Bab 14 Jangan Coba-Coba

“Hei !” Mia menepuk kedua bahu Bianca dari belakang membuat Bianca sedikit terlonjak.

“Duh yang ngeliatin calon pacar sama calon mertua,” goda Mia kembali.

“Apaan sih ?” Bianca mengerutkan alisnya dan nada suaranya sedikit ketus.

Mia cekikikan melihat reaksi Bianca dengan wajah manyunnya. Della yang biasa memang lebih cool hanya memperhatikan interaksi kedua sahabatnya.

“Gimana calon mertua ? Kayaknya akrab banget nih,” Mia mengerlingkan matanya.

“Nggak ada ya calon pacar, mau dibuang jauh-jauh ke samudera Hindia bukan laut Ancol doang,” jawab Bianca asal membuat Mia tertawa dan Della akhirnya ikut tersenyum.

“Yakin lo ?” Della menatap santai tapi menggoda.

”Seribu rius,” jawab Bianca kembali membuat Mia dan Della masih tertawa.

Ketiganya asyik berbicara hingga tidak sadar ternyata sosok yang mereka bicarakan sudah berdiri di belakang Bianca membuar Della dan Mia spontan menghentikan tawa mereka.

“Kok mendadak diem ? Setan lewat ?” Bianca mencebik saat mendapati kedua temannya yang sibuk menggodanya mendadak menghentikan tawa mereka.

Della hanya mengangkat dagu mememberi kode ke arah Bianca sementara Mia mengangkat telunjuknya mengarah ke Bianca sambil tersenyum kecut.

“Apaan sih ?” Bianca menoleh dan kaget mendapati sosok Devano yang sudah berdiri di belakangnya. Reflek Bianca mundur karena saat berbalik posisi Devano menjadi lumayan dekat dengannya.

“Ikut gue !” Peritah Devano dan langsung melangkah meninggalkan Bianca, sementara gadis itu masih berdiri di tempatnya.

Devano menoleh dan tidak mendapati Bianca di belakangnya membuat langkahnya terhenti.

“Ikut gue, gue mau ngomong !”

“Nggak mau,” Bianca menggeleng. “Kita nggak ada urusan apa-apa lagi. Udah beres kemarin.”

Devano mendengus kesal dan melangkah mendekati Bianca lalu langsung menarik tangan Bianca untuk mengikuti langkahnya. Beberapa siswa siswi yang ada dekar di situ reflek menyoraki kondisi Devano yang menarik tangan Bianca. Mereka berpikir cerita di penutupan classmeeting ternyata berlanjut. Bianca yang mendengar sorakan teman-temannya menutup wajahnya menahan malu sementata Devano dengan cuek masih menarik tangannya. Di ujung tangga sepasang mata menatap mereka tidak suka. Reflek langkahnya mengikuti Devano yang membawa Bianca ke halaman belakang sekolah.

“Devano lepas ! Sakit !” Bianca berusaha melepaskan tangannya. Tapi semakin dia melawan semakin erat cengkeraman tangan Devano.

Sampai di halaman belakang, Devano menghempaskan tangan Bianca dengan kasar. Bianca mengusap-usap pergelangan tangannya yang memerah dan terasa sakt.

“Gue …” Devano belum sempat berbicara, Bianca langsung memutusnya dan mengangkat telunjuknya ke arah Devano.

“Anggap aja surat itu suatu kekhilafan gue. Dan ke depannya gue nggak bakal gangguin elo sama sekali,” Bianca menarik nafas. “Gue udah putusin akan membuang jauh-jauh perasaan gue ke elo.”

Devano menatap tajam ke arah Bianca.

“Elo udah bikin kacau hidup gue dengan masalah surat picisan elo,” sinis Devano.

Bianca membalas tatapan Devano dengan ekspresi yang tidak kalah galaknya.

“Mau picisan, mau gombalan, terserah elo mau bilang apa !” Bianca maju satu langkah.

“Terima kasih buat gue sadar dengan sikap elo hari ini bahwa sungguh buang-buang waktu memberikan hati buat orang kayak elo !” Bianca menujuk-nunjuk ke arah Devano.

