Bab 6 Buang atau Kenang

Senin pagi sekolah masuk seperti biasa tetapi tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar. 4 hari ke depan sekolah mengadakan classmeeting lalu libur sehari dan hari Sabtu seluruh siswa siswi akan menerima raport kenaikan kelas.

Bianca melangkah masuk dengan perasaan sedikit berbunga-bunga bercampur deg deg kan. Sekali-sekali pandangannya beralih ke paper bag yang digenggam di tangan kanannya. Tas ransel yang disandang di bahu hanya berisi bekal, alat tulis dan kaos kelas untuk acara pembukaan classmeeting hari ini.

“Wooii… senyum senyum sendiri aja,” Della yang berlari dari belakang menepuk bahu Bianca.

“Duuhh sialan lo, bikin kaget aja,” Bianca megelus-elus dadanya karena kaget.

“Apaan tuh ?” Della melongok isi paper bag yang sedang ditenteng oleh Bianca.

“Punya Devano mau dibalikin.”

“Bian,” Della menahan bahu Bianca hingga langkah keduanha terhenti. Della menarik lengan Bianca ke sisi lapangan yang agak sepi.

“Elo ada hubungan apa sama Devano ?” Della menelisik tajam ke arah Bianca. Tatapan Della membuat Bianca sedikit gugup.

“Ngggg… nggak, gue nggak ada hubungan apa-apa sama Devano,” jawabnya terbata.

Della memicingkan matanya dan mendekati wajahnya ke Bianca dengan tatapan penuh tanda tanya ?

“Yakin ?”

Bianca cuma mengangguk-angguk dengan cepat.

“Nggak biasa Devano perduli sama cewek sampai kasih pinjam sweaternya gitu. Elo masih inget kan pas Risa jatuh dan berdarah gara-gara kena bola basket, Devano ada deket situ tapi cuek aja.”

Bianca menundukkan kepalanya. Sedikit gelisah membuat dia memilin-milin tali paper bag.

“Yakin Bi ?” Della mengangkat dagu Bianca dan menatap mata Bianca dengan pandangan menyidik dan curiga.

Bianca masih terlihat gelisah dan tangannya masih memilin tali sambil sekali-sekali meremas.

“Gue bisa jaga rahasia, Bian,” Della menepuk kedua bahu Bianca.

“Nggg… nggg… Sebenarnya hari Jumat lalu gue kasih surat ke Devano.” Bianca menatap Della malu-malu.

“Whaattt ?” Della berteriak sambil melotot. Bianca buru-buru membekap mulut Della dengan tangannya.

“Sejak kapan elo jadi manusia nekad ?”

“Gue juga nggak tahu,” Bianca menjawab sambil menggeleng. “Rasanya ganjel juga kalo nggak ngomong. Tapi gue nggak berani ngomong langsung, jadi lewat surat.”

“Sejak kapan elo suka Devano ?”

“Nggg… itu… Sejak kelas 8,”Bianca tersenyum getir.

Della menggeleng-gelengkan kepala sambil menepuk-nepuk kedua bahu Bianca.

“Salah ya gue ?” Bianca menatap Della dengan perasaan menyesal.

Della langsung tersenyum, menggeleng dan mengacungkan jempolnya.

“Keren. Itu baru keren,” Della cengengesan. “Kemajuan temen gue yang pemalu ini berani terus terang soal perasaannya. Terus tanggapan Devano gimana ?”

“Nggak tahu ?” Bianca menggeleng sambil menunduk lesu.

“Surat elo ditolak ?”

“Diterima, tapi tanpa bilang apa-apa. Cuma diambil terus dimasukin kantong. Nggak tahu dibaca apa nggak.”

“Nggak apa-apa, minimal dia terima,” Della menepuk bahu Bianca lagi. “Dan kayaknya surat elo akan terjawab dengan sikap Devano. Kejadian di bioskop satu hal positif yang bisa elo lihat.”

“Jangan ngomong sama Mia dulu ya Del. Please.” Bianca mengatupkan tangan di depan wajahnya memohon pada Della.

“Iya tuh emak satu suka nggak bisa nahan diri,” Della tersenyum. “Yuukk masuk kelas dulu.”

Mereka beriringan ke arah kelas.

“Terus itu mau diapain ?” Della menunjuk paper bag yang dibawa Bianca.

