part 18

Alena dan Abi menatap pemilik suara itu, rupanya tamu undangan yang spesial baru tiba.

"Wah acaranya sudah berakhir ya, sayang sekali kita datang terlambat." Ucapnya seraya menggandeng pasangannya.

"Tidak apa apa, acaranya memang sudah berakhir tapi sisa jamuannya masih banyak." Ujar Abi begitu pedas.

"Kami kesini hanya ingin memberikan kado kok." Timpal seorang wanita yang ada di sampingnya.

"Gak usah repot repot bawa kado sih, yang penting kehadiran kalian saja sudah cukup. Mari masuk ke dalam kita makan makan kebetulan saya sangat lapar." Ucap Alena.

"Kamu lapar sayang?" Tanya Abi seraya menarik halus tangan Alena.

"Iya." Balas Alena manja.

"Ayo masuk, jangan mematung disitu." Abi mengajak Doni dan Ayu memasuki ruangan.

Mereka berempat masuk kedalam, Abi menyuruh Doni dan Ayu untuk duduk.

"Duduklah saya ambilkan kalian makanan." Ucap Abi seraya pergi mengambil makanan.

"Sayang tunggu, aku ikut." Di susul oleh Alena.

Dari kejauhan Alena melihat pasangan pengantin baru yang tengah berbincang bincang, entah apa yang mereka bicarakan Abi yang melihat Alena, dia langsung menyenggol lengan Alena.

"Kamu cemburu?" Tanya Abi.

"Cemburu?"

"Iya cemburu."

"Apa bapak gak lihat ekspresi saya saat melihat mereka? Pasangan itu yang cowoknya mata duitan yang ceweknya bucin parah, pasangan yang menurut saya aneh." Jelas Alena seraya mengambil makanan untuk di berikan kepada Doni dan Ayu.

Abi memandangi istri kontraknya itu yang berlalu dari pandangannya, dia memikirkan apa dia masih menyukai lelaki yang pernah jadi kekasihnya itu.

"Tapi aku lihat mata mu seperti ada sesuatu yang sayang untuk di lepas." Gumam Abi yang ikut menyusul Alena.

****

"Makanannya enak ya." Ucap Doni seraya mengusap sisa sisa makanan yang menempel di sudut bibirnya.

"Makanan orang kaya kan beda sayang." Timpal Ayu, istrinya.

"Lucu sekali pasutri ini." Batin Alena.

"Kalau enak ayo makan yang banyak, oh yah sayang masih ada kan makanannya?" Tanya Alena pada Abi.

"Ada tuh." Balasnya seraya menunjuk meja yang penuh dengan makanan.

Pov end....

Aku dan presdir masih setia menemani pasangan yang kemalaman ini, mereka masih makan makan saja padahal aku sudah sangat lelah dan ribet pakai gaun ini. Aku melihat presdir, dia sedang memainkan jari jemarinya apa dia sudah mulai kesal ya? Kelihatan sih.

"Apa bapak kesal ya?" Bisikku pada presdir.

"Sedikit." Balasnya, yang sudah jelas dia pasti kesal.

"Cari cara buat ngusir mereka dong." Bisikku lagi.

Presdir memijat keningnya pertanda dia sudah ada di puncak kekesalan.

"Hhh.." Presdir menarik nafas berat, apa yang akan dia lakukan ya.

"Sudah malam ya, apa kamu gak ngantuk sayang?" Tanya presdir padaku seraya mengedipkan sebelah matanya.

Aku kebingungan kenapa tiba tiba dia mengedipkan sebelah matanya padaku, mesum banget masa nanya nanya ngantuk aku kan gak mau tidur seranjang sama dia, diakan gak cinta sama aku.

"Ngantuk gak?" Tanyanya lagi dan lagi lagi mengedipkan sebelah matanya.

"Apa si?" Tanyaku pelan sambil menautkan alis, gak paham aku sama satu orang ini.

"Alena jawab saja iya gak usah banyak nanya." Jawabnya pelan juga, dia terlihat seperti ingin mengamuk.

"Iya deh." Ucapku malas, bukannya senang karena aku membalas iya dia malah menyubit jari tanganku dengan modus memegang tangan, padahal menyubit. Apa sih maunya orang ini? Aku makin bingung.

"Si Alena gak peka banget, capek ngasih kode ke dia." Batin Abi kesal.

Loh kok dia malah diam sih gak ngerti banget, kan aku nyuruh dia cari cara buat ngusir dua orang ini.

"Oh ya yu, kok kalian datangnya kemalaman sih?" Tanyaku pada Ayu yang sedang asyik mengunyah makanan.

"Itu sayang akunya tadi ketiduran gak tega aku bangunin nya." Balas Ayu seraya menyenderkan kepala nya ke bahu Doni, gelay sekali bestie.

"Ah begitu." Sambungku, idih sayangku geli sekali mendengar nya.

"Apa makanan nya cukup?" Timpal presdir.

