Bab 13 Terima Raport

Jumat pagi Bianca dan mama Lisa diantar papa Indra sampai sekolah. Hati Bianca deg deg kan, bukan hanya karena masalah hasil belajarnya di kelas 11 tapi juga masalah Nindi cs yang sempat bikin heboh sekolah. Rasa malu masih menggelayutinya.

Melewati halaman sekolah ternyata masih cukup sepi. Papa Indra yang harus menyiapkan bahan rapat boss nya memang harus berangkat pagi hari ini, jadi pukul 6.30 Bianca dan mama Lisa sudah sampai di sekolah. Sampai di ujung tangga lantai 2, Bianca mengedarkan pandangan ke sekeliling. Di depan pintu-pintu kelas masih terlihat sepi, hanya beberapa orangtua sudah duduk menunggu giliran.

Sampai di depan kelasnya, Bianca mempersilakan mama Lisa duduk di bangku depan kelas yang sudah berjajar rapi. Dia sempat melongok ke kelas ternyata Bu Yuli belum ada. Bianca kembali mengedarkan pandangan mencari Mia dan Della yang ternyata belum datang juga.

“Cari siapa Bi ?” Mama Lisa yang sudah duduk melihat gerakan Bianca yang celingak celinguk mencari 2 sahabatnya.

“Mia sama Della, ma. Tumben biasanya mamanya Mia suka datangnya pagi.” Akhirnya Bianca ikutan duduk di samping mama Lisa. Dia mengeluarkan handphone dari saku roknya.

Bianca : kok belum pada sampai ?

Hingga 5 menit pesannya di grup belum ada yang membalas, bahkan ketika dia mencari tahu ternyata pesannya belum dibaca baik oleh Mia atau Della.

“Kamu kok gelisah banget sih Bi ?” Mama menepuk paha Bianca pelan. Bianca menoleh dengan wajah manyun.

“Udah janjian ma sama Della dan Mia mau datang pagian.”

Bianca menatap pesan di handphonenya lagi yang masih belum ada tanggapan. Sebetulnya dia ingin ketemu Bu Yuli dulu dan menitip pesan supaya jangan menceritakan masalahnya dengan Nindi dan Devano. Saat tarikan nafas berarnya dihembuskan, suara cempreng Mia terdengar memanggilnya.

“Bibi Bian !” Mia dengan wajah sumringahnya sudah sampai di depan kelas. Mama Asih, mamanya Mia masih melangkah agak jauh di belakang Mia.

Tidak lama ternyata Della dan mama Indah terlihat di ujung tangga, disusul beberapa orangtua murid dari kelas mereka dan kelas-kelas sebelah. Bianca melihat jam di handphonenya ternyata sudah jam 6.50.

Tidak lama Della sampai juga di depan kelas. Para mama yang memang sudah mengenal satu sama lain dan lama tidak ketemu mulai saling menyapa dan mengobrol. Bianca sendiri sudah bangun dari bangku, berdiri dengan kedua sahabatnya.

“Gimana kemarin ?” bisik Mia. Posisi mereka sekarang berdiri di tiang pembatas dengan membelakangi orangtua mereka.

“Aman, cuma….,” Bianca menjeda sejenak sambil menarik nafas panjang. “Gue berharap Bu Yuli nggak cerita-cerita sama mama.”

“Memangnya kenapa ?” Mia dengan muka lemotnya balik bertanya menatap Bianca.

“Bisa- bisa liburan terpasung di rumah,” jawab Bianca sendu. “Lagian mama sama papa mana nyangka kalo gue…”

“Selamat pagi,” sapaan Bu Yuli membuat Bianca menghentikan omongannya. Reflek mereka bertiga membalikan badan dan menyapa balik Bu Yuli sambil menganggukan kepala.