“Mau gue balikin pagi ini. Mumpung sepi.”

“Mau gue temenin ?”

Bianca menggeleng. “Gue sendiri aja.”

“Keren !” Della mengacungkan jempol di depan wajah Bianca.

“Udah sono sekarang ke sana, mumpung belum rame. Devano udah datang, tadi pas parkir motor gue lihat mobilnya udah ada di parkiran.”

Bianca melambaikan tangannya karena mereka akan berjalan ke sisi yang berlawanan. Kelas IPS belok ke ke kiri dari tangga utama, sedangkan kelas IPA ada di sisi kanan dari tangga.

Bianca mengintip ke dalam kelas Devano melalui pintu masuk. Dilihatnya sudah ada Leo dan Devano yang duduk di dalam kelas serta satu orang siswi yang tidak Bianca kenal.

“Devano,” Bianca memanggil pelan. Ketiganya menoleh ke arah pintu.

“Cie cie pagi pagi udah diapelin aja nih,” goda Leo.

Devano langsung bangun dari tempat duduknya menuju pintu masuk. Tanpa menjawab apa-apa dia langsung menuju ralling tembok yang menjadi batas di depan kelas. Bianca mengikutinya dari belakang.

“Aku mau balikin ini. Terima kasih. Sudah aku cuci bersih,” Bianca mengangkat kantong untuk diserahkan ke Devano.

Devano menatap kantong yang dibawa Bianca.

“Buang aja, aku nggak suka pakai barang bekas orang,” jawabnya datar dan hendak berbalik ke kelas. Reflek Bianca menahan tangan Devano.

“Apa sebegitu menjijikan ? Sudah aku cuci bersih dan bebas kuman. Kamu pikir aku penyakitan ?” Ekspressi Bianca terlihat sangat kesal dan marah.

Devano menepiskan genggaman tangan Bianca.

“Buang aja,” jawab Devano datar tanpa ekspresi dan meninggalkan Bianca terpaku di tempatnya.

Dia menahan diri untuk tidak menangis meski air mata sudah di ujung pelupuk matanya. Omongan Devano sedikit menyinggung perasaannya. Perasaannya yang berbunga-bunga karena diperlakukan begitu manis oleh Devano pada hari Sabtu lalu berbanding terbalik dengan saat ini. Seperti naik wahana menyesakkan, habis diangkat tinggi dihempaskan keras hingga jatuh ke tanah.

Dengan wajah menunduk Bianca berjalan lesu ke arah kelasnya. Sekilas ditatapnya kantong yang berisi baju milik Devano. Bianca memasukkan kantong itu ke dalam tas ranselnya dan mempercepat langkahnya ke dalam kelas. Sampai di dalam kelas, bukan cuma Della yang sudah datang tetapi Mia juga sudah duduk sedang menyisir rambutnya.

“Darimana lo ?” tanya Mia.

“Kamar mandi,” jawab Bianca sambil duduk di sebelah Della.

“Kok nggak sekalian ganti kaos, kan sebentar lagi upacara pembukaan,” lanjut Mia.

“Boleh doubel kan sama kemeja sekolah ?” Della yang bertanya.

“Duuhh ogah deh kalo doubel begitu, mau upacara di lapangan panas. Yuk ganti di kamar mandi Bi,” Mia beranjak bangun dan menarik lengan Bianca di atas meja.

“Gue doubel aja Mia,” Bianca masih dalam posisi duduk. “Males kamar mandi ramai, nanti habis upacara aja.”

“Ya udah gue ganti dulu. Elo nggak ganti juga kan Del ?” Della cuma menggeleng.

“Gimana ?” Della berbisik sambil menyenggol bahu Bianca.

Bianca yang sudah menahan kekesalan hatinya akhirnya meneteskan air matanya.

“Heh kok nangis ?” Della menatap bingung Bianca yang tertunduk.

Bianca bercerita tentang kejadian dengan Devano dan segala ucapan Devano yang cukup menyakiti hatinya.

“Songong banget sih tuh cowok,” Della mengepalkan tangannya dengan wajah marah.

“Kagak usah perpanjang rasa suka elo sama dia.”

Bianca hanya diam kemudian menangkup wajahnya di atas meja. Della memberikan selembar tissue.