"Lebih dari cukup kok." Balas Ayu, sedangkan Doni dia tak lepas pandangannya dari ku. Aku yang risih melihat kelakuan Doni sontak mendekat pada presdir.

"Ada apa?" Tanya presdir.

"Si Doni." Balasku berbisik padanya.

Presdir melihat ke arah Doni, setelah itu presdir memeluk ku.

"Maaf ya Ayu, Doni sepertinya istri saya sudah sangat lelah. Apa kalian bisa cepat membereskan makanan kalian?" Tanya presdir tiba tiba, keren akhirnya aku terlepas dari situasi melelahkan ini.

"Apa kamu sudah sangat lelah Alena?" Tanya Doni padaku, menyebalkan sekali.

"Kelihatannya." Balasku seraya memijat tengkuk kepalaku.

"Sayang, Alena sudah sangat lelah yuk kita pulang. By the way selamat atas pernikahan kalian ya, semoga selalu bahagia, ini ada kado buat kalian." Ucap Ayu seraya memberikan bingkisan yang di balut kertas kado dengan ukuran yang cukup besar.

"Terimakasih." Balas presdir seraya mengambil bingkisan itu.

"Maaf kadonya tidak semewah yang anda berikan pada kami." Timpal Doni.

"Tidak apa apa, ini juga lebih dari cukup." Balas presdir.

"Alena semoga kamu bahagia." Ucap Doni seraya menatapku.

"Aku akan selalu bahagia." Balasku sombong karena sudah menikah dengan lelaki sempurna, sudah kaya ganteng pula pasti bahagialah walaupun kami gak saling mencintai, setidaknya hidupku akan berubah.

"Iyalah bakal bahagia, orang suaminya terlalu sempurna." Timpal Ayu, betul sekali ucapanmu Ayu.

Aku tersenyum mendengar penuturan Ayu, ucapan Ayu memang the best sekali.

"Kalau begitu kami permisi pulang." Pamit Ayu pada kami berdua.

"Iya, hati hati di jalan." Balas presdir.

SKIP

Kamar

Aku terdiam di sudut kamar yang begitu luas, menyelidik setiap sudut ruangan. Apa benar aku sudah menikah? rasanya bagai mimpi di siang bolong terlalu dark buatku yang harus menghadapi situasi ini. Presdir yang baru keluar dari kamar mandi, hanya menggunakan kaos oblong berwarna putih dengan paduan celana boxer. Seketika aku menelan saliva, godaan ini godaan. Tahan Alena kamu masih gadis di bawah umur, jangan memandangi pria tua itu.

"Kenapa bengong disitu?" Suara basnya membuyarkan pikiranku yang kotor.

"Anu, s-saya mau mandi." Balasku gugup, jangan sampai ketahuan Alena. Iya sebaiknya aku pergi mandi, biar otak kembali fresh dan gak kotor.

"Ya sudah sana mandi." Ucapnya santai.

Aku memasuki kamar mandi, lelah sekali hari ini. Harusnya sudah beres satu jam yang lalu gara gara tamu sialan itu jadinya kemalaman deh.

Aku hendak membuka gaun pengantin ini, tapi resletingnya kenapa gak tergapai sih padahal gaun ini cukup berat.

"Ehmm....maaf boleh minta tolong?" Teriakku dalam kamar mandi.

"Ada apa Alena?" Balasnya dari luar kamar mandi.

"Tolong dong, masuk aja gak di kunci kok." Ucapku.

"Benar nih? Saya masuk loh." Ucapnya setengah ragu.

Tanpa berpikir panjang aku membolehkan presdir untuk masuk ke dalam kamar mandi, dia membuka pintu kamar mandi.

"Ada apa Alena?" Tanyanya panik.

"Anu, tolong bukain resleting gaun nya. Soalnya saya gak sampai nih." Ucapku manja, gak tahu kenapa aku jadi manja seperti ini.

"Sini, coba berbalik." Ucapnya.

Aku membalikan badan dan mengahadap cermin, aku melihat pantulan diriku dan presdir. Aku menatap presdir yang sedang membuka resleting gaun begitu pelan sambil menikmati pandangan indah yang ada di depan mata namun aku repleks  menunduk. Momen indah ini cukup berkesan bagiku, melihat presdir yang sedang membuka resleting sedekat ini.

"Punggungmu mulus sekali." Bisiknya yang membuatku geli.

"Mesum, keluar gak." Teriakku mendorong badan nya yang begitu berat.

"Jangan di dorong lantainya licin, nanti bisa jatuh." Aku tak mendengar perkataannya, terus saja aku mendorong dorong badannya.

"Keluar ihh." Aku mendorongnya sekuat tenaga.

"Alena, Alena berhenti." Cegahnya padaku yang tak henti hentinya mendorong dia.

"Keluar ih, keluar gak? Ayo keluar." Tiba tiba tubuhku oleng dan kyaaa.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!