Jumat pagi Bianca dan mama Lisa diantar papa Indra sampai sekolah. Hati Bianca deg deg kan, bukan hanya karena masalah hasil belajarnya di kelas 11 tapi juga masalah Nindi cs yang sempat bikin heboh sekolah. Rasa malu masih menggelayutinya.
Melewati halaman sekolah ternyata masih cukup sepi. Papa Indra yang harus menyiapkan bahan rapat boss nya memang harus berangkat pagi hari ini, jadi pukul 6.30 Bianca dan mama Lisa sudah sampai di sekolah. Sampai di ujung tangga lantai 2, Bianca mengedarkan pandangan ke sekeliling. Di depan pintu-pintu kelas masih terlihat sepi, hanya beberapa orangtua sudah duduk menunggu giliran.
Sampai di depan kelasnya, Bianca mempersilakan mama Lisa duduk di bangku depan kelas yang sudah berjajar rapi. Dia sempat melongok ke kelas ternyata Bu Yuli belum ada. Bianca kembali mengedarkan pandangan mencari Mia dan Della yang ternyata belum datang juga.
“Cari siapa Bi ?” Mama Lisa yang sudah duduk melihat gerakan Bianca yang celingak celinguk mencari 2 sahabatnya.
“Mia sama Della, ma. Tumben biasanya mamanya Mia suka datangnya pagi.” Akhirnya Bianca ikutan duduk di samping mama Lisa. Dia mengeluarkan handphone dari saku roknya.
Bianca : kok belum pada sampai ?
Hingga 5 menit pesannya di grup belum ada yang membalas, bahkan ketika dia mencari tahu ternyata pesannya belum dibaca baik oleh Mia atau Della.
“Kamu kok gelisah banget sih Bi ?” Mama menepuk paha Bianca pelan. Bianca menoleh dengan wajah manyun.
“Udah janjian ma sama Della dan Mia mau datang pagian.”
Bianca menatap pesan di handphonenya lagi yang masih belum ada tanggapan. Sebetulnya dia ingin ketemu Bu Yuli dulu dan menitip pesan supaya jangan menceritakan masalahnya dengan Nindi dan Devano. Saat tarikan nafas berarnya dihembuskan, suara cempreng Mia terdengar memanggilnya.
“Bibi Bian !” Mia dengan wajah sumringahnya sudah sampai di depan kelas. Mama Asih, mamanya Mia masih melangkah agak jauh di belakang Mia.
Tidak lama ternyata Della dan mama Indah terlihat di ujung tangga, disusul beberapa orangtua murid dari kelas mereka dan kelas-kelas sebelah. Bianca melihat jam di handphonenya ternyata sudah jam 6.50.
Tidak lama Della sampai juga di depan kelas. Para mama yang memang sudah mengenal satu sama lain dan lama tidak ketemu mulai saling menyapa dan mengobrol. Bianca sendiri sudah bangun dari bangku, berdiri dengan kedua sahabatnya.
“Gimana kemarin ?” bisik Mia. Posisi mereka sekarang berdiri di tiang pembatas dengan membelakangi orangtua mereka.
“Aman, cuma….,” Bianca menjeda sejenak sambil menarik nafas panjang. “Gue berharap Bu Yuli nggak cerita-cerita sama mama.”
“Memangnya kenapa ?” Mia dengan muka lemotnya balik bertanya menatap Bianca.
“Bisa- bisa liburan terpasung di rumah,” jawab Bianca sendu. “Lagian mama sama papa mana nyangka kalo gue…”
“Selamat pagi,” sapaan Bu Yuli membuat Bianca menghentikan omongannya. Reflek mereka bertiga membalikan badan dan menyapa balik Bu Yuli sambil menganggukan kepala.