“Udah jangan nangis, nanti mak bawel balik jadi panjang urusannya.”

Bianca menerima tissue dari Della namun masih tetap meletakkan kepala di atas meja dengan alas tangannya.

“Buang aja kalo emang tuh cowok suruh buang,” ketus Della.

“Tapi kan masih bagus dan sudah bersih juga. Nodanya juga nggak nempel,”

Della menatap wajah Bianca dalam-dalam.

“Susah ya buang perasaan suka cepet-cepet,” Della memcebik. “Ya udah simpen kalo gitu buat kenang-kenangan.”

“Emang boleh ?” Bianca mengerjapkan matanya.

“Ya ampun Bibi Bian, ya suka suka elo aja laahh,” Della menyentil pelan jidat Bianca.

Bianca mengangkat wajahnya dan mengerjapkan matanya menatap Della. Yang ditatap membalas dengan kesal dan menarik nafas panjang.

“Terserah elo tinggal pilih mau buang atau simpan jadi kenangan.”

Bianca tidak menjawab apa-apa dengan pandangan matanya masih menatap Della yang menggeleng-geleng kesal.

Tidak lama bel tanda masuk berbunyi.

Bianca dan Della segera memakai kaos kelas di luar kemeja sekolah yang tidak mereka lepas karena akan ada upacara pembukaan pagi ini.

Sampai di lapangan, Bianca sempat berpapasan dengan Devano saat akan masuk barisan kelasnya. Tanpa Bianca sadari, Devano sempar melirik ke arah gadis itu sementara Bianca malah membuang buka dan pura-pura tidak melihat.

Bianca menarik nafas panjang. Perasaannya campur aduk antara kesal, marah, dan juga sedih mendapat perlakukan Devano. Terpikir di benaknya, surat cintanya mungkin diterima di tangan Devano tetapi jangan-jangan langsung disobek kecil-kecil dan dibuang ke tong sampah.

Bianca menarik nafas panjang kembali sementara Della hanya menggelengkan kepala melihat kondisi sahabatnya dan Mia malah sibuk dengan penampilannya.

Readers mohon dukungannya dengan memberikan vote, like dan comment di karya pertama saya ini.

😊😊

Terpopuler

Comments

neni onet

neni onet

devano sengaja bilang buang, karena awalnya memang mau kasihin ke bibi kayanyaa 🤣