“Elo…” Devano memegang telunjuk Bianca yang ada di depan wajahnya sementara tangan satunya mengepal keras.

“Lepasin !” Bianca berusaha melepaskan jari telunjuknya dari genggaman Devano.

“Bagus kalo memang elo punya pikiran kayak gitu.” Devano mendekatkan wajahnya ke Bianca yang membuat Bianca bergerak mundur.

“Dan ingat jangan coba-coba menuruti apa maunya mommy gue. NGERTI ?!” Devano sedikit menaikkan nada suaranya di akhir kalimatnya.

Bianca masih menatap Devano tanpa rasa takut. Namun sikap Devano saat ini sedikit mencubit hatinya. Sedikit sedih karena merasa bahwa Devano bukan hanya tidak menyukainya bahkan mungkin membencinya.

“Nggak usah khawatir,” Bianca menghentakan tangannya hingga jari yang tadi digenggam Devano terlepas.

“Gue benar-benar sadar dan nyesel banget udah pernah suka sama cowok kayak elo,” Bianca menjawab dengan nada tinggi lalu berbalik meninggalkan Devano.

Devano masih berdiri di temparnya. Dia memegang dadanya sendiri saat melihat Bianca melangkah meninggalkannya. Perasaan emosinya bercampur aduk dalam hati dan otaknya. Dia melangkah meninggalkan halaman belakang sekolah, namun langkahnya terhenti saat hendak melewati lorong dekat kamar mandi. Dilihatnya sosok Bianca berdiri menunduk dengan posisi membelakangi Devano sementara berdiri di depannya sosok Arya sedang mengelus kepala Bianca dengan lembut sementara tangan sebelahnya menepuk pelan bahu Bianca.

Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya saat melihat pemandangan seperti itu di depannya. Tanpa sadar Devano mengepalkan kedua tangannya. Namun akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan langkahnya dan melewati keduanya. Tanpa menoleh atau menyapa Arya, Devano terus melangkah dengan sikap cuek dan dinginnya. Kedua tangannya sudah tidak lagi terkepal. Dia melangkah seolah-olah tidak terjadi apapun antara dia dan Bianca.

“Udah jangan sedih lagi,” Arya menyodorkan saputangan yang tadi tersimpan di saku celananya.

Bianca mendongakan kepalanya, menatap wajah Arya dengan tetesan air mata di pipinya. Arya tertawa melihat ekspresi gadis di depannya.

“Muka elo asli jelek banget,” Arya masih tertawa dan menangkup pipi Bianca lalu menggoyangkannya ke kiri dan ke kanan.

“Arya ! Sakit,” omel Bianca dengan wajah memberenggut. Arya masih tertawa melihat ekspresi Bianca.

“Asli udah jelek tambah jelek,” tangan Arya sudah tidak lagi menangkup wajah Bianca, berganti mengacak-acak rambut gadis yang tingginya hanya sebahunya.

Bianca memberenggut kesal dan menepiskan tangan Arya yang mengacak-acak rambutnya.

“Bete !” Dumelmya sambil meninggalkan Arya yang masih tertawa. Arya bergegas menyusul Bianca dan merangkul bahunya.

“Jangan ngambek,” ledeknya.

“Apaan sih,” Bianca masih dalam mode judes menepiskan tangan Arya dari bahunya.

Arya sempat melihat sekilas Devano yang berdiri cukup jauh namun masih bisa melihatnya dan Bianca. Arya sengaja merangkul kembali bahu Bianca dan sekali menjawil hidung Bianca yang membuat gadis itu terus mengomel dan menggerutu. Arya terus tertawa menanggapi sikap Bianca.

“Sorry Van, kalo elo memang suka beneran sama Bianca, elo perlu berjuang dan jangan jadi pecundang,” gumam Arya dalam hati.

Tidak lama Bianca sudah bergabung kembali dengan Mia dan Della yang ternyata masih menunggunya dekat kantin.

“Dih kayak sulap aja, pergi sama Devano baliknya sama Arya,” celoteh Mia saat keduanya sudah bergabung kembali.

“Dasar anak kecil,” gerutu Arya.

