"Baru pulang?"
"Ah, ibu." Aku berlari menghampiri ibu dan ayah.
"Jam segini baru pulang, kemana saja?" Tanya ayah.
"Bicaranya di dalam saja ya." Aku mengajak ayah dan ibu masuk ke dalam.
"Jawab pertanyaan ayah." Ucap ayah.
"Duduk dulu ya, Alena mau bicara serius sama ayah dan ibu." Ucapku begitu serius.
"Soal pernikahan." Ayah memotong pembicaraan.
"Ih ayah kan Alena bilang mau bicara serius malah motong pembicaraan, nanti Alena lupa lagi mau bicara apa." Ujar ibu dengan nada kesal.
"Sudah sudah, dengar ya! Soal pernikahan iya, Alena bakal mengadakan pesta pernikahan di hotel hari minggu." Jelasku yang lagi lagi di potong oleh ayah.
"Nikah sama siapa? Kok di hotel emang punya duit?" Cetus ayah, rasanya aku ingin menabok ayahku.
"Ayah, apa ayah bisa diam saja? Kalo ayah terus memotong pembicaraan gak akan selesai selesai dong. Ayah cukup mendengarkan kalau mau ngomong nanti saja kalau Alena sudah selesai menjelaskan, faham ayah?" Ujarku yang kesal pada ayah.
"Baiklah ayah akan mendengarkan." Entengnya, ayah kira menjelaskan ini gak butuh tenaga? ah inginku kabur dan menghilang dari bumi.
"Terus?" Sambung ibu.
"Ayah dan ibu besok harus siap siap bertemu sama calon besan, mereka orang terhormat jadi jangan memalukan ya." Aku sedikit kebingungan, apa aku harus mengatakan yang sebenarnya kepada aya dan ibu kalau pernikahan ini hanyalah pernikahan kontrak. Tidak, ini bukan saatnya.
****
Kenapa malam cepat berlalu padahal aku masih ingin rebahan, aku berjalan menuju pintu keluar saat ku buka pintu nampak seseorang dengan perawakan yang tinggi. Ada apa dia kesini dan kenapa dia bisa tahu rumah aku?
"Selamat pagi." Sapanya begitu lembut.
"Pa-pagi, ada apa bapak datang kesini pagi pagi?" Tanyaku seraya memalingkan wajah, dia datang kok gak bilang bilang sih kan malu mana baru bangun tidur muka kusam rambut berantakan dan mungkin belek juga terlihat jelas, malu banget.
"Ini." Dia memberikan paper bag padaku, kira kira apa isinya? Eh tunggu, bukannya dia bilang kalau hari sabtu semua di liburkan tapi kenapa dia berpenampilan seperti orang mau kerja, ah masa bodo deh.
"Cepat mandi dan gunakan gaun itu, untuk riasan wajah kita mampir ke salon terdekat." Ucapnya, ke salon mau ngapain sih dia sebenarnya.
"Tapi ada apa ya? Bukannya pertemuan keluarga nanti sore." Aku bingung sendiri jadinya.
"Turuti saja, cepat gak ada waktu lagi." Titahnya seraya menyeretku masuk untuk segera mandi.
"Iya iya gak usah di dorong juga." Ucapku seraya menggoyang goyangkan tubuh agar dia melepas tangannya dan berhenti menyeretku.
"Ada apa ini?" Ucap ibu dari arah pintu dapur.
"Ah ibu, anu ini bu." Belum selesai ngomong sudah di potong.
"Selamat pagi calon ibu mertua." Sapanya melepas tangannya dari tubuhku.
"Selamat pagi, jadi ini calon menantu ibu?" Tanya ibu seraya menunjuk kagum lelaki yang ada di hadapannya.
"Iya." Balasnya seraya menunduk.
"Alena sana mandi." Ibu mengusirku tega sekali.
"Ayah ayah." Panggil ibu.
