !” Mia berteriak tiba-tiba.
“Mia, elo bikin gue jantungan,” Bianca melotot ke Mia sambil mengusap-usap dadanya.
“Bi, makan-makan dong, ternyata cinta elo tidak bertepuk sebelah tangan,” Mia menatap Bianca sambil mengerjapkan matanya dengan wajah genit.
“Sembarangan lo !” Bianca mencebik. “Itu kan baru perkiraan dan praduga nya Della. Mana ada main yakin aja kalo Devano….” Bianca menggantung ucapannya.
“Bi, gue lupa,” Della sudah balik duduk di meja makan dengan gelas air putih yanh sudah penuh. “Besok elo disuruh ke sekolah, kayaknya soal hari ini.”
“What ??!!” Bianca melotot. “Jadi diperpanjang urusan ini ? Kagak perlu ortu ikut kan ?”
“Nope,” Mia yang menjawab. “Kayaknya Devano sama Nindi juga dipanggil besok.”
Bianca menarik nafas berat. Hatinya merasa kesal karena harus berhubungan dengan ruang BK dan mungkin kepala sekolah gara-gara kelakuan Nindi cs. Untung saja tidak perlu bawa-bawa orangtua segala.
“Bi,” Mia menepuk bahu Bianca yang sedikit melamun. “Elo beneran suka banget sama Devano ?”
Bianca menatap Mia dan Della bergantian dan mengangguk pelan.
“Suka tapi nggak pake banget,” lirihnya pelan. “Cuma melihat ekspresi dia yang biasa aja tadi pas di lapangan kayaknya gue mulai buang pelan-pelan deh perasaan itu.”
“Kalo Arya, elo nggak suka sama dia sedikit juga ?” tanya Della yabg posisi duduknya berseberangan dengan Bianca.
“Emang apa hubungannya ?” Bianca menautkan alisnya sambil menatap Della.
“Elo nggak sadar apa tadi dia nembak elo pas anterin pulang ? Kode Bi, kode,” Mia menaikturunkan alisnya.
“Kode ?” Bianca semakin bingung.
“Iya pas tadi Mia ngomel kan dia bilang pengennya pacaran beneran,” Della menatap sahabatnya itu.
“Tapi gue nggak suka sama dia… kepikir juga nggak,” lirih Bianca.
“Ya udah, apapun yang terjadi besok, gimana perasaan Devano ke elo, jangan membuat elo berpikir sendirian ya,” Mia merangkul bahu Bianca dari samping.
“Gue sama Della akan selalu ada buat elo. Apapun keadaannya dan apapun keputusan elo, kita berdua akan selalu ada buat elo.”
“Duuhh so sweet banget temen-temen gue,”
Bianca berubah ekspresi langsung mengerjapkan mata dengan tatapan dibuat genit.
“Geli,” Della mencebik.
“Best friend forever,” Mia merangkul bahu Bianca lagi. “Sini lo, susah mau peluknya kalo seberangan,” Mia sedikit melotot menatap Dea.
“Dih dasar emak-emak rempong,” Della mendumel tapi dia bangkit juga menghampiri Mia dan Bianca. Satu tangan merangkul bahu Bianca dan satunya lagi merangkul bahu Mia.
“Best friend forever,” celetuk Mia.
“Best friend forever,” Bianca dan Della ikut berucap secara bersamaan. Ketiganya tertawa bahagia. Perasaan yang tadi sempat campur aduk sudah lebih lega sekarang, apalagi mengetahui kedua sahabatnya dan seoranh Arya yang menjadi sahabat Devano memberikan dukungan dan semangat meski Bianca dan Devano tidak sampai jadian.
Hai readers,
Yuukkk dukung terus cerita saya dengan vote, like dan komennya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
erviani
terlalu banyak toyor² kepala sih ini cerita
2023-05-17
1
Risna Wati
Rindu masa sekolah ❤️
2023-03-04
3
Hesti Pramuni
bahagianya... masa² sekolah dimana teman² terdekat senantiasa ada tuk menghibur ..
2023-02-20
2