Bab 5 Ketemu Si Centil

Jam 17.30 mereka keluar dari bioskop. Sepanjang film Bianca merasa tidak tenang dan akhirnya tidak menikmati film yang lagi booming untuk ditonton.

Perasaan yang tidak karuan karena ternyata Devano dan keempat temannya duduk di barisan persis di belakang Bianca, Della dan Mia. Beberapa kali Arya sempat menoel-noel bahunya dari belakang dan membuat Bianca tidak tenang. Bahkan cowok itu terang-terangan minta tukaran tempat duduk dengan Mia atau Della sebelum film dimulai.

Mia yang memang sudah ada hati dengan Ernest langsung mengiyakan tawaran Arya dengan maksud supaya bisa duduk dekat dengan cowok yang ditaksirnya. Tapi saat mendapat pelototan Della, Mia urung bertukar tempat dengan Arya. Devano yang duduk paling pinggir dekat jalan bersikap cuek dan masa bodoh dengan diskusi tempat duduk.

“Makan yuukk,” Joshua membuka percakapan saat sudah di luar area bioskop tetapi masih di dalam Mal.

“Dasar perut karet,” Leo menoyor kepala Joshua.

“Yah cemal cemil lah sambil ngobrol,” Joshua lanjut bicara dengan cueknya.

Mia menoleh menatap Della dan Bianca. Della mengangkat bahunya sebagai jawaban dan Bianca menggeleng.

“Udah sore,” cicit Bianca.

“Ya ampun Bianca, langit aja belum gelap masa udah mau pulang ?” oceh Joshua yang berjalan beriringan dengan Ernest.

“Gimana guys ?” Joshua menoleh ke arah Devano, Arya dan Leo.

“Terserah, ayo aja,” sahut Leo. Devano hanya mengangguk pelan.

“Kalo elo pada mau lanjut, Bianca mau pulang, biar gue yang anter. Elo sama elo ikut aja lanjut sama mereka,” kali ini Arya yang buka suara sambil menunjuk Mia dan Della.

“Nope,” Della langsung menolak. “Nggak ada cerita pergi kita yang jemput, pulang elo yang antar ya,” Della berbalik ke Arya dan menggerak-gerakkan telunjuknya.

“Bi, bentar aja,” Mia berbisik sambil memperlihatkan wajah memelasnya. Bianca mengerjapkan matanya sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Tidak enak juga melihat Mia apalagi hari ini ulangtahunnya.

“Yes,” Mia tersenyum sumringah.

“Ayolah Boys, gue traktir tapi no mahal ya,” Mia menoleh ke arah Ernest dan Joshua kemudian menengok ke Devano, Arya dan Leo yang berjalan di belakang.

“Dih baik amat lo,” celetuk Joshua lagi.

Mia cuma senyam senyum sambil mengerjapkan matanya.

“Genit,” cebik Della. “Kalo kagak inget hari ini ulangtahun elo udah gue tampol tuh muka ganjen elo.”

“Wuuiihhh ulangtahun nih Mia,” Joshua langsung mengulurkan tangannya memberi ucapan. “Kalo ulangtahun nggak boleh no mahal biar banyak rejekinya.”

Mia melotot dan hendak menjitak Joshua. Tapi cowok itu dengan sigap menghindar. Mereka masuk ke salah satu cafe di mal.

“Selamat dong,” Ernest mengulurkan tangannya saat mereka sudah duduk di cafe.

“Sweet seventeen ya ?” Leo bertanya sambil memberi selamat juga setelah Ernest.

Mia mengangguk malu-malu saat menerima ucapan dari Ernest. Hatinya berbunga saat merasa Ernest benar menebak usianya. Della langsung mencebik dan memperlihatkan reaksi pengen muntah sementara Bianca tertawa kecil melihat ekspresi Mia yang memang sedikit menggelikan.

“Selamat ulangtahun,” giliran Devano memberi ucapan selamat dengan nada datarnya.

“Happy sweet seventeen Mia,” Arya yang terakhir mengucapkan dengan senyum tipis.

Setelah memesan makanan dan minuman, mereka mulai berbincang-bincang seputaran film yang baru ditonton. Bianca, Arya dan Devano yang banyak diam. Bianca menyibukkan dirinya dengan handphone karena merasa tatapan Arya yang lumayan membuatnya canggung, sementara Devano hanya diam dan cuek sambil memainkam handphonenya.

