Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola

Kantin tidak terlalu ramai karena memang belum waktunya istirahat. Sebagian anak menghabiskan waktu di kelas melewati jam kosong yang infonya berlangsung sampai jam istirahat pertama.

Bianca, Della dan Mia langsung menuju ke salah satu meja di pinggir kiri kantin dari arah pintu masuk.

“Duh males banget nih ketemu sama Geng Centil,” bisik Mia.

Della dan Bianca sudah melihat Nindi dan teman-temannya sudah duduk di meja yang letaknya di tengah kantin.

“Biarin aja sih, kagak ada urusan juga,” Della menanggapi bisikan Mia dengan suara yang juga agak pelan.

Bukan masalah takut sama Nindi dan Geng nya yang sudah terkenal karena kecentilannya. Sering ditegur guru karena make up mereka yang lumayan mencolok untuk ukuran anak SMA.

“Mau pesan apa ?” Mia beranjak bangun dari duduknya untuk memesan makanan dan minuman.

“Gue air jeruk aja, gula sama es nya jangan banyak-banyak,” sahut Bianca

“Gue jus buah naga ya, jangan manis juga,” lanjut Della.

Mia cuma mengangguk dan menuju tempat minuman. Belum sampai tempat tujuannya, Nindi dan geng nya terdengar riuh. Reflek Mia menoleh mencari sumber kehebohan mereka. Bianca dan Della ikut menoleh juga karena suara Nindi dan geng nya cukup menarik perhatian siswa siswi yang ada di kantin.

Di pintu masuk kantin nampak Joshua dan Arya, diikuti Ernest dan Leo dan paling terakhir Devano. Mereka berlima memang selalu mendapat perhatian khusus bagi banyak siswi di SMA Dharma Bangsa, terutama Nindi dan Gengnya yang melabelkan diri sebagai Devano Fans Club.

Bianca yang posisi duduknya membelakangi pintu masuk kantin buru-buru membalikkan badannya kembali. Hatinya kembali deg deg kan dan khawatir saat melihat rombongan kelima cowok yang mendapat gelar Geng Sang Idola memasuki kantin. Apalagi dia sempat menangkap sosok Devano di paling belakang.

“Halo cowok-cowok ganteng,” Nindi yang kecentilan langsung bangun dan menghampiri meja kelima cowok idola itu. Di sampingnya sudah berdiri Chika yang nggak kalah centilnya.

Mia yang sudah selesai dengan pesanan minumannya sedikit mencibir melihat kelakukan Nindi dan Chika.

“Halo cantik,” Joshua yang menanggapi. Ernest dan Leo hanya senyum-senyum saja sementara Arya dan Devano bersikap cuek. Arya malah bangkit dari bangkunya menuju tempat makanan dan minuman.

“Titip es jeruk Bro,” tutur Devano sambil mengeluarkan selembar uang seratus ribu dari saku kemejanya.

“Gue es kopi Bro,” Ernest ikutan bersuara.

”Gue sama es kopi Bro,” lanjut Leo yang ikut memesan juga. Sementara Joshua masih mencoba menanggapi Nindi dan Chika yang matanya malah fokus ke Devano.

“Heh kampret, elo kagak pesen minuman ?” Ernest yang posisi duduknya persis sebelah Joshua langsung menyenggol bahu cowok itu.

“Apa aja yang bisa bikin tambah manis,” jawab Joshua asal tanpa memalingkan wajahnya. Tatapannya masih pada Nindi dan Chika yang berdiri di ujung meja dekatnya.

Melihat Arya bangun, Nindi buru-buru menempati posisi Arya yang tepat di seberang Devano. Cowok itu sendiri masih cuek dan asyik dengan berbagai aplikasi di handphonenya.

“Van,” suara Nindi halus dengan nada yang dibuat-buat. “Besok Sabtu jalan-jalan yuk, nonton kek, makan atau jalan-jalan aja juga boleh,” Nindi mulai mengeluarkan nada rayuannya.

“Males,” jawab Devan singkaf tanpa merubah posisinya yang masih menunduk karena asyik dengan gadgetnya.