2023-09-28

0

Lynn nurdin

Lynn nurdin

saya suka dgn novel ni thor...jdi penasaran sndiri

2023-04-12

1

mayu

mayu

devano neh tipe2 tsundere 🤭🤭

2023-04-04

1

lihat semua
Episodes
1 Surat Cinta
2 Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3 Bab 3 Devano vs Arya
4 Bab 4 Kecurigaan Della
5 Bab 5 Ketemu Si Centil
6 Bab 6 Buang atau Kenang
7 Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8 Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9 Bab 9 Curahan Hati Bianca
10 Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11 Bab 11 Ketemu Camer ?
12 Bab 12 Makan Siang
13 Bab 13 Terima Raport
14 Bab 14 Jangan Coba-Coba
15 Bab 15 PDKT yang Gagal
16 Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17 Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18 Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19 Bab 19 Biarkan Saja
20 Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21 Bab 21 Kecelakaan
22 Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23 Bab 23 Takdir Kita
24 Bab 24 Kesempatan
25 Bab 25 Arti Persahabatan
26 Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27 Bab 27 Rindu Papa
28 Bab 28 Tentang Arya
29 Bab 29 Aku Membencimu
30 Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31 Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32 Bab 32 Devano vs Bianca
33 Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34 Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35 Bab 35 Selamat Jalan
36 Bab 36 Selamat Tinggal
37 Bab 37 Seorang Van yang Lain
38 Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39 Bab 39 Menginap
40 Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41 Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42 Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43 Bab 43 Ketemuan di Mal
44 Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45 Bab 45 Persiapan Magang
46 Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47 Bab 47 Jalan Baeng Diana
48 Bab 48 Rahasia Devano
49 Bab 49 Mengungkapkan
50 Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51 Bab 51 Obrolan Empat Pria
52 Bab 52 Makan Malam
53 Bab 53 Drama Pagi Hari
54 Bab 54 Sang Pewaris
55 Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56 Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57 Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58 Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59 Bab 59 Kunjungan Sahabat
60 Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61 Bab 61 Bukan Prank ?
62 Bab 62 Ke Kantor Arya
63 Bab 63 Melepasmu
64 Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65 Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66 Bab 66 Pamitan
67 Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68 Bab 68 Permintaan Desta
69 Bab 69 Permintaan yang Sulit
70 Bab 70 Pertemuan di Mal
71 Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72 Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73 Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74 Bab 74 Tidak Rela
75 Bab 75 Gagal Fokus
76 Bab 76 Macan Ompong
77 Bab 77 Obrolan Sore
78 Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79 Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80 Bab 80 Para Mantan Penggemar
81 Bab 81 Curahan Hati Devano
82 Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83 Bab 83 Cemburunya Devano
84 Bab 84 Jangan Buat Baper
85 Bab 85 Beri Aku Waktu
86 Bab 86 Mendadak Pulang
87 Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88 Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89 Bab 89 Nasehat Para Mama
90 Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91 Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92 Bab 92 Maunya Calon Suami
93 Bab 93 Para Sahabat
94 Bab 94 Undangan Lamaran
95 Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96 Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97 Bab 97 Tiga Bulan
98 Bab 98 Semakin Mencintaimu
99 Bab 99 POV Devano
100 Bab 100 Hari Bahagia
101 Ucapan Terima Kasih
102 Promo Novel Baru
103 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Surat Cinta
2
Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3
Bab 3 Devano vs Arya
4
Bab 4 Kecurigaan Della
5
Bab 5 Ketemu Si Centil
6
Bab 6 Buang atau Kenang
7
Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8
Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9
Bab 9 Curahan Hati Bianca
10
Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11
Bab 11 Ketemu Camer ?
12
Bab 12 Makan Siang
13
Bab 13 Terima Raport
14
Bab 14 Jangan Coba-Coba
15
Bab 15 PDKT yang Gagal
16
Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17
Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18
Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19
Bab 19 Biarkan Saja
20
Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21
Bab 21 Kecelakaan
22
Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23
Bab 23 Takdir Kita
24
Bab 24 Kesempatan
25
Bab 25 Arti Persahabatan
26
Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27
Bab 27 Rindu Papa
28
Bab 28 Tentang Arya
29
Bab 29 Aku Membencimu
30
Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31
Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32
Bab 32 Devano vs Bianca
33
Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34
Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35
Bab 35 Selamat Jalan
36
Bab 36 Selamat Tinggal
37
Bab 37 Seorang Van yang Lain
38
Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39
Bab 39 Menginap
40
Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41
Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42
Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43
Bab 43 Ketemuan di Mal
44
Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45
Bab 45 Persiapan Magang
46
Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47
Bab 47 Jalan Baeng Diana
48
Bab 48 Rahasia Devano
49
Bab 49 Mengungkapkan
50
Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51
Bab 51 Obrolan Empat Pria
52
Bab 52 Makan Malam
53
Bab 53 Drama Pagi Hari
54
Bab 54 Sang Pewaris
55
Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56
Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57
Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58
Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59
Bab 59 Kunjungan Sahabat
60
Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61
Bab 61 Bukan Prank ?
62
Bab 62 Ke Kantor Arya
63
Bab 63 Melepasmu
64
Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65
Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66
Bab 66 Pamitan
67
Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68
Bab 68 Permintaan Desta
69
Bab 69 Permintaan yang Sulit
70
Bab 70 Pertemuan di Mal
71
Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72
Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73
Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74
Bab 74 Tidak Rela
75
Bab 75 Gagal Fokus
76
Bab 76 Macan Ompong
77
Bab 77 Obrolan Sore
78
Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79
Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80
Bab 80 Para Mantan Penggemar
81
Bab 81 Curahan Hati Devano
82
Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83
Bab 83 Cemburunya Devano
84
Bab 84 Jangan Buat Baper
85
Bab 85 Beri Aku Waktu
86
Bab 86 Mendadak Pulang
87
Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88
Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89
Bab 89 Nasehat Para Mama
90
Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91
Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92
Bab 92 Maunya Calon Suami
93
Bab 93 Para Sahabat
94
Bab 94 Undangan Lamaran
95
Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96
Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97
Bab 97 Tiga Bulan
98
Bab 98 Semakin Mencintaimu
99
Bab 99 POV Devano
100
Bab 100 Hari Bahagia
101
Ucapan Terima Kasih
102
Promo Novel Baru
103
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!