Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat

Delapanbelas menit kemudian motor Arya berhenti mulus di depan rumah Bianca. Ternyata mobil Mia sudah terparkir di depan gerbang dan di dalamnya Mia dan Della duduk di bangku depan. Begitu mendengar suara motor sport, keduanya keluar dari dalam mobil.

“Bagus ya bukannya langsung diantar pulang malah diajak pacaran,” Mia langsung mengomel saat Bianca turun dari motor.

Arya masih di atas motornya dan hanya membuka kaca helmnya.

“Pengennya sih pacaran beneran,” Arya menanggapi sambil tertawa.

“Dih bisa juga nih cowok ketawa,” Mia menatap Arya dengan pandangan tidak percaya. Selama ini Arya dikenal juga sebagai cowok cuek, dingin dan malas bergaul dengan kaum perempuan.

Mia berjalan mendekati Arya dan reflek tangannya ditempelkan di kening Arya yang hanya setengah karena tertutup helm. Arya terlihat kaget dan langsung melotot ke Mia. Gadis yang dipelototi bersikap cuek dan santai.

“Suhu elo normal, tapi kok sikap elo kagak normal ya ?” Mia mengetukan jari telunjuknya di dagu seolah-olah sedang berpikir serius.

Della hanya menggelengkan kepala dan Bianca yang ada di dekatnya tertawa.

“Mahluk aneh,” Arya mengomel.

“Awas jatuh cinta loh,” Mia malah mengedipkan matanya sebelah menggoda Arya.

Cowok itu memperlihatkan eskpresi ingin muntah.

Bianca semakin tertawa melihat interaksi kedua orang di depannya.

“Gue balik dulu Bi, pusing deket-deket alien kayak gini,” Arya menunjuk ke Mia. “Elo hati-hati jangan sampai terlalu sering berinteraksi sama mahluk kayak gini.”

“Apa lo bilang ?” Mia melotot dan menonjok bahu Arya. “Elo bilang gue alien?”

Arya mengusap bahunya yang lumayan terasa sakit bekas tonjokan Mia. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Sampai ketemu Bi,” Arya menutup kaca helmnya dan sempat mencebik ke Mia lalu memacu motornya.

“Heh mahluk Mars, main enak aja kabur,” Mia mengepalkan tangannya di balik punggung Arya yang semakin menghilang.

Della berjalan mendekat dan langsung menoyor kening Mia.

“Apaan sih Del,” Mia menggerutu.

“Cita-cita pengen punya cowok ganteng pujaan wanita tapi kelakuan minus, gimana cowok-cowok ganteng mau ngelirik elo,” Della mencibir.

“Udah lama ?” tanya Bianca sambil berjalan ke gerbang. “Kok nggak langsung masuk ?”

“Udah lumutan kita,” omel Mia. “Kalo dari tadi ada yang bukain mah kagak bakal tunggu di mobil.”

Bianca cuma cengengesan memperlihatkan giginya yang berbaris rapi.

“Sorry lupa kalo mama hari ini pergi… Hehehhee,”

tangannya sibuk membuka gembok di pintu gerbang.

Della sejak tadi lebih memilih diam dan mengikuti kedua sahabatnya memasuki rumah Bianca. Selesai melepas sepatu, ketiga gadis itu langsung menuju ruang makan dan mencuci tangan bergantian. Bianca membuka tudung saji yang ada di atas meja, sudah ada sayur yang siap disantap di sana.

“Laper,” Mia mengusap-usap perutnya.

“Dasar perut gentong !” Della kembali menoyor kembali jidat Mia.

“Wooiii elo seneng banget sih sama jidat gue,” Mia mengomel sambil melotot ke Della. Yang dipelototi hanya mencibir dan menggidikan bahunya.

“Udah tuh pada makan dulu, gue ganti baju senentar ya.” Mia mengangkat tudung saji.

“Ambil semua sendiri ya, kayak biasa,” Bianca mengambil tas ranselnya dan berlalu menuju kamarnya.

Mia dan Della yang memang sudah sering berkunjung ke rumah Bianca tanpa malu-malu langsung mengambil piring dan gelas lalu mengambil nasi dari dalam penanak listrik di dapur.

Tidak lama Bianca ikut bergabung di meja makan dengan pakaian rumahan, celana selutut dan kaos oblong yang agak komprang.

“Elo kagak makan ?” tanya Della saat melihat Bianca hanya mengambil segelas air putih.

