aku membawa khaira berjalan pagi keliling komplek rumah yang kami tempati. kata orang2 embun pagi mampu membantu anak- anak yang memiliki keterlambatan berjalan seperti khaira. yaaa khaira ku adalah anak yang memiliki banyak kejutan. mulai dari ia lahir dan hingga kini umurnya sudah 14 bulan. tapi ia belum juga menunjukkan tanda- tanda untuk berjalan sendiri, walau demikïn aku tidak pernah merasa kehabisan kesabaran untuk menitah dan mengajarinya. dia anugerah yang tiada tara yang allah titip kan pada ku.
FLASH BACK
hari itu kandungan ku genap berusia 7 bulan. serperti tradisi setelah acara among- amongnya aku mulai membeli pelengkapan untuk bayi dan juga perlengkapan ku untuk melahirkan nanti. walau waktunya masih lama. tapi aku tak ingin repot saat nanti perutķu semakin membesar. pasti aku pasti sangat kesusahan berbelanja dengan kondisi perutku yang semakin membesar nanti. semua perlengkapan sudah berhasil aku beli, setelah aku cuci bersih aku juga menyetrika dan menyimpannya di dalam box container yang baru aku belì juga.
keesokan paginya aku bangun subuh, seperti biasanya aku mengemas rumah, memasak, mencuci dan menyiapkan bekal untuk suamiku berangkat bekerja. setelah suamiku berangkat bekerja baru lah aku bersiap- siap untuk berangkat bekerja juga. bukan tak ingin berangkat kerja barengan dengan suamiku. tapi jam kerja kami terpaut jauh. jam kerjany di mulai pukul 6 pagi. sementara aku jam kerja ku di mulai dari pukul 8 pagi..
tepat pukul 17.00 aku keluar dari tempat ku bekerja. aku melihat suami ku masih setia menungguku. begini lah kehidupan rumah tangga kami. jam kerja suami ku yng fi bagi menjadi 3 shift membuaţ kmi sangat jarang sekali memiliki waktu berdua. bahkan sangat sering aku hanya bertemu dengan suami ku hanya 4 jam saja sehari dan malamnya aku tidur sendiri di rumah karena suami mendapat giliran kerja shift malam.
sesampainya di rumah aku gegas membersihkan diri terlebih dahulu. setelah itu memilih memakai daster rumahan agar dedek bayi dalam perutku bisa lebih leluasa bergerak jika aku memakai pakaian yang longgar. aku memilih duduk di sebelah suamiku yang sedang asik menonton tv. tapi baru saja aku duduk entah mengapa aku merasakan ****** ***** dan daster bagian bawah ku basah.
"yah. ****** ***** dan daster ku basah. ayah numpahin air ya ??". karena aku akan memiliki anak aku mulai memanggil suami ku dengan sebutan ayah. dengan maksud ayah dari anak ku.
"ga kok bun. dari tadi ayah belum ada minum atau bawa air ke sini malah, ibun ganti aja dulu ****** ***** sama dasternya gih. jangan lama- lama pakai pakaian basah itu. nanti masuk angin. airnya biar ayah yang ngelap". ujar suamiku memberi perhatian. itu lah suamiku, walau ia seharian bekerja. ia tak pernah sungkan membantuku mengerjakan pekerjaan rumah.
tapi ketika sedang tidur di malam harinya pun air itu masih saja membuat ****** ***** dan pakaian ku basah. aku mulai khawatir, aku bangunkan suamiku yang sudah terlelap. kami gegas ke klinik bidan terdekat. setelah di periksa menurut bidan benar adanya kalau yang sudah keluar itu air ketuban aku di minta datang ke dokter tempat aku rutin memeriksakan kandunganku sebab bu bidannya tidak punya cukup alat medis.
sekitar jam 1 malam kami sampai dirumah sakit tempat dokter kandungan kepercayan ku sedang bertugas.. setelah di periksa oleh dokter dan juga di USG ulang dokter meminta ku untuk di opname dulu atau lebih tepatnya bedrest. sebab air ketuban ku sudah merembes tapi syukurnya jumlah air ketuban ku masih mencukupi untuk bayiku di dalam sana.
sudah 9 hari aku di sini. rasa bosan dan lelah itu sudah sangat membebaniku.. rasanya dengan hanya berbaring di atas tempat tidur membuatku tidak betah di sini. sudah tak terhitung jumlahnya aku meminta pulang pada dokter. tapi hingga sekarang aku tetap tak di perbolehkan pulang.. hari ini aku sudah sangat bertekat untuk pulang. mungkin dokternya lelah mendengar kata- kata "pulang" dari mulut ku..