“Van, kan PAS udah selesai, tinggal tunggu pembagian raport dan libur kenaikan kelas,” Nindi masih terus mengoceh.

“Yuk lah kalo elo mau sama teman-teman cantik elo,” kali ini Ernest yang menjawab sambil menaik turunkan alisnya.

Spontan Nindi langsung melotot menatap Ernest karena tujuannya mau ajak Devano sendiri, bukan ramai-ramai dengan geng mereka.

Devan mengangkat kepalanya dan melempar pandangan pada Arya di sudut minuman. Dikihatnya Arya sudah selesai membayar dan sebagian pesanan mereka sudah tersedia. Arya yang posisinya memang menatap meja teman-temannya bersitatap dengan Devano dan langsung mengerti dengan kode yang diberikan Devano padanya.

Devano langsung beranjak dari kursinya. Berasa kesal harus mendengar obrolan dengan Nindi yang buatnya sangat mengganggu.

“Devan !” Nindi meraih tangan Devan yang baru saja berdiri. “Aku belum selesai ngomong,” wajah Nindi langsung ditekuk dan terlihat sangat kesal.

“Masih ada Jo, Ernest sama Leo,” Devan menoleh menatap ketiga sahabatnya bergantian. Tangannya ditarik dari genggaman Nindi.

Di sisi lain Bianca juga beranjak bangun karena memang minumannya sudah habis.

“Mau kemana ?” Mia menahan tangannya sambil mengangkat gelasnya yang masih berisi setengah.

“Gue mau balik kelas dulu, pusing di sini,” Bianca keluar dari bangkunya sementara Mia sudah melepaskan tangannya. Akhirnya Mia dan Della ikut bangkit dan berjalan bareng Bianca.

Arya yang melihat Bianca dan kedua temannya beranjak dan ingin meninggalkan kantin, buru-buru mengambil pesanan minuman untuknya, es jeruk untuk Devan dan segelas es jeruk lainnya.

“Woi, minuman kalian tinggal ambil ya, udah dibayar,” tuturnya saat melewati meja yang tadi ditempatinya dan menyerahkan segelas es jeruk pada Devan yang mulai meninggalkan tempat duduknya.

Sedikit berlari, Arya menuju pintu kantin sisi kanan tempat Bianca, Della dan Mia keluar. Devano yang melihat kelakuan Arya mengikuti tingkah laku sahabatnya itu dengan tatapan tajamnya.

“Buat kamu,” Arya menyodorkan segelas es jeruk untuk Bianca.

Reflek Bianca, Della dan Mia berhenti saat Arya berdiri di depan mereka lalu menyodorkan segelas air jeruk untuk Bianca. Mia terihay senyum-senyum di belakang Bianca.

“Aku udah minum es jeruk tadi,” Bianca menolak halus pemberian Arya.

“Tapi kayaknya belum cukup,” Arya tetap menyodorkan gelas es jeruk kali ini disertai senyum tipis.

“Muka kamu kelihatannya masih sedikit dehidrasi, masih kurang es jeruknya dengan gula dan es sedikit.”

Bianca sedikit jengah dengan kondisi yang diberikan Arya saat ini. Saat dia membuang pandangannya, tidak sengaja pandangannya bersitatap dengan Devano yang ternyata masih berdiri di depan pintu tengah kantin melihat kejadian Arya dan Bianca. Gadis itu sempat menatap ke arah Devano sekian detik dengan perasaan tidak menentu.

“Udah kalo Bibi nggak mau, buat gue aja,” Mia yang masih berdiri di belakang Bianca langsung menyodorkan tangannya hendak mengambil es jeruk dari tangan Arya. Reflek cowok itu mengangkat gelas es jeruk lebih tinggi hingga Mia gagal mengambilnya.

“Enak aja,” Arya mencibir. “Serakah ya, itu minuman di tangan elo aja belum habis. Udah nyamber aja minuman orang,” suara Arya mengomel. Mia cuma cekikikan.

“Habis daripada sia-sia,” lanjut Mia.

Karena merasa tidak enak dan mulai jadi perhatian akhirnya Bianca mengambil gelas yang masih dipegang Arya.

“Terima kasih ya,” ucap Bianca lalu melanjutkan langkahnya.