Bianca dan mama Lisa akhirnya masuk pertama. Perasaan Bianca mulai tidak karuan dan tangannya mulai terasa dingin. Bianca sempat menatap Bu Yuli dengan pandangan seolah-olah memohon agar Bu Yuli tidak bicara dengan sang mama masalah di luar konteks pelajaran. Dan akhirnya Bianca bisa bernafas lega karena saat mama Lisa menanyakan perilaku Bianca di sekolah, Bu Yuli hanya tersenyum dan mengatakam tidak ada yang perlu dikhawatirkan, dan secara nilai Bianca mencapai peningkatan yang cukup baik, dari ranking 13 di semester sebelumnya, sekarang menjadi ranking 10.
Setelah selesai, mama Lisa berpamitan dilanjutkan dengan Mia dan mama Asih.
“Ma,” Bianca merangkul lengan sang mama.
“Mau ijin pergi sama Mia dan Della ?” mama Lisa tanpa menoleh langsung bertanya pada Bianca.
Bianca tertawa kecil dan merebahkan sekilas kepalanya di bahu sang mama.
“Boleh ya ma ?” Bianca mengusap tangan mamanya yang dia rangkul dengan manja.
“Hubungi adikmu dulu bilang mama langsung ke sana. Pesankan mama ojol dulu jangan lupa.”
Bianca mencium pipi mama Lisa sekilas sambil tertawa senang. Segera mengeluarkan benda pipih dari saku roknya dan memesan mobil online lewat aplikasi.
“Makasih mama.”
Sampai di ujung tangga ternyata mereka berpapasan dengan mama Angela dan Devano yang baru saja sampai di lantai dua. Bianca spontan menganggukan kepalanya.
“Selamat pagi Tante Angela,” sapa Bianca ramah.
“Selamat pagi manis,” mama Angela dengan wajah berbinar membalas sapaan Bianca.
Mama Lisa yang masih berdiri di sebelah Bianca sempat menatap mama Angela dan Bianca bergantian.
“Ma, kenalin ini tante Angela mamanya Devano, teman seangkatan beda jurusan,” Bianca menatap mamanya dan memperkenalkan mama Angela.
“Lisa.”
“Angela.”
Kedua mama itu saling bersalaman dan memberikan senyuman. Devano yang masih berdiri di belakang mama Angela terlihat dingin dan tidak terlalu perduli hingga mama Angela menoleh menatap anaknya.
“Van, kok nggak sapa mama nya Bianca ?” tegurnya.
Devano dengan agak malas mendekati mama Lisa dan dengan senyum terpaksa mengulurkan tangannya bersalaman dengan mama Lisa.
“Devano, Tante.”
Mama Lisa yang membaca situasi yang sedikit canggung antara Bianca dan Devano akhirnya mengakhiri perbincangan dan pamit karena akan lanjut mengambil raport ke sekolah Bernard.
“Kapan-kapan main ke rumah biar Devano yang jemput,” ucap mama Angela sebelum Bianca berlalu. Bianca mengangguk dengan senyum dipaksakan. Di belakang mama Angela, Devano sudah melotot menatap Bianca.
“Saya pamit tante,” Bianca menganggukan kepalanya lalu menyusul mama Lisa yang sudah mulai turun tangga.
“Pacar kamu ?” tanya mama Lisa begitu mereka sudah sampai di gerbang sekolah.
“Bukanlah !” Bianca segera menjawab sambil menggeleng.
“Kok ngegas ?” Mama Lisa tertawa kecil sambil mengangkat alisnya sebelah menatap Bianca dengan pandangan menelisik.
Bianca membuang muka. Dia tahu kalau susah berbohong dengan mamanya.
“Ma, tuh mobilnya sudah datang,” Bianca mengalihkan pembicaraan dan mama Lisa menoleh mengikuti tangan Bianca yang menunjuk ke arah mobil yang tidak lama berhenti di depan mereka.
“Mbak Bianca ya ?” sapa pengemudi dari dalam mobil setelah Bianca membuka pintu belakang untuk mamanya.