"sabar ya mbak. kita periksa dulu keadaan mbak dan kandungannya. nanti kalau semuA membaik. mbak boleh pulang hari ini". ucap dokter itu dengan senyumannya yang slalu mengembang. masih dalam tahap pemeriksaan.
"sepertinya air ketubannya sudah jauh berkurang dan kalau boleh tau pergerakan bayinya gi mana mbak ?? masih tetap aktif seperti biasanya kan ??. tanya dokter kepadaku. tapi dari wajahnya jelas tampak gurat kekhawatiran.
"sudah2 hari ini bayinya tidak bergerak dokter". jawab ku tanpa menutupi keadaan.
dokter itu tampak lansung meraih gagang telpon di meja kerjanya. entah siapa yang dia telpon. tapi kalau di lihat dari raut wajahnya tampak serius dan juga buru- buru. suamiku yang dari tadi mendampingiku pun tampak serius melihat ke arah dokter itu.
"mas dan mbaknya harus bersiap. kita lakukn operasi caesar sekarang ya. bayi mas dan mbak sepertinya tidak ingin lama- lama di dalam sana". mendengar ucapan dokter itu aku dan suami lansung saling pandang. "apa harus secepat itu" kataku membatin.
aku sudah di siapkan untuk menjalankan operasi caesar. tubuhku terbaring lemah di atas meja operasi setelah melewati serangkaian tahap pembiusan. "alhamdulillah sudah keluar". aku mendengar suara dokter itu. tapi mengapa aku tak mendengar suara bayi menangis ?? mataku tetap menelusuri setiap inci rungan operasi ini. dari sini aku dapat menangkap adanya sesuatu hal yang tak beres. para perawat tampak sibuk dan juga terdengar suara dengan kata- kata yang tak dapat aku mengerti. ada apakah gerangan ?? hatiku semakin tak tenang. hingga saat ini aku tak mendengar suara bayiku menangis. sedang kan proses operasiku sudah selesai. bahkan tahap penjahitan pun sudah selesai. tapi tak lama terdengar suara bayi menangis dengan terbata.. serentak orang2 yang ada di ruang operasi berucap "alhamdulillah".. bagitu pun aku. aku sangat bahagia mendengar suara tangis itu. seorang perawat membawa bayi itu mendekat ke arah ku."selamat ya ibu, bayi ibu sudah lahir dengan jenis kelamin perempuan, berat badan 2,8 kg, panjang 48 cm, jari tangannya lengkap, jari kakinya juga lengkap. kami bersihkan dulu bayinya ya bu. nanti perawat akan membawa bayi ibu ke ruangan ibu". perawat itu berucap sambil menunjukkan satu per satu apapun yang dia ucapkan.aku merasa bahagia tapi ada yang mengusik pandangan ku.
"mbak, maaf ya mbak. kok kulit anak saya biru gitu ya ?? seperti lebam- lebam gitu". ucap ku keheranan.
"ini karena bayi ibu belum cukup bulannya bu, kulitnya belum sempurna. nanti setelah di rawat juga pasti membaik bu". jawab sang perawat sambil tersenyum ke arah ku.. ada perasaan lega di hatiku.
hari ini sudah 3 hari setelah operasi caesar ku. tapi tak sekalipun perawat datang mebawa bayiku untuk menemuiku seperti yang dia katakan di ruang operasi dulu. beberapa hari ini aku hanya bisa melihat perawat berlalu lalang membawa bayi- bayi orang lain lewat di depan kamar inap ku. bahkan kalau da yang datang paling juga buat ambil asi yang mereka suruh aku pompa lalu di masukkan ke botol yang sudah mereka siapkan. setiap aku tanya mana bayiku. mereka tak satupun yang memberi jawaban. bahkan suami ku juga demikian. slalu mengalihkan pembicaraan setiap aku tanya tentang bayiku. aku bangkitkan tubuh ku dengan sekuat tenaga. aku turun dari tempat tidur. sambil memegang taung infus aku bejalan ke tempat receptionis yang kebetulan berada tepat di depan kamar rawat inapku.
"pagi bu ada yang bisa kami bantu ?" sapa salah satu perawatnya ramah padaku.
"pagi juga mbak, kalau boleh tau kapan saya boleh pulang dan kapan saya boleh jumpa sama bayi saya ??.