“Kenyang gue, 2 gelas milo dino… hehehhehe,” Bianca mengusap-usap perutnya.

“Jadi beneran elo kirim surat cinta buat Devano ?” tanya Mia sambil mengunyah tempe goreng. Tangan kanannya kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

“Iya,” jawab Bianca pelan sambil menarik nafas panjang.

“Dih sejak kapan elo jadi Bianca yang ngebet kayak gitu sih ?” oceh Mia.

“Gue udah curiga ya sama kelakuan Devano pas ketemu di bioskop,” Della buka suara.

“Maksud lo ?” Bianca menoleh menatap Della penuh tanda tanya.

“Kagak biasanya Devano begitu perduli sama cewek,” Della menjeda sebentar sambil menelan makanan yang dikunyahnya.

“Elo inget kan kejadian Jihan yang jatuh deket Devano pas kelas 10. Udah kelihatan Jihan berdarah, tapi Devano menoleh doang lalu ninggalin Jihan begitu aja.”

Mia dan Bianca menautkan alis mereka sambil saling memandang. Keduanya mencoba mengingat kejadian yang Della ucapkan. Della menggeleng kesal.

“Cckk bolot banget sih,” Della mendengus kesal dan memasukkan makanan dalam sendok terakhir.

“Terus apa hubungannya ?” Bianca menatap Della yang masih mengunyah. Della mengangkat tangannya memberi kode Bianca untuk menunggu dan menunjuk mulutnya yang masih mengunyah.

Della menenggak air putih sebelum menjawab pertanyaan Bianca.

“Elo yaa… Cckckk…,” Della menggelengkan kepalanya sambil meletakkan gelas yang sudah kosong di meja. “Jihan juga habis nembak Devano, tapi reaksi Devano biasa aja. Beda sama perlakuannya sama elo,” Della menjeda sejenak, menatap Mia dan Bianca bergantian. Keduanya terlihat serius. Reflek tangan Della menyentil jidat Mia dan Bianca gantian.

“Mau netes tuh iler elo berdua,” Della mencibir. Reflek Mia dan Bianca menyentuh bibir masing-masing.

“Sialan lo,” Mia mengacungkan sendoknya. Della tertawa dengan ekspresi kedua sahabatnya ini.

“Lanjut,” Bianca memotong aksi pelototan dan saling mencibir Mia dan Della.

“Bi, elo tuh pinter beneran apa boongan sih ?” Della menoyor jidat Bianca. “Ya kalo Devano kagak ada rasa-rasa sama elo ngapain dia kepo kasih jaketnya buat tutupin rok elo yang disangkanya noda darah ?”

Bianca mengetuk dagunya dengan telunjuk seolah-olah berpikir serius.

“Tapi dia nggak bilang apapun ke gue,” Bianca mengerutkan dahi dengan ekspresi sedih.

“Ish elo ya pinter bikin cerita dan puisi romantis, tapi nangkep perasaan orang yang ada di depan mata malah oon kagak ketulungan,” Della geleng-geleng kepala dengan sedikit kesal. Dia bangkit berdiri ingin mengisi ulang gelasnya.

“Waahhh keren !” Mia berteriak tiba-tiba.

“Mia, elo bikin gue jantungan,” Bianca melotot ke Mia sambil mengusap-usap dadanya.

“Bi, makan-makan dong, ternyata cinta elo tidak bertepuk sebelah tangan,” Mia menatap Bianca sambil mengerjapkan matanya dengan wajah genit.

“Sembarangan lo !” Bianca mencebik. “Itu kan baru perkiraan dan praduga nya Della. Mana ada main yakin aja kalo Devano….” Bianca menggantung ucapannya.

“Bi, gue lupa,” Della sudah balik duduk di meja makan dengan gelas air putih yanh sudah penuh. “Besok elo disuruh ke sekolah, kayaknya soal hari ini.”

“What ??!!” Bianca melotot. “Jadi diperpanjang urusan ini ? Kagak perlu ortu ikut kan ?”

“Nope,” Mia yang menjawab. “Kayaknya Devano sama Nindi juga dipanggil besok.”

Bianca menarik nafas berat. Hatinya merasa kesal karena harus berhubungan dengan ruang BK dan mungkin kepala sekolah gara-gara kelakuan Nindi cs. Untung saja tidak perlu bawa-bawa orangtua segala.