“Eh apa lo bilang ? Kalo gue anak kecil ya elo sama aja anak kecil juga, sok tua !” Mia mencebik sementara tangannya sempat menonjok bahu Arya.

“Dih cewek bar bar,” Arya mengusap bahunya.

“Lemah,” Mia melotot menatap Arya, sementara Arya membuang muka ke arah Bianca.

“Arya !” Teriak Mia yang membuat Bianca reflek menutup kupongnya dan Della langsung menepuk bahu Mia lumayan kencang.

Beberapa siswa dan orang tua yang kebetulan melintas dekat situ ikut menoleh.

Arya yang namanya dipanggil melotot menatap Mia dengan tatapan kesal.

“Eh cewek bar bar, gue ada di dekar sini nggak usah pake teriak-teriak,” Arya maju satu langkah dan semakin melotot menatap Mia.

Mia yang tidak mau kalah maju juga selangkah dan sengaja menabrakkan bahunya ke lengan Arya.

“Kenapa kalo gue bar bar. Nggak suka ?”

Belum sempat Arya membalas omongan Mia, Bianca menarik lengan Arya hingga tubuhnya mundur ke belakang.

“Udah malu jangan berantem melulu. Awas nanti malah berjodoh loh,” Bianca tertawa menggoda.

“Amit-amit !” Arya dan Mia menjawab barengan.

“Tuh kan jodoh,” Della menimpali dan tertawa berdua dengan Bianca.

“Udah yuk aah katanya mau jalan ke mal,” Bianca memutus pandangan Mia dan Arya.

“Gue ikut ya,” spontan Arya bicara menatap Bianca.

“No !!” Kompak ketiganya menjawab bersamaan.

“Nggak ada ya elo ikut-ikut,” Della mendorong Arya yang mulai ikut melangkah.

“Girl’s day Ya,” Bianca tersenyum.

Mia meleletkan lidahnya mengejek Arya yang membalas dengan pelototan. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil mengiringi ketiga gadis tadi yang mulai meninggalkan sekolah. Niatnya selama liburan akan mendekati Bianca.

Semangat Arya !!!! Ucapnya dalam hati.

Terpopuler

Comments

lie2k

lie2k

sm arya dl aj deh....