“Devan,” suara ketukan di kaca cafe membuat mereka yang sedang duduk di dalam menoleh semua. Posisi meja mereka memang dekat kaca yang berfungsi sebagai dinding cafe.

“Duh Mak Lampir,” gerutu Della pelan.

Seseorang yang tadi mengetuk kaca langsung melambaikan tangan saat melihat teman-temannya menoleh. Dengan sedikit tergesa, cewek centil itu segera masuk cafe dan menghampiri meja teman-temannya.

“Devano !” Nindi langsung menepuk bahu Devano saat sudah sampai di meja. Devano hanya menoleh tanpa menjawab apa-apa kembali sibuk dengan handphonenya.

“Katanya sibuk, nggak mau diajak ke mal. Tapi ini….” Nindi menggantung kalimatnya sambil menunjuk satu persatu yang duduk di situ.

“Jeng Nindi, yang disapa cuma Devan doang ? Kita-kita cuma bayangan doang nih ?” sindir Leo.

“Halo cowok-cowok ganteng,” bukan Nindi yang menanggapi tapi Chika yang datang bersamanya. Selain Chika ada Lia dan Tasya juga ikut bersama.

“Elo kok bisa barengan sih sama mereka,” wajah Nindi cemberut sambil menunjuk pada Bianca yang duduk sebelah Devano.

“Devano, elo kagak mau gue ajak malah pergi sama mereka,” sekarang Nindi menatap kesal pada Devano. Cowok yang diajak omong tetap diam tak bereaksi apa-apa.

“Woi Neng jangan soudzon yaa, kita tuh kagak janjian tapi nggak sengaja ketemu,” Leo kai ini yang buka suara.

Tidak lama pesanan makanan dan minuman mereka sudah datang.

“Elo mau makan apa mau jadi satpam berdiri gitu ?” Joshua yang sudah siap-siap makan menoleh ke arah Nindi dan teman-temannya.

“Kita baru kelar makan, gila kenyang banget,” Tasya menyahut sambil mengelus peurtnya.

“Yuukk aahhh, kan masih mau cari barang,” Lia mulai mengomel.

“Gue di sini aja sama mereka,” Nindi yang masih cemberut tetap berdiri dekat Devano.

“Eh, elo yang merengek minta ditemenin cari baju ya, jangan sekarang elo malah yang bikin acara semdiri,” Lia menoyor kepala Nindi.

“Apaan sih lo ?” Nindi menepiskan tangan Lia.

“Udah deh jangan ngadi ngadu ya,” Lia langsung menarik tangan Nindi yang masih berusaha berdiam di situ. “Udah berani ngajak, berani tanggungjawab lo.”

Nindi yang masih kesal menghentakkan kakinya ke lantai dengan wajah cemberut. Yang lainnya pamitan hanya dengan lambaian tangan mengikuti Lia yang sudah menarik Nindi ke luar cafe.

“Hufff untuk tuh Mak Lampir kagak jadi nongki bareng,” Mia menarik nafas sambil menepuk dadanya pelan.

“Musuh banget ya sama mereka ?” Ernest yang duduk di samping Mia bertanya pelan.

“Bukan musuh,” sahut Della. “Satu sekolah kan udah pada tahu mereka tuh genk perusuh, kerjanya cental centil sana sini kayak cewek-cewek kurang perhatian.”

Leo dan Ernest tertawa melihat eskpresi Della yang terlihat sangat kesal dengan bibir sedikit manyun.

“Terus kalo kita-kita gimana ?” Leo bertanya sambil mengedipkan mata ke Della yang langsung ditanggapi dengan cebikan Della.

“Jangan ngarep pujian deh ! Narsis,” sahut Della ketus.

“Ya kalian kan cowok-cowok yang selalu diidolakan ciwi ciwi,” Mia kali ini buka suara dengan nada malu-malu. Della langsung melotot menatapnya.

“Ganjen,” ketus Della.

“Dih emang kita babang-babang ganteng,” Joshua menyahut jumawah sambil menepuk dadanya sendiri.

“Iya nggak Bi ?” Ernest malah bertanya pada Bianca yang masih asyik berselancar dengan handphonenya.

“Eh apaan ya ?” Bianca gelagapan dan menurunkan handphonenya.

“Tadi pada bahas apaan memangnya ?” Bianca menatap Ernest lalu Leo dan Joshua.

“Diihh lagi pada kumpul elo malah bertapa,” Joshua mencebik sambil memakan sepotong kentang goreng.

“Sorry,” Bianca tersenyum.

