Senin pagi sekolah masuk seperti biasa tetapi tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar. 4 hari ke depan sekolah mengadakan classmeeting lalu libur sehari dan hari Sabtu seluruh siswa siswi akan menerima raport kenaikan kelas.
Bianca melangkah masuk dengan perasaan sedikit berbunga-bunga bercampur deg deg kan. Sekali-sekali pandangannya beralih ke paper bag yang digenggam di tangan kanannya. Tas ransel yang disandang di bahu hanya berisi bekal, alat tulis dan kaos kelas untuk acara pembukaan classmeeting hari ini.
“Wooii… senyum senyum sendiri aja,” Della yang berlari dari belakang menepuk bahu Bianca.
“Duuhh sialan lo, bikin kaget aja,” Bianca megelus-elus dadanya karena kaget.
“Apaan tuh ?” Della melongok isi paper bag yang sedang ditenteng oleh Bianca.
“Punya Devano mau dibalikin.”
“Bian,” Della menahan bahu Bianca hingga langkah keduanha terhenti. Della menarik lengan Bianca ke sisi lapangan yang agak sepi.
“Elo ada hubungan apa sama Devano ?” Della menelisik tajam ke arah Bianca. Tatapan Della membuat Bianca sedikit gugup.
“Ngggg… nggak, gue nggak ada hubungan apa-apa sama Devano,” jawabnya terbata.
Della memicingkan matanya dan mendekati wajahnya ke Bianca dengan tatapan penuh tanda tanya ?
“Yakin ?”
Bianca cuma mengangguk-angguk dengan cepat.
“Nggak biasa Devano perduli sama cewek sampai kasih pinjam sweaternya gitu. Elo masih inget kan pas Risa jatuh dan berdarah gara-gara kena bola basket, Devano ada deket situ tapi cuek aja.”
Bianca menundukkan kepalanya. Sedikit gelisah membuat dia memilin-milin tali paper bag.
“Yakin Bi ?” Della mengangkat dagu Bianca dan menatap mata Bianca dengan pandangan menyidik dan curiga.
Bianca masih terlihat gelisah dan tangannya masih memilin tali sambil sekali-sekali meremas.
“Gue bisa jaga rahasia, Bian,” Della menepuk kedua bahu Bianca.
“Nggg… nggg… Sebenarnya hari Jumat lalu gue kasih surat ke Devano.” Bianca menatap Della malu-malu.
“Whaattt ?” Della berteriak sambil melotot. Bianca buru-buru membekap mulut Della dengan tangannya.
“Sejak kapan elo jadi manusia nekad ?”
“Gue juga nggak tahu,” Bianca menjawab sambil menggeleng. “Rasanya ganjel juga kalo nggak ngomong. Tapi gue nggak berani ngomong langsung, jadi lewat surat.”
“Sejak kapan elo suka Devano ?”
“Nggg… itu… Sejak kelas 8,”Bianca tersenyum getir.
Della menggeleng-gelengkan kepala sambil menepuk-nepuk kedua bahu Bianca.
“Salah ya gue ?” Bianca menatap Della dengan perasaan menyesal.
Della langsung tersenyum, menggeleng dan mengacungkan jempolnya.
“Keren. Itu baru keren,” Della cengengesan. “Kemajuan temen gue yang pemalu ini berani terus terang soal perasaannya. Terus tanggapan Devano gimana ?”
“Nggak tahu ?” Bianca menggeleng sambil menunduk lesu.
“Surat elo ditolak ?”
“Diterima, tapi tanpa bilang apa-apa. Cuma diambil terus dimasukin kantong. Nggak tahu dibaca apa nggak.”
“Nggak apa-apa, minimal dia terima,” Della menepuk bahu Bianca lagi. “Dan kayaknya surat elo akan terjawab dengan sikap Devano. Kejadian di bioskop satu hal positif yang bisa elo lihat.”
“Jangan ngomong sama Mia dulu ya Del. Please.” Bianca mengatupkan tangan di depan wajahnya memohon pada Della.
“Iya tuh emak satu suka nggak bisa nahan diri,” Della tersenyum. “Yuukk masuk kelas dulu.”
Mereka beriringan ke arah kelas.
“Terus itu mau diapain ?” Della menunjuk paper bag yang dibawa Bianca.
“Mau gue balikin pagi ini. Mumpung sepi.”
“Mau gue temenin ?”
Bianca menggeleng. “Gue sendiri aja.”
“Keren !” Della mengacungkan jempol di depan wajah Bianca.
“Udah sono sekarang ke sana, mumpung belum rame. Devano udah datang, tadi pas parkir motor gue lihat mobilnya udah ada di parkiran.”
Bianca melambaikan tangannya karena mereka akan berjalan ke sisi yang berlawanan. Kelas IPS belok ke ke kiri dari tangga utama, sedangkan kelas IPA ada di sisi kanan dari tangga.
Bianca mengintip ke dalam kelas Devano melalui pintu masuk. Dilihatnya sudah ada Leo dan Devano yang duduk di dalam kelas serta satu orang siswi yang tidak Bianca kenal.
“Devano,” Bianca memanggil pelan. Ketiganya menoleh ke arah pintu.
“Cie cie pagi pagi udah diapelin aja nih,” goda Leo.
Devano langsung bangun dari tempat duduknya menuju pintu masuk. Tanpa menjawab apa-apa dia langsung menuju ralling tembok yang menjadi batas di depan kelas. Bianca mengikutinya dari belakang.