Devano masih menatap ketiga gadis itu yang mulai melangkah meninggalkan kantin.

“Semoga berhasil Bro,” Arya dengan wajah senang berjalan menghampiri Devano dan merangkul bahu sahabatnya itu.

“Tadi pagi gue seneng banget lihat dia ke kelas, pikir mau ketemu gue,” Arya melanjutkan curahan hatinya sambil berjalan beriringan dengan Devano. Tangannya sudah tidak lagi merangkul bahu Devano.

“Elo suka sama dia ?” tanya Devano.

”Iya,” jawab Arya mantap. “Kalah cantik memang dibanding Nindi dan teman-temannya. Tapi manis,” Arya senyum-senyum sendiri memjawab pertanyaan Devano.

Devano menarik nafas panjang, Tangannya yang dimasukkan ke saku celana menggenggam kertas yang tadi pagi diberikan oleh Bianca di halaman belakang.

“Bro,” Devano menepuk bahu Arya. “Hati-hati patah hati, kayaknya tuh cewek nggak merespons elo dengan baik tadi,” lanjutnya.

Arya menoleh menatap Devano dengan menautkan alisnya tapi kemudian dia tersenyumlagi.

“Yang penuh perjuangan itu menarik Bro,” tutur Arya sumringah. “Lagian sepertinya dia juga belum punya pacar.”

Devano menarik nafas panjang kembali. Ada sedikit perasaan tidak nyaman melihat semangat Arya yang menggebu untuk mendapatkanBianca. Sepertinya kejadian tadi pagi dengan Bianca membuat hati Devano yang selama ini dingin dan keras terhadap kaum perempuan sedikit galau apalagi mendapati sahabatnya sendiri seperti sekarang.

Akhirnya mereka sampai juga di dalam kelas. 5 menit sesudahnya, Joshua, Ernest dan Leo juga memasuki kelas dan duduk di tempat mereka.