Dia hendak mengambil tissue dan ternyata Devano juga bermaksud yang sama hingga tangan mereka bersentuhan. Bianca langsung panas dingjn.

“Sorry,” cicitnya pelan. Tapi Devano cuek dan mengambil tissue yang sempat dipegang bersamaan dengam Bianca.

“Cie cie kayaknya dari tadi jodohan nih,” goda Leo.

Arya yang melihat kejadian itu mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya di bawah meja. Dari seberang Della melihat wajah Arya yang terlihat kesal.

Akhirnya acara makan selesai juga jam 7 an. Bianca membisikkan Mia kalau setelah ini dia mau pulang. Mia cuma menggangguk.

“Jalan dulu yuk,” ajak Arya. Spontan semuanya kecuali Devano menatap Arya dengan penuh tanya. Tumben banget cowok dingin ini minta keliling mal dulu. Biasa kalau mereka pergi berlima, Arya dan Devano lebih memilih menghabiskan waktu di resto atau cafe di mal daripada menemani ketiga temannya sekedar cuci mata.

“Sorry kita-kita pulang duluan yakk,” sahut Mia. Padahal dalam hati dia ingin menerima ajakan Arya. Baru jam 7 belum terlalu malam. Jarang-jarang ada kesempatan jalan bareng genk cowok ganteng-ganteng ini apalagi sama Ernest. Duh padahal pengen sambil menyelam minum air.

“Yaahhh kagak seru dong,” tutur Leo. “Kan biar rame.”

“Sorry udah janji nggak pulang malam,” sahut Bianca. “Lain kali aja bisa janjian lagi.”

“Beneran nih ada lain kali ?” Arya bertanya sambil menatap Bianca. Gadis yang ditatap hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

“Mau dianterin sekarang ?” Tanya Arya kembali. Bianca langsung menggeleng.

Mereka pun saling berpamitan dan berpisah. Devano berdiri di pinggiran raling tanpa ikutan mengobrol.

“Devano pulang yaaa,” Mia sedikit berteriak melambaikan tangan ke Devano yang hanya dijawab dengan anggukan.

“Diihh mahal banget suaranya,” gerutu Mia. Ernest, Leo dan Joshua hanya tertawa.

Baru ketiga gadis itu melangkah ke arah yang berlawanan, di depan mereka sudah berdiri Nindi cs dengan langkah semi pragawatinya.

Mereka berpapasan dengan saling melotot. Hanya Bianca yang acuh sambil menatap ke arah lain.

“Untung kita pulang, kalo nggak males banget jalan bareng Mak Lampir,” ketus Della.

Mia dan Bianca hanya mengangguk mengiyakan sambil tertaw pelan. Teman mereka yang sedikit tomboi ini memang terkenal ketus juga.

Terpopuler

Comments

sifra medline

sifra medline

hiolih

2023-05-25

1

Fajar Ayu Kurniawati

Fajar Ayu Kurniawati

.