Bianca dan mama Lisa akhirnya masuk pertama. Perasaan Bianca mulai tidak karuan dan tangannya mulai terasa dingin. Bianca sempat menatap Bu Yuli dengan pandangan seolah-olah memohon agar Bu Yuli tidak bicara dengan sang mama masalah di luar konteks pelajaran. Dan akhirnya Bianca bisa bernafas lega karena saat mama Lisa menanyakan perilaku Bianca di sekolah, Bu Yuli hanya tersenyum dan mengatakam tidak ada yang perlu dikhawatirkan, dan secara nilai Bianca mencapai peningkatan yang cukup baik, dari ranking 13 di semester sebelumnya, sekarang menjadi ranking 10.

Setelah selesai, mama Lisa berpamitan dilanjutkan dengan Mia dan mama Asih.

“Ma,” Bianca merangkul lengan sang mama.

“Mau ijin pergi sama Mia dan Della ?” mama Lisa tanpa menoleh langsung bertanya pada Bianca.

Bianca tertawa kecil dan merebahkan sekilas kepalanya di bahu sang mama.

“Boleh ya ma ?” Bianca mengusap tangan mamanya yang dia rangkul dengan manja.

“Hubungi adikmu dulu bilang mama langsung ke sana. Pesankan mama ojol dulu jangan lupa.”

Bianca mencium pipi mama Lisa sekilas sambil tertawa senang. Segera mengeluarkan benda pipih dari saku roknya dan memesan mobil online lewat aplikasi.

“Makasih mama.”

Sampai di ujung tangga ternyata mereka berpapasan dengan mama Angela dan Devano yang baru saja sampai di lantai dua. Bianca spontan menganggukan kepalanya.

“Selamat pagi Tante Angela,” sapa Bianca ramah.

“Selamat pagi manis,” mama Angela dengan wajah berbinar membalas sapaan Bianca.

Mama Lisa yang masih berdiri di sebelah Bianca sempat menatap mama Angela dan Bianca bergantian.

“Ma, kenalin ini tante Angela mamanya Devano, teman seangkatan beda jurusan,” Bianca menatap mamanya dan memperkenalkan mama Angela.

“Lisa.”

“Angela.”

Kedua mama itu saling bersalaman dan memberikan senyuman. Devano yang masih berdiri di belakang mama Angela terlihat dingin dan tidak terlalu perduli hingga mama Angela menoleh menatap anaknya.

“Van, kok nggak sapa mama nya Bianca ?” tegurnya.

Devano dengan agak malas mendekati mama Lisa dan dengan senyum terpaksa mengulurkan tangannya bersalaman dengan mama Lisa.

“Devano, Tante.”

Mama Lisa yang membaca situasi yang sedikit canggung antara Bianca dan Devano akhirnya mengakhiri perbincangan dan pamit karena akan lanjut mengambil raport ke sekolah Bernard.

“Kapan-kapan main ke rumah biar Devano yang jemput,” ucap mama Angela sebelum Bianca berlalu. Bianca mengangguk dengan senyum dipaksakan. Di belakang mama Angela, Devano sudah melotot menatap Bianca.

“Saya pamit tante,” Bianca menganggukan kepalanya lalu menyusul mama Lisa yang sudah mulai turun tangga.

“Pacar kamu ?” tanya mama Lisa begitu mereka sudah sampai di gerbang sekolah.

“Bukanlah !” Bianca segera menjawab sambil menggeleng.

“Kok ngegas ?” Mama Lisa tertawa kecil sambil mengangkat alisnya sebelah menatap Bianca dengan pandangan menelisik.

Bianca membuang muka. Dia tahu kalau susah berbohong dengan mamanya.

“Ma, tuh mobilnya sudah datang,” Bianca mengalihkan pembicaraan dan mama Lisa menoleh mengikuti tangan Bianca yang menunjuk ke arah mobil yang tidak lama berhenti di depan mereka.

“Mbak Bianca ya ?” sapa pengemudi dari dalam mobil setelah Bianca membuka pintu belakang untuk mamanya.

“Tolong hati-hati bawa mobilnya ya Pak. Lokasi sesuai titik,” pesan Bianca dan menutup pintu mobil setelah sang mama sudah duduk sempurna di bangku belakang.