“Tolong hati-hati bawa mobilnya ya Pak. Lokasi sesuai titik,” pesan Bianca dan menutup pintu mobil setelah sang mama sudah duduk sempurna di bangku belakang.
“Pacaran boleh asal tahu batas ya,” mama Lisa menggoda Bianca dari balik kaca yang dibuka.
“Apaan sih mama,” Bianca yang sedikit memerah wajahnya membuang pandangan ke arah lain. Mama Lisa hanya tertawa dari dalam mobil dan melambaikan tangannya.
Bianca memukul pelan kepalanya, membodohi sikapnya yang tidak bisa bersikap biasa saja saat mama menyinggunh soal Devano. Niatnya untuk membuang jauh-jauh perasaannya pada Devano ternyata tidak semudah itu. Saat langkahnya kembali memasuki halaman sekolah, handphonenya berbunyi tanda pesan masuk. Bianca menatap layar handphonenya, ternyata pesan dari Mia dan Della yang memberitahu kalau mereka sudah menunggu di kantin sekolah. Fokusnya membaca pesan sambil membalasnya membuat Bianca tidak terlalu memperhatikan jalan hingga tanpa sadar, bahunya ditabrak keras dari depan dan hampir saja handphone di tangannya terlepas.
“Aduh,” pekiknya pelan. Bianca langsung menoleh ke arah orang yang menabraknya.
Pandangannya sedikit kaget dan hatinya langsung campur aduk saat melihat sosok Nindi yang menabraknya.
Pasti sengaja, gumam Bianca dalam hati.
Rasa kesal dan ingin marah membuatnya membalas tatapan Nindi yang terlihat ingin membunuhnya. Belum lagi tatapan mamanya Nindi yang berdiri di sebelahnya dengan tatapan permusuhan dan kebencian.
“Urusan kita belum selesai,” bisik Nindi di telinga Bianca. “Jangan pikir elo bisa berlindung selamanya sama Devano atau mamanya !”
Bianca sempat ingin melawan pernyataan Nindi tapi gadis itu keburu melanjutkan langkahnya mengikuti mama Gita yang sudah melanjutkan kembali langkahnya.
“Huffftt…” Bianca menarik nafas panjang.
“Sepertinya harus siap-siap perang di kelas 12. Semoga nggak bawa hal buruk di tahun terakhir,” gumam Bianca pada dirinya sendiri.
“Manis,” suara mama Angela mengejutkan lamunan Bianca yang menatap ke arah lapangan.
“Eh maaf Tante, saya tidak lihat tante di sini,” Bianca memberikan senyum terbaiknya.
“Kamu nggak pulang sama mama kamu ?”
“Mau pergi sama teman-teman dulu, tante,” Bianca menjawab sopan.
“Nggak bareng sama Devano ?” mama Angela mengedipkan matanya lalu menoleh ke arah Devano yang berdiri di belakangnya.
“Mommy !” Devano menegur sedikit keras dengan nada tidak suka. Mama Angela hanya tertawa kecil menanggapi reaksi anaknya.
“Eh nggak tante,” jawab Bianca gugup. “Beda kelompok sama teman-temannya Devano.”
“Kamu nggak ajak Devano biar kenal sama teman-teman kamu ?” goda mama Angela kembali yang membuat Bianca menggeleng lalu menunduk malu.
“Ya udah,” mama Angela menepuk bahu Bianca. “Tante pulang dulu ya. Selamat sekarang kalian naik ke kelas 12.”
Bianca mengangguk sambil tersenyum kembali dan mengikuti langkah Devano dan mamanya yang berjalan menuju mobil yang terparkir. Dia masih mematung di tempatnya dan melihat Devano yang ternyata tidak ikut pulang dengan mamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Bellamoore
Kereeen bgt critany thor….smangat teruss thor❤️❤️
2023-05-05
1
Rikson Wabiser
ceritanya bagus" 🙏
2023-03-19
3
Nona Rena
ini cerita bagus lo kata katanya enak di baca 👍
2023-03-10
5