“Aku mau balikin ini. Terima kasih. Sudah aku cuci bersih,” Bianca mengangkat kantong untuk diserahkan ke Devano.
Devano menatap kantong yang dibawa Bianca.
“Buang aja, aku nggak suka pakai barang bekas orang,” jawabnya datar dan hendak berbalik ke kelas. Reflek Bianca menahan tangan Devano.
“Apa sebegitu menjijikan ? Sudah aku cuci bersih dan bebas kuman. Kamu pikir aku penyakitan ?” Ekspressi Bianca terlihat sangat kesal dan marah.
Devano menepiskan genggaman tangan Bianca.
“Buang aja,” jawab Devano datar tanpa ekspresi dan meninggalkan Bianca terpaku di tempatnya.
Dia menahan diri untuk tidak menangis meski air mata sudah di ujung pelupuk matanya. Omongan Devano sedikit menyinggung perasaannya. Perasaannya yang berbunga-bunga karena diperlakukan begitu manis oleh Devano pada hari Sabtu lalu berbanding terbalik dengan saat ini. Seperti naik wahana menyesakkan, habis diangkat tinggi dihempaskan keras hingga jatuh ke tanah.
Dengan wajah menunduk Bianca berjalan lesu ke arah kelasnya. Sekilas ditatapnya kantong yang berisi baju milik Devano. Bianca memasukkan kantong itu ke dalam tas ranselnya dan mempercepat langkahnya ke dalam kelas. Sampai di dalam kelas, bukan cuma Della yang sudah datang tetapi Mia juga sudah duduk sedang menyisir rambutnya.
“Darimana lo ?” tanya Mia.
“Kamar mandi,” jawab Bianca sambil duduk di sebelah Della.
“Kok nggak sekalian ganti kaos, kan sebentar lagi upacara pembukaan,” lanjut Mia.
“Boleh doubel kan sama kemeja sekolah ?” Della yang bertanya.
“Duuhh ogah deh kalo doubel begitu, mau upacara di lapangan panas. Yuk ganti di kamar mandi Bi,” Mia beranjak bangun dan menarik lengan Bianca di atas meja.
“Gue doubel aja Mia,” Bianca masih dalam posisi duduk. “Males kamar mandi ramai, nanti habis upacara aja.”
“Ya udah gue ganti dulu. Elo nggak ganti juga kan Del ?” Della cuma menggeleng.
“Gimana ?” Della berbisik sambil menyenggol bahu Bianca.
Bianca yang sudah menahan kekesalan hatinya akhirnya meneteskan air matanya.
“Heh kok nangis ?” Della menatap bingung Bianca yang tertunduk.
Bianca bercerita tentang kejadian dengan Devano dan segala ucapan Devano yang cukup menyakiti hatinya.
“Songong banget sih tuh cowok,” Della mengepalkan tangannya dengan wajah marah.
“Kagak usah perpanjang rasa suka elo sama dia.”
Bianca hanya diam kemudian menangkup wajahnya di atas meja. Della memberikan selembar tissue.
“Udah jangan nangis, nanti mak bawel balik jadi panjang urusannya.”
Bianca menerima tissue dari Della namun masih tetap meletakkan kepala di atas meja dengan alas tangannya.
“Buang aja kalo emang tuh cowok suruh buang,” ketus Della.
“Tapi kan masih bagus dan sudah bersih juga. Nodanya juga nggak nempel,”
Della menatap wajah Bianca dalam-dalam.
“Susah ya buang perasaan suka cepet-cepet,” Della memcebik. “Ya udah simpen kalo gitu buat kenang-kenangan.”
“Emang boleh ?” Bianca mengerjapkan matanya.
“Ya ampun Bibi Bian, ya suka suka elo aja laahh,” Della menyentil pelan jidat Bianca.
Bianca mengangkat wajahnya dan mengerjapkan matanya menatap Della. Yang ditatap membalas dengan kesal dan menarik nafas panjang.
“Terserah elo tinggal pilih mau buang atau simpan jadi kenangan.”
Bianca tidak menjawab apa-apa dengan pandangan matanya masih menatap Della yang menggeleng-geleng kesal.
Tidak lama bel tanda masuk berbunyi.
Bianca dan Della segera memakai kaos kelas di luar kemeja sekolah yang tidak mereka lepas karena akan ada upacara pembukaan pagi ini.
Sampai di lapangan, Bianca sempat berpapasan dengan Devano saat akan masuk barisan kelasnya. Tanpa Bianca sadari, Devano sempar melirik ke arah gadis itu sementara Bianca malah membuang buka dan pura-pura tidak melihat.
Bianca menarik nafas panjang. Perasaannya campur aduk antara kesal, marah, dan juga sedih mendapat perlakukan Devano. Terpikir di benaknya, surat cintanya mungkin diterima di tangan Devano tetapi jangan-jangan langsung disobek kecil-kecil dan dibuang ke tong sampah.
Bianca menarik nafas panjang kembali sementara Della hanya menggelengkan kepala melihat kondisi sahabatnya dan Mia malah sibuk dengan penampilannya.
Readers mohon dukungannya dengan memberikan vote, like dan comment di karya pertama saya ini.
😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
neni onet
devano sengaja bilang buang, karena awalnya memang mau kasihin ke bibi kayanyaa 🤣
2023-09-28
0
Lynn nurdin
saya suka dgn novel ni thor...jdi penasaran sndiri
2023-04-12
1
mayu
devano neh tipe2 tsundere 🤭🤭
2023-04-04
1