“Pacaran boleh asal tahu batas ya,” mama Lisa menggoda Bianca dari balik kaca yang dibuka.

“Apaan sih mama,” Bianca yang sedikit memerah wajahnya membuang pandangan ke arah lain. Mama Lisa hanya tertawa dari dalam mobil dan melambaikan tangannya.

Bianca memukul pelan kepalanya, membodohi sikapnya yang tidak bisa bersikap biasa saja saat mama menyinggunh soal Devano. Niatnya untuk membuang jauh-jauh perasaannya pada Devano ternyata tidak semudah itu. Saat langkahnya kembali memasuki halaman sekolah, handphonenya berbunyi tanda pesan masuk. Bianca menatap layar handphonenya, ternyata pesan dari Mia dan Della yang memberitahu kalau mereka sudah menunggu di kantin sekolah. Fokusnya membaca pesan sambil membalasnya membuat Bianca tidak terlalu memperhatikan jalan hingga tanpa sadar, bahunya ditabrak keras dari depan dan hampir saja handphone di tangannya terlepas.

“Aduh,” pekiknya pelan. Bianca langsung menoleh ke arah orang yang menabraknya.

Pandangannya sedikit kaget dan hatinya langsung campur aduk saat melihat sosok Nindi yang menabraknya.

Pasti sengaja, gumam Bianca dalam hati.

Rasa kesal dan ingin marah membuatnya membalas tatapan Nindi yang terlihat ingin membunuhnya. Belum lagi tatapan mamanya Nindi yang berdiri di sebelahnya dengan tatapan permusuhan dan kebencian.

“Urusan kita belum selesai,” bisik Nindi di telinga Bianca. “Jangan pikir elo bisa berlindung selamanya sama Devano atau mamanya !”

Bianca sempat ingin melawan pernyataan Nindi tapi gadis itu keburu melanjutkan langkahnya mengikuti mama Gita yang sudah melanjutkan kembali langkahnya.

“Huffftt…” Bianca menarik nafas panjang.

“Sepertinya harus siap-siap perang di kelas 12. Semoga nggak bawa hal buruk di tahun terakhir,” gumam Bianca pada dirinya sendiri.

“Manis,” suara mama Angela mengejutkan lamunan Bianca yang menatap ke arah lapangan.

“Eh maaf Tante, saya tidak lihat tante di sini,” Bianca memberikan senyum terbaiknya.

“Kamu nggak pulang sama mama kamu ?”

“Mau pergi sama teman-teman dulu, tante,” Bianca menjawab sopan.

“Nggak bareng sama Devano ?” mama Angela mengedipkan matanya lalu menoleh ke arah Devano yang berdiri di belakangnya.

“Mommy !” Devano menegur sedikit keras dengan nada tidak suka. Mama Angela hanya tertawa kecil menanggapi reaksi anaknya.

“Eh nggak tante,” jawab Bianca gugup. “Beda kelompok sama teman-temannya Devano.”

“Kamu nggak ajak Devano biar kenal sama teman-teman kamu ?” goda mama Angela kembali yang membuat Bianca menggeleng lalu menunduk malu.

“Ya udah,” mama Angela menepuk bahu Bianca. “Tante pulang dulu ya. Selamat sekarang kalian naik ke kelas 12.”

Bianca mengangguk sambil tersenyum kembali dan mengikuti langkah Devano dan mamanya yang berjalan menuju mobil yang terparkir. Dia masih mematung di tempatnya dan melihat Devano yang ternyata tidak ikut pulang dengan mamanya.