2023-10-16

0

Vivin Ley

Vivin Ley

kayak drama koreaaah

2023-06-29

1

lela94

lela94

fix si Arya jodoh sm Mia😂

2023-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 Surat Cinta
2 Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3 Bab 3 Devano vs Arya
4 Bab 4 Kecurigaan Della
5 Bab 5 Ketemu Si Centil
6 Bab 6 Buang atau Kenang
7 Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8 Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9 Bab 9 Curahan Hati Bianca
10 Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11 Bab 11 Ketemu Camer ?
12 Bab 12 Makan Siang
13 Bab 13 Terima Raport
14 Bab 14 Jangan Coba-Coba
15 Bab 15 PDKT yang Gagal
16 Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17 Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18 Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19 Bab 19 Biarkan Saja
20 Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21 Bab 21 Kecelakaan
22 Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23 Bab 23 Takdir Kita
24 Bab 24 Kesempatan
25 Bab 25 Arti Persahabatan
26 Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27 Bab 27 Rindu Papa
28 Bab 28 Tentang Arya
29 Bab 29 Aku Membencimu
30 Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31 Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32 Bab 32 Devano vs Bianca
33 Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34 Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35 Bab 35 Selamat Jalan
36 Bab 36 Selamat Tinggal
37 Bab 37 Seorang Van yang Lain
38 Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39 Bab 39 Menginap
40 Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41 Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42 Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43 Bab 43 Ketemuan di Mal
44 Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45 Bab 45 Persiapan Magang
46 Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47 Bab 47 Jalan Baeng Diana
48 Bab 48 Rahasia Devano
49 Bab 49 Mengungkapkan
50 Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51 Bab 51 Obrolan Empat Pria
52 Bab 52 Makan Malam
53 Bab 53 Drama Pagi Hari
54 Bab 54 Sang Pewaris
55 Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56 Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57 Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58 Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59 Bab 59 Kunjungan Sahabat
60 Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61 Bab 61 Bukan Prank ?
62 Bab 62 Ke Kantor Arya
63 Bab 63 Melepasmu
64 Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65 Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66 Bab 66 Pamitan
67 Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68 Bab 68 Permintaan Desta
69 Bab 69 Permintaan yang Sulit
70 Bab 70 Pertemuan di Mal
71 Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72 Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73 Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74 Bab 74 Tidak Rela
75 Bab 75 Gagal Fokus
76 Bab 76 Macan Ompong
77 Bab 77 Obrolan Sore
78 Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79 Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80 Bab 80 Para Mantan Penggemar
81 Bab 81 Curahan Hati Devano
82 Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83 Bab 83 Cemburunya Devano
84 Bab 84 Jangan Buat Baper
85 Bab 85 Beri Aku Waktu
86 Bab 86 Mendadak Pulang
87 Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88 Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89 Bab 89 Nasehat Para Mama
90 Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91 Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92 Bab 92 Maunya Calon Suami
93 Bab 93 Para Sahabat
94 Bab 94 Undangan Lamaran
95 Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96 Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97 Bab 97 Tiga Bulan
98 Bab 98 Semakin Mencintaimu
99 Bab 99 POV Devano
100 Bab 100 Hari Bahagia
101 Ucapan Terima Kasih
102 Promo Novel Baru
103 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Surat Cinta
2
Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3
Bab 3 Devano vs Arya
4
Bab 4 Kecurigaan Della
5
Bab 5 Ketemu Si Centil
6
Bab 6 Buang atau Kenang
7
Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8
Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9
Bab 9 Curahan Hati Bianca
10
Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11
Bab 11 Ketemu Camer ?
12
Bab 12 Makan Siang
13
Bab 13 Terima Raport
14
Bab 14 Jangan Coba-Coba
15
Bab 15 PDKT yang Gagal
16
Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17
Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18
Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19
Bab 19 Biarkan Saja
20
Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21
Bab 21 Kecelakaan
22
Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23
Bab 23 Takdir Kita
24
Bab 24 Kesempatan
25
Bab 25 Arti Persahabatan
26
Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27
Bab 27 Rindu Papa
28
Bab 28 Tentang Arya
29
Bab 29 Aku Membencimu
30
Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31
Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32
Bab 32 Devano vs Bianca
33
Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34
Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35
Bab 35 Selamat Jalan
36
Bab 36 Selamat Tinggal
37
Bab 37 Seorang Van yang Lain
38
Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39
Bab 39 Menginap
40
Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41
Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42
Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43
Bab 43 Ketemuan di Mal
44
Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45
Bab 45 Persiapan Magang
46
Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47
Bab 47 Jalan Baeng Diana
48
Bab 48 Rahasia Devano
49
Bab 49 Mengungkapkan
50
Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51
Bab 51 Obrolan Empat Pria
52
Bab 52 Makan Malam
53
Bab 53 Drama Pagi Hari
54
Bab 54 Sang Pewaris
55
Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56
Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57
Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58
Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59
Bab 59 Kunjungan Sahabat
60
Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61
Bab 61 Bukan Prank ?
62
Bab 62 Ke Kantor Arya
63
Bab 63 Melepasmu
64
Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65
Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66
Bab 66 Pamitan
67
Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68
Bab 68 Permintaan Desta
69
Bab 69 Permintaan yang Sulit
70
Bab 70 Pertemuan di Mal
71
Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72
Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73
Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74
Bab 74 Tidak Rela
75
Bab 75 Gagal Fokus
76
Bab 76 Macan Ompong
77
Bab 77 Obrolan Sore
78
Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79
Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80
Bab 80 Para Mantan Penggemar
81
Bab 81 Curahan Hati Devano
82
Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83
Bab 83 Cemburunya Devano
84
Bab 84 Jangan Buat Baper
85
Bab 85 Beri Aku Waktu
86
Bab 86 Mendadak Pulang
87
Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88
Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89
Bab 89 Nasehat Para Mama
90
Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91
Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92
Bab 92 Maunya Calon Suami
93
Bab 93 Para Sahabat
94
Bab 94 Undangan Lamaran
95
Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96
Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97
Bab 97 Tiga Bulan
98
Bab 98 Semakin Mencintaimu
99
Bab 99 POV Devano
100
Bab 100 Hari Bahagia
101
Ucapan Terima Kasih
102
Promo Novel Baru
103
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!