“Bi,” Mia menepuk bahu Bianca yang sedikit melamun. “Elo beneran suka banget sama Devano ?”

Bianca menatap Mia dan Della bergantian dan mengangguk pelan.

“Suka tapi nggak pake banget,” lirihnya pelan. “Cuma melihat ekspresi dia yang biasa aja tadi pas di lapangan kayaknya gue mulai buang pelan-pelan deh perasaan itu.”

“Kalo Arya, elo nggak suka sama dia sedikit juga ?” tanya Della yabg posisi duduknya berseberangan dengan Bianca.

“Emang apa hubungannya ?” Bianca menautkan alisnya sambil menatap Della.

“Elo nggak sadar apa tadi dia nembak elo pas anterin pulang ? Kode Bi, kode,” Mia menaikturunkan alisnya.

“Kode ?” Bianca semakin bingung.

“Iya pas tadi Mia ngomel kan dia bilang pengennya pacaran beneran,” Della menatap sahabatnya itu.

“Tapi gue nggak suka sama dia… kepikir juga nggak,” lirih Bianca.

“Ya udah, apapun yang terjadi besok, gimana perasaan Devano ke elo, jangan membuat elo berpikir sendirian ya,” Mia merangkul bahu Bianca dari samping.

“Gue sama Della akan selalu ada buat elo. Apapun keadaannya dan apapun keputusan elo, kita berdua akan selalu ada buat elo.”

“Duuhh so sweet banget temen-temen gue,”

Bianca berubah ekspresi langsung mengerjapkan mata dengan tatapan dibuat genit.

“Geli,” Della mencebik.

“Best friend forever,” Mia merangkul bahu Bianca lagi. “Sini lo, susah mau peluknya kalo seberangan,” Mia sedikit melotot menatap Dea.

“Dih dasar emak-emak rempong,” Della mendumel tapi dia bangkit juga menghampiri Mia dan Bianca. Satu tangan merangkul bahu Bianca dan satunya lagi merangkul bahu Mia.

“Best friend forever,” celetuk Mia.

“Best friend forever,” Bianca dan Della ikut berucap secara bersamaan. Ketiganya tertawa bahagia. Perasaan yang tadi sempat campur aduk sudah lebih lega sekarang, apalagi mengetahui kedua sahabatnya dan seoranh Arya yang menjadi sahabat Devano memberikan dukungan dan semangat meski Bianca dan Devano tidak sampai jadian.

Hai readers,

Yuukkk dukung terus cerita saya dengan vote, like dan komennya ya.

Terpopuler

Comments

erviani

erviani

terlalu banyak toyor² kepala sih ini cerita

2023-05-17

1

Risna Wati

Risna Wati

Rindu masa sekolah ❤️

2023-03-04

3

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

bahagianya... masa² sekolah dimana teman² terdekat senantiasa ada tuk menghibur ..