Terpopuler

Comments

Bellamoore

Bellamoore

Kereeen bgt critany thor….smangat teruss thor❤️❤️

2023-05-05

1

Rikson Wabiser

Rikson Wabiser

ceritanya bagus" 🙏

2023-03-19

3

Nona Rena

Nona Rena

ini cerita bagus lo kata katanya enak di baca 👍

2023-03-10

5

lihat semua
Episodes
1 Surat Cinta
2 Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3 Bab 3 Devano vs Arya
4 Bab 4 Kecurigaan Della
5 Bab 5 Ketemu Si Centil
6 Bab 6 Buang atau Kenang
7 Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8 Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9 Bab 9 Curahan Hati Bianca
10 Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11 Bab 11 Ketemu Camer ?
12 Bab 12 Makan Siang
13 Bab 13 Terima Raport
14 Bab 14 Jangan Coba-Coba
15 Bab 15 PDKT yang Gagal
16 Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17 Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18 Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19 Bab 19 Biarkan Saja
20 Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21 Bab 21 Kecelakaan
22 Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23 Bab 23 Takdir Kita
24 Bab 24 Kesempatan
25 Bab 25 Arti Persahabatan
26 Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27 Bab 27 Rindu Papa
28 Bab 28 Tentang Arya
29 Bab 29 Aku Membencimu
30 Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31 Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32 Bab 32 Devano vs Bianca
33 Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34 Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35 Bab 35 Selamat Jalan
36 Bab 36 Selamat Tinggal
37 Bab 37 Seorang Van yang Lain
38 Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39 Bab 39 Menginap
40 Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41 Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42 Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43 Bab 43 Ketemuan di Mal
44 Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45 Bab 45 Persiapan Magang
46 Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47 Bab 47 Jalan Baeng Diana
48 Bab 48 Rahasia Devano
49 Bab 49 Mengungkapkan
50 Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51 Bab 51 Obrolan Empat Pria
52 Bab 52 Makan Malam
53 Bab 53 Drama Pagi Hari
54 Bab 54 Sang Pewaris
55 Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56 Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57 Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58 Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59 Bab 59 Kunjungan Sahabat
60 Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61 Bab 61 Bukan Prank ?
62 Bab 62 Ke Kantor Arya
63 Bab 63 Melepasmu
64 Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65 Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66 Bab 66 Pamitan
67 Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68 Bab 68 Permintaan Desta
69 Bab 69 Permintaan yang Sulit
70 Bab 70 Pertemuan di Mal
71 Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72 Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73 Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74 Bab 74 Tidak Rela
75 Bab 75 Gagal Fokus
76 Bab 76 Macan Ompong
77 Bab 77 Obrolan Sore
78 Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79 Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80 Bab 80 Para Mantan Penggemar
81 Bab 81 Curahan Hati Devano
82 Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83 Bab 83 Cemburunya Devano
84 Bab 84 Jangan Buat Baper
85 Bab 85 Beri Aku Waktu
86 Bab 86 Mendadak Pulang