2023-03-11

1

Dwi dewoll

Dwi dewoll

sampai bab ini bikin ketawa sendiri🤪🤪🤪🤪

2023-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 Surat Cinta
2 Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3 Bab 3 Devano vs Arya
4 Bab 4 Kecurigaan Della
5 Bab 5 Ketemu Si Centil
6 Bab 6 Buang atau Kenang
7 Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8 Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9 Bab 9 Curahan Hati Bianca
10 Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11 Bab 11 Ketemu Camer ?
12 Bab 12 Makan Siang
13 Bab 13 Terima Raport
14 Bab 14 Jangan Coba-Coba
15 Bab 15 PDKT yang Gagal
16 Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17 Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18 Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19 Bab 19 Biarkan Saja
20 Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21 Bab 21 Kecelakaan
22 Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23 Bab 23 Takdir Kita
24 Bab 24 Kesempatan
25 Bab 25 Arti Persahabatan
26 Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27 Bab 27 Rindu Papa
28 Bab 28 Tentang Arya
29 Bab 29 Aku Membencimu
30 Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31 Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32 Bab 32 Devano vs Bianca
33 Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34 Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35 Bab 35 Selamat Jalan
36 Bab 36 Selamat Tinggal
37 Bab 37 Seorang Van yang Lain
38 Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39 Bab 39 Menginap
40 Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41 Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42 Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43 Bab 43 Ketemuan di Mal
44 Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45 Bab 45 Persiapan Magang
46 Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47 Bab 47 Jalan Baeng Diana
48 Bab 48 Rahasia Devano
49 Bab 49 Mengungkapkan
50 Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51 Bab 51 Obrolan Empat Pria
52 Bab 52 Makan Malam
53 Bab 53 Drama Pagi Hari
54 Bab 54 Sang Pewaris
55 Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56 Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57 Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58 Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59 Bab 59 Kunjungan Sahabat
60 Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61 Bab 61 Bukan Prank ?
62 Bab 62 Ke Kantor Arya
63 Bab 63 Melepasmu
64 Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65 Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66 Bab 66 Pamitan
67 Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68 Bab 68 Permintaan Desta
69 Bab 69 Permintaan yang Sulit
70 Bab 70 Pertemuan di Mal
71 Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72 Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73 Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74 Bab 74 Tidak Rela
75 Bab 75 Gagal Fokus
76 Bab 76 Macan Ompong
77 Bab 77 Obrolan Sore
78 Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79 Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80 Bab 80 Para Mantan Penggemar
81 Bab 81 Curahan Hati Devano
82 Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83 Bab 83 Cemburunya Devano
84 Bab 84 Jangan Buat Baper
85 Bab 85 Beri Aku Waktu
86 Bab 86 Mendadak Pulang
87 Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88 Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89 Bab 89 Nasehat Para Mama
90 Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91 Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92 Bab 92 Maunya Calon Suami
93 Bab 93 Para Sahabat
94 Bab 94 Undangan Lamaran
95 Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96 Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97 Bab 97 Tiga Bulan
98 Bab 98 Semakin Mencintaimu
99 Bab 99 POV Devano
100 Bab 100 Hari Bahagia
101 Ucapan Terima Kasih
102 Promo Novel Baru
103 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Surat Cinta
2
Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3
Bab 3 Devano vs Arya
4
Bab 4 Kecurigaan Della
5
Bab 5 Ketemu Si Centil
6
Bab 6 Buang atau Kenang
7
Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8
Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9
Bab 9 Curahan Hati Bianca
10
Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11
Bab 11 Ketemu Camer ?
12
Bab 12 Makan Siang
13
Bab 13 Terima Raport
14
Bab 14 Jangan Coba-Coba
15
Bab 15 PDKT yang Gagal
16
Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17
Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18
Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19
Bab 19 Biarkan Saja
20
Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21
Bab 21 Kecelakaan
22
Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23
Bab 23 Takdir Kita
24
Bab 24 Kesempatan
25
Bab 25 Arti Persahabatan
26
Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27
Bab 27 Rindu Papa
28
Bab 28 Tentang Arya
29
Bab 29 Aku Membencimu
30
Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31
Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32
Bab 32 Devano vs Bianca
33
Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34
Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35
Bab 35 Selamat Jalan
36
Bab 36 Selamat Tinggal
37
Bab 37 Seorang Van yang Lain
38
Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39
Bab 39 Menginap
40
Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41
Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42
Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43
Bab 43 Ketemuan di Mal
44
Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45
Bab 45 Persiapan Magang
46
Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47
Bab 47 Jalan Baeng Diana
48
Bab 48 Rahasia Devano
49
Bab 49 Mengungkapkan
50
Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51
Bab 51 Obrolan Empat Pria
52
Bab 52 Makan Malam
53
Bab 53 Drama Pagi Hari
54
Bab 54 Sang Pewaris
55
Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56
Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57
Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58
Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59
Bab 59 Kunjungan Sahabat
60
Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61
Bab 61 Bukan Prank ?
62
Bab 62 Ke Kantor Arya
63
Bab 63 Melepasmu
64
Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65
Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66
Bab 66 Pamitan
67
Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68
Bab 68 Permintaan Desta
69
Bab 69 Permintaan yang Sulit
70
Bab 70 Pertemuan di Mal
71
Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72
Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73
Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74
Bab 74 Tidak Rela
75
Bab 75 Gagal Fokus
76
Bab 76 Macan Ompong
77
Bab 77 Obrolan Sore
78
Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79
Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80
Bab 80 Para Mantan Penggemar
81
Bab 81 Curahan Hati Devano
82
Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83
Bab 83 Cemburunya Devano
84
Bab 84 Jangan Buat Baper
85
Bab 85 Beri Aku Waktu
86
Bab 86 Mendadak Pulang
87
Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88
Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89
Bab 89 Nasehat Para Mama
90
Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91
Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92
Bab 92 Maunya Calon Suami
93
Bab 93 Para Sahabat
94
Bab 94 Undangan Lamaran
95
Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96
Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97
Bab 97 Tiga Bulan
98
Bab 98 Semakin Mencintaimu
99
Bab 99 POV Devano
100
Bab 100 Hari Bahagia
101
Ucapan Terima Kasih
102
Promo Novel Baru
103
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!