"sebentar ya bu saya telpon dokter jhonny dulu". aku menunggu sambil menyenderkan punggungku ke dinding. rasanya tenaga ku tak cukup jika harus menopang badan ku dengan rasa sakit yg teramat tak bisa aku ucapkan.
"bu, nanti siang ibu sudah boleh pulang dan nanti siang juga ibu sudah bisa jumpa sama bayi ibu".
"baik lah mbak. makasih banyak". aku kembali tertatih menuju kamar ku. aku tak melihat suami ku yang ternyata baru kluar dari lift. tiba- tiba saja dia sudah di dekat ku.
"dar mana sih bun. apa ga bisa tunggu ayah datang dulu ?". katanya sambil memapah ku.
"aku menanyakan kejelasan. kapan aku pulang dan kapan aku bisa jumpa sama bayi ku". ku jawab dengan ketus. karena aku sangat benci dengan sikapnya beberapa hari ini.
"kan bisa tunggu ayah dulu. jangan slalu bertìdak sendiri. setidaknya pikirkan jahitan ibun yang belum kering itu janga ini itu.........." belum siap dia bicara emosiku sudah tak tertahankan lagi..
"kamu tak bisa ku andalkan. mau nunggu aku sampai matipun kamu slalu tak jelas. biarkan saja jahitan ku mau gi mna. persetan dengan kesehatan ku. paling jika aku mati, kamu akan ganti istri. kamu bisa menikah dengan Deli. perempuan yang sudah PNS pilihan ibumu". ku tunjuk wajahnya karena aku memang sudah tersulut emosi. dia hanya diam tak menanggapi sama sekali.
semua sudah siap, hanya tinggal menunggu obat untuk ku bawa pulang sedang di tebus oleh suamiku. aku sudah duduk menunggu untuk bertemu dengan anak ku.
"sudah siap bun ??". suami ku datang terlihat di tangannya membawa obat- obat untuk ku.
"sudah. yuk, aku ga sabar mau jumpa sama anak ku".
"ayok".. ia dorong kursi roda yang telah aku duduki. setelah naik lift kami sampai pada sebuah ruangan yang di pintunya bertuliskan "NICU". entah ruangan apa itu. yang jelas aku di bawa ke mari.
sebelum masuk suamiku memintaku untuk mempersiapkan mentalku.
setelah masuk pintu pertama kami di minta untuk mengenakkan pakaian khusus dulu. setelah kami steril baru lah kami boleh masuk.
ketika pintunya di buka aku melihat ada 2 bayi. yang satu ada di ruang kaca dan yang satunya lagi ada di ruang kaca yang sepertinya sangat khusus aku tak bisa melihat karena saat itu di tutupi dengan kain yang tipisnya seperti kelambu.
"coba tebak bayi kita yang mana". aku hanya diam tak bisa menjawab pertanyaan suami ku. ya mungkin bayi ku yang ada daam ruang kaca ini bukan yang d ruang kaca yang di kelambui itu.
"ini...". aku menunjuk bayi yang hanya di letak kan di ruang kaca bukan yang di kelambui itu. tapi kepala suami ku malah menggeleng.
"bukan bun, bayi kita yang itu". telunjuk suamiku mengarah pada bayi yang di kelambui. benar kah itu bayi ku. tapi kenapa harus sampai di kelambui begitu ??
seorang perawat membuka penutupnya yng seperti kelambu itu..
DEGH..
rasanya jantungku berhenti bekerja. rasanya pedih,sesak dan getir begitu menjalar d tubuh ku. ibu mana yang tak sakit melihat anaknya seperti ini. pandangan ku lekat pada tubuhnya yag kecil. seluruh tubuhnya terpasang selang yang aku tak mengerti untuk apa. kaki dan tangannya terpasang infus. bahkan untuk minum susu pun bayi kecilku harus mendapatkan asupannya melalui selang. astagfirullaaahhhh.... bayi ku yang malang.. air mataku tak hentinya mengalir. ku remas bajuku yg menutupi bagian dada. rasanya di sini sangat perih. aku jatuh terduduk lemas melihat keadaan anak ku.
"pak. ibunya di bawa pulang saja, kasian ibunya pak. biar dede bayinya kami yang jaga di sini". ucapan perawat itu hanya di balas anggukan oleh suamiku..
aku sudah sampai di rumah sementara bayi ku masih arus di rawat di rumah sakit. entah sampai kapan. tapì yang pasti aku berdoa semoga secepatnya aku bisa berkumpul dengan bayi mungil ku.
FLASH BACK OFF
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Ajiba Chan
sedihnya...baru anak pertama 😭
2022-10-16
0