87 Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88 Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89 Bab 89 Nasehat Para Mama
90 Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91 Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92 Bab 92 Maunya Calon Suami
93 Bab 93 Para Sahabat
94 Bab 94 Undangan Lamaran
95 Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96 Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97 Bab 97 Tiga Bulan
98 Bab 98 Semakin Mencintaimu
99 Bab 99 POV Devano
100 Bab 100 Hari Bahagia
101 Ucapan Terima Kasih
102 Promo Novel Baru
103 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Surat Cinta
2
Bab 2 Geng Centil vs Geng Idola
3
Bab 3 Devano vs Arya
4
Bab 4 Kecurigaan Della
5
Bab 5 Ketemu Si Centil
6
Bab 6 Buang atau Kenang
7
Bab 7 Mimpi Buruk (Dimulai)
8
Bab 8 Mimpi Buruk Episode 1
9
Bab 9 Curahan Hati Bianca
10
Bab 10 Percakapan Tiga Sahabat
11
Bab 11 Ketemu Camer ?
12
Bab 12 Makan Siang
13
Bab 13 Terima Raport
14
Bab 14 Jangan Coba-Coba
15
Bab 15 PDKT yang Gagal
16
Bab 16 Kuliah, Sahabat dan Cinta
17
Bab 17 Mimpi Buruk Episode 2
18
Bab 18 Masih Lanjutan Mimpi Buruk 2
19
Bab 19 Biarkan Saja
20
Bab 20 Yang Pertama dan Terakhir
21
Bab 21 Kecelakaan
22
Bab 22 Pertemuan Tak Terduga
23
Bab 23 Takdir Kita
24
Bab 24 Kesempatan
25
Bab 25 Arti Persahabatan
26
Bab 26 Setitik Kebahagiaan
27
Bab 27 Rindu Papa
28
Bab 28 Tentang Arya
29
Bab 29 Aku Membencimu
30
Bab 30 Selamat Tinggal Putih Abu-abu
31
Bab 31 Selamat Tinggal Putih Abu-abu (2)
32
Bab 32 Devano vs Bianca
33
Bab 33 Selepas Putih Abu-abu
34
Bab 34 Hanya Untuk Kenangan
35
Bab 35 Selamat Jalan
36
Bab 36 Selamat Tinggal
37
Bab 37 Seorang Van yang Lain
38
Bab 38 Kejutan yang Mengejutkan
39
Bab 39 Menginap
40
Bab 40 Pelakor dan Pebinor ?
41
Bab 41 Pertemuan Bianca dan Diana
42
Bab 42 Bolehkah Aku Menyukaimu ?
43
Bab 43 Ketemuan di Mal
44
Bab 44 Biarkan Apa Adanya
45
Bab 45 Persiapan Magang
46
Bab 46 Berdikari Putra Wijaya
47
Bab 47 Jalan Baeng Diana
48
Bab 48 Rahasia Devano
49
Bab 49 Mengungkapkan
50
Bab 50 Semua Dapat Kejutan
51
Bab 51 Obrolan Empat Pria
52
Bab 52 Makan Malam
53
Bab 53 Drama Pagi Hari
54
Bab 54 Sang Pewaris
55
Bab 55 Kenapa Kamu Begitu ?
56
Bab 56 Reuni Lima Sekawan
57
Bab 57 Bukan Sekedar Karyawan
58
Bab 58 Sebenarnya Bagaimana ?
59
Bab 59 Kunjungan Sahabat
60
Bab 60 Kejutan untuk Bianca
61
Bab 61 Bukan Prank ?
62
Bab 62 Ke Kantor Arya
63
Bab 63 Melepasmu
64
Bab 64 Kunjungan Opa Ruby dan Mama Angela
65
Bab 65 Berakhirnya Waktu Magang
66
Bab 66 Pamitan
67
Bab 67 Sepenuhnya Sarjana
68
Bab 68 Permintaan Desta
69
Bab 69 Permintaan yang Sulit
70
Bab 70 Pertemuan di Mal
71
Bab 71 Psikolog Atau Cenayang ?
72
Episode 72 Cinta atau Obsesi ?
73
Bab 73 Kemarahan Opa Ruby
74
Bab 74 Tidak Rela
75
Bab 75 Gagal Fokus
76
Bab 76 Macan Ompong
77
Bab 77 Obrolan Sore
78
Bab 78 Sidak (Inspeksi mendadak)
79
Bab 79 Bukan Sulap Bukan Sihir
80
Bab 80 Para Mantan Penggemar
81
Bab 81 Curahan Hati Devano
82
Bab 82 Curahan Hati Devano (2)
83
Bab 83 Cemburunya Devano
84
Bab 84 Jangan Buat Baper
85
Bab 85 Beri Aku Waktu
86
Bab 86 Mendadak Pulang
87
Bab 87 Kenapa Jadi Kamu ?
88
Bab 88 Kok Pada Tahu ?
89
Bab 89 Nasehat Para Mama
90
Bab 90 Jangan Sampai Menyesal
91
Bab 91 Perseteruan Musuh Lama
92
Bab 92 Maunya Calon Suami
93
Bab 93 Para Sahabat
94
Bab 94 Undangan Lamaran
95
Bab 95 Tidak Sesuai Rencana
96
Bab 96 Lamaran yang Tertunda
97
Bab 97 Tiga Bulan
98
Bab 98 Semakin Mencintaimu
99
Bab 99 POV Devano
100
Bab 100 Hari Bahagia
101
Ucapan Terima Kasih
102
Promo Novel Baru
103
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!