Hay guys,

Jangan lupa like, vote dan komennya yaaa😊😊

Terpopuler

Comments

watini fitrah

watini fitrah

psti byk yg sdh ngalami yg di mau siapa yg dteng siapa

2023-05-08

1

Maxiss

Maxiss

bagus lanjut baca

2023-04-03

2

Rosa Rosiana

Rosa Rosiana

mantap, mau lanjut baca lg

2023-02-15

3

lihat semua
Episodes
1 Surat Cinta
2 Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3 Bab 3 Devano vs Arya
4 Bab 4 Kecurigaan Della
5 Bab 5 Ketemu Si Centil
6 Bab 6 Buang atau Kenang
7 Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8 Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9 Bab 9 Curahan Hati Bianca
10 Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11 Bab 11 Ketemu Camer ?
12 Bab 12 Makan Siang
13 Bab 13 Terima Raport
14 Bab 14 Jangan Coba-Coba
15 Bab 15 PDKT yang Gagal
16 Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17 Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18 Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19 Bab 19 Biarkan Saja
20 Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21 Bab 21 Kecelakaan
22 Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23 Bab 23 Takdir Kita
24 Bab 24 Kesempatan
25 Bab 25 Arti Persahabatan
26 Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27 Bab 27 Rindu Papa
28 Bab 28 Tentang Arya
29 Bab 29 Aku Membencimu
30 Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31 Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32 Bab 32 Devano vs Bianca
33 Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34 Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35 Bab 35 Selamat Jalan
36 Bab 36 Selamat Tinggal
37 Bab 37 Seorang Van yang Lain
38 Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39 Bab 39 Menginap
40 Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41 Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42 Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43 Bab 43 Ketemuan di Mal
44 Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45 Bab 45 Persiapan Magang
46 Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47 Bab 47 Jalan Baeng Diana
48 Bab 48 Rahasia Devano
49 Bab 49 Mengungkapkan
50 Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51 Bab 51 Obrolan Empat Pria
52 Bab 52 Makan Malam
53 Bab 53 Drama Pagi Hari
54 Bab 54 Sang Pewaris
55 Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56 Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57 Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58 Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59 Bab 59 Kunjungan Sahabat
60 Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61 Bab 61 Bukan Prank ?
62 Bab 62 Ke Kantor Arya
63 Bab 63 Melepasmu
64 Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65 Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66 Bab 66 Pamitan
67 Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68 Bab 68 Permintaan Desta
69 Bab 69 Permintaan yang Sulit
70 Bab 70 Pertemuan di Mal
71 Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72 Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73 Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74 Bab 74 Tidak Rela
75 Bab 75 Gagal Fokus
76 Bab 76 Macan Ompong
77 Bab 77 Obrolan Sore
78 Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79 Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80 Bab 80 Para Mantan Penggemar
81 Bab 81 Curahan Hati Devano
82 Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83 Bab 83 Cemburunya Devano
84 Bab 84 Jangan Buat Baper
85 Bab 85 Beri Aku Waktu
86 Bab 86 Mendadak Pulang
87 Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88 Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89 Bab 89 Nasehat Para Mama
90 Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91 Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92 Bab 92 Maunya Calon Suami
93 Bab 93 Para Sahabat
94 Bab 94 Undangan Lamaran
95 Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96 Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97 Bab 97 Tiga Bulan
98 Bab 98 Semakin Mencintaimu
99 Bab 99 POV Devano
100 Bab 100 Hari Bahagia
101 Ucapan Terima Kasih
102 Promo Novel Baru
103 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Surat Cinta
2
Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3
Bab 3 Devano vs Arya
4
Bab 4 Kecurigaan Della
5
Bab 5 Ketemu Si Centil
6
Bab 6 Buang atau Kenang
7
Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8
Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9
Bab 9 Curahan Hati Bianca
10
Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11
Bab 11 Ketemu Camer ?
12
Bab 12 Makan Siang
13
Bab 13 Terima Raport
14
Bab 14 Jangan Coba-Coba
15
Bab 15 PDKT yang Gagal
16
Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17
Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18
Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19
Bab 19 Biarkan Saja
20
Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21
Bab 21 Kecelakaan
22
Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23
Bab 23 Takdir Kita
24
Bab 24 Kesempatan
25
Bab 25 Arti Persahabatan
26
Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27
Bab 27 Rindu Papa
28
Bab 28 Tentang Arya
29
Bab 29 Aku Membencimu
30
Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31
Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32
Bab 32 Devano vs Bianca
33
Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34
Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35
Bab 35 Selamat Jalan
36
Bab 36 Selamat Tinggal
37
Bab 37 Seorang Van yang Lain
38
Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39
Bab 39 Menginap
40
Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41
Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42
Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43
Bab 43 Ketemuan di Mal
44
Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45
Bab 45 Persiapan Magang
46
Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47
Bab 47 Jalan Baeng Diana
48
Bab 48 Rahasia Devano
49
Bab 49 Mengungkapkan
50
Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51
Bab 51 Obrolan Empat Pria
52
Bab 52 Makan Malam
53
Bab 53 Drama Pagi Hari
54
Bab 54 Sang Pewaris
55
Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56
Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57
Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58
Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59
Bab 59 Kunjungan Sahabat
60
Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61
Bab 61 Bukan Prank ?
62
Bab 62 Ke Kantor Arya
63
Bab 63 Melepasmu
64
Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65
Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66
Bab 66 Pamitan
67
Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68
Bab 68 Permintaan Desta
69
Bab 69 Permintaan yang Sulit
70
Bab 70 Pertemuan di Mal
71
Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72
Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73
Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74
Bab 74 Tidak Rela
75
Bab 75 Gagal Fokus
76
Bab 76 Macan Ompong
77
Bab 77 Obrolan Sore
78
Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79
Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80
Bab 80 Para Mantan Penggemar
81
Bab 81 Curahan Hati Devano
82
Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83
Bab 83 Cemburunya Devano
84
Bab 84 Jangan Buat Baper
85
Bab 85 Beri Aku Waktu
86
Bab 86 Mendadak Pulang
87
Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88
Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89
Bab 89 Nasehat Para Mama
90
Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91
Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92
Bab 92 Maunya Calon Suami
93
Bab 93 Para Sahabat
94
Bab 94 Undangan Lamaran
95
Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96
Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97
Bab 97 Tiga Bulan
98
Bab 98 Semakin Mencintaimu
99
Bab 99 POV Devano
100
Bab 100 Hari Bahagia
101
Ucapan Terima Kasih
102
Promo Novel Baru
103
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!