2023-02-20

2

lihat semua
Episodes
1 Surat Cinta
2 Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3 Bab 3 Devano vs Arya
4 Bab 4 Kecurigaan Della
5 Bab 5 Ketemu Si Centil
6 Bab 6 Buang atau Kenang
7 Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8 Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9 Bab 9 Curahan Hati Bianca
10 Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11 Bab 11 Ketemu Camer ?
12 Bab 12 Makan Siang
13 Bab 13 Terima Raport
14 Bab 14 Jangan Coba-Coba
15 Bab 15 PDKT yang Gagal
16 Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17 Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18 Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19 Bab 19 Biarkan Saja
20 Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21 Bab 21 Kecelakaan
22 Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23 Bab 23 Takdir Kita
24 Bab 24 Kesempatan
25 Bab 25 Arti Persahabatan
26 Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27 Bab 27 Rindu Papa
28 Bab 28 Tentang Arya
29 Bab 29 Aku Membencimu
30 Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31 Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32 Bab 32 Devano vs Bianca
33 Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34 Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35 Bab 35 Selamat Jalan
36 Bab 36 Selamat Tinggal
37 Bab 37 Seorang Van yang Lain
38 Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39 Bab 39 Menginap
40 Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41 Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42 Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43 Bab 43 Ketemuan di Mal
44 Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45 Bab 45 Persiapan Magang
46 Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47 Bab 47 Jalan Baeng Diana
48 Bab 48 Rahasia Devano
49 Bab 49 Mengungkapkan
50 Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51 Bab 51 Obrolan Empat Pria
52 Bab 52 Makan Malam
53 Bab 53 Drama Pagi Hari
54 Bab 54 Sang Pewaris
55 Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56 Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57 Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58 Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59 Bab 59 Kunjungan Sahabat
60 Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61 Bab 61 Bukan Prank ?
62 Bab 62 Ke Kantor Arya
63 Bab 63 Melepasmu
64 Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65 Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66 Bab 66 Pamitan
67 Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68 Bab 68 Permintaan Desta
69 Bab 69 Permintaan yang Sulit
70 Bab 70 Pertemuan di Mal
71 Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72 Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73 Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74 Bab 74 Tidak Rela
75 Bab 75 Gagal Fokus
76 Bab 76 Macan Ompong
77 Bab 77 Obrolan Sore
78 Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79 Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80 Bab 80 Para Mantan Penggemar
81 Bab 81 Curahan Hati Devano
82 Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83 Bab 83 Cemburunya Devano
84 Bab 84 Jangan Buat Baper
85 Bab 85 Beri Aku Waktu
86 Bab 86 Mendadak Pulang
87 Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88 Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89 Bab 89 Nasehat Para Mama
90 Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91 Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92 Bab 92 Maunya Calon Suami
93 Bab 93 Para Sahabat
94 Bab 94 Undangan Lamaran
95 Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96 Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97 Bab 97 Tiga Bulan
98 Bab 98 Semakin Mencintaimu
99 Bab 99 POV Devano
100 Bab 100 Hari Bahagia
101 Ucapan Terima Kasih
102 Promo Novel Baru
103 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Surat Cinta
2
Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3
Bab 3 Devano vs Arya
4
Bab 4 Kecurigaan Della
5
Bab 5 Ketemu Si Centil
6
Bab 6 Buang atau Kenang
7
Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8
Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9
Bab 9 Curahan Hati Bianca
10
Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11
Bab 11 Ketemu Camer ?
12
Bab 12 Makan Siang
13
Bab 13 Terima Raport
14
Bab 14 Jangan Coba-Coba
15
Bab 15 PDKT yang Gagal
16
Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17
Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18
Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19
Bab 19 Biarkan Saja
20
Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21
Bab 21 Kecelakaan
22
Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23
Bab 23 Takdir Kita
24
Bab 24 Kesempatan
25
Bab 25 Arti Persahabatan
26
Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27
Bab 27 Rindu Papa
28
Bab 28 Tentang Arya
29
Bab 29 Aku Membencimu
30
Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31
Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32
Bab 32 Devano vs Bianca
33
Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34
Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35
Bab 35 Selamat Jalan
36
Bab 36 Selamat Tinggal
37
Bab 37 Seorang Van yang Lain
38
Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39
Bab 39 Menginap
40
Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41
Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42
Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43
Bab 43 Ketemuan di Mal
44
Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45
Bab 45 Persiapan Magang
46
Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47
Bab 47 Jalan Baeng Diana
48
Bab 48 Rahasia Devano
49
Bab 49 Mengungkapkan
50
Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51
Bab 51 Obrolan Empat Pria
52
Bab 52 Makan Malam
53
Bab 53 Drama Pagi Hari
54
Bab 54 Sang Pewaris
55
Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56
Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57
Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58
Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59
Bab 59 Kunjungan Sahabat
60
Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61
Bab 61 Bukan Prank ?
62
Bab 62 Ke Kantor Arya
63
Bab 63 Melepasmu
64
Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65
Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66
Bab 66 Pamitan
67
Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68
Bab 68 Permintaan Desta
69
Bab 69 Permintaan yang Sulit
70
Bab 70 Pertemuan di Mal
71
Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72
Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73
Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74
Bab 74 Tidak Rela
75
Bab 75 Gagal Fokus
76
Bab 76 Macan Ompong
77
Bab 77 Obrolan Sore
78
Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79
Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80
Bab 80 Para Mantan Penggemar
81
Bab 81 Curahan Hati Devano
82
Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83
Bab 83 Cemburunya Devano
84
Bab 84 Jangan Buat Baper
85
Bab 85 Beri Aku Waktu
86
Bab 86 Mendadak Pulang
87
Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88
Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89
Bab 89 Nasehat Para Mama
90
Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91
Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92
Bab 92 Maunya Calon Suami
93
Bab 93 Para Sahabat
94
Bab 94 Undangan Lamaran
95
Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96
Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97
Bab 97 Tiga Bulan
98
Bab 98 Semakin Mencintaimu
99
Bab 99 POV Devano
100
Bab 100 Hari Bahagia
101
Ucapan Terima Kasih
102
Promo Novel Baru
103
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!