"Ada apa?" Ayah menghampiri ibu.
"Ini ayah, calon mantu kita." Ucapnya seraya menunjuk presdir, sedangkan presdir membalas dengan senyuman.
"Woah apa betul ini calon mantu kita? Gagah sekali." Ucap ayah kagum.
"Biasa saja ayah mertua." Ucapnya.
"Ayo duduk kita makan camilan dulu sambil nunggu Alena beres mandi."
"Ah iya."
30 menit kemudian
"Nak kok lama banget si, nak Abi kelamman nunggu kamu." Teriak ibu menyuruhku keluar, bukan apa apa tapi ini terlalu berlebihan gaun ini bagus sekali tapi yasudahlah.
"Iya bu Alena sudah selesai kok." Balasku, aku keluar dari kamar.
"Alena sudah siap."
"Woah ini benar anak ibu kan?" Ibu takjub melihat aku menggunakan gaun ini, sejujurnya aku gak nyaman gaun nya terlalu bagus untukku pasti harganya mahal.
"Ini Alena?" Sambung ayah.
"Sudah saya duga gaun nya cocok denganmu." Ucap presdir. "Mari kita berangkat."
"Iya." Aku mengekor di belakang nya dan berjalan menuju mobil.
"Bu pamit dulu." Teriakku di ujung jalan, untung saja Jia gak ada di kontrakan.
Dalam mobil
"Ehmm...." Aku berdehem.
"Kenapa?" Rupanya lelaki itu peka.
"Anu sebenarnya kita mau kemana sih pak?" Dari tadi dia tidak memberitahuku kemana sebenarnya kita akan pergi.
"Diam saja nanti juga kamu bakalan tahu." Ucapnya membuatku makin penasaran.
"Baiklah terserah bapak presdir." Timpalku menurut saja padanya.
"Kamu sepertinya gak perlu ke salon deh." Ucapnya tiba tiba seraya menatapku.
"Kenapa gak jadi?" Tanyaku penasaran.
"Ah itu, itu karena kamu sudah cantik." Ucapnya seraya memalingkan wajahnya.
Ada apa ini kenapa aku bedebar saat presdir bilang aku cantik.
"Terimakasih pak." Balasku.
****
Tunggu inikan pesta pernikahan, pernikahan siapa ya? Kenapa dia mengajajku ke pesta pernikahan.
"Ayo kita memberi selamat kepada pengantin." Ajaknya seraya menggandeng tanganku, aku pun hanya menurut saja. Saat masuk kedalam tunggu kok kayak kenal sama pengantinnya, aku mendekat ke depan, ah ternyata Doni dan Ayu.
"Bapak kok ngajak saya kesini?" Aku bertanya tanya tapi dia tidak membalas pertanyaanku.
"Nikmati saja pestanya." Balasnya. "Ayo kita bersalaman sama pengantinnya."
"Ah a-ayo." Aku mengikutinya di belakang.
"Alena." Panggil Doni padaku. "Kamu datang ya sama siapa? Pasti sendiri ya kasihan."
"Sok tahu." Cetusku.
"Lantas mana pasanganmu?" Tanyanya seraya mencari keberadaan pasanganku, padahal pasanganku ada di depan matanya.
"Sayang sini jangan jauh jauh, dikiranya kamu masih free padahal sebentar lagi kita juga married." Ujar presdir menyelamatkan harga diriku yang di injak oleh si Doni benalu ini.
"Ah iya sayang maaf." Ucapku seraya menatap sinis si Doni.
"Kamu kenal sama mempelai pengantin lelaki nya sayang?" Tanya presdir.
"Kenal kan kita kalo gak salah satu SMA ya, Doni?" Ucapku seraya menatap si Doni.
"Jadi kamu temanan sama suami saya." Sambung Ayu.
"Ah seperti nya begitu." Balasku.
"Ini siapa len?" Tanya Doni seraya menunjuk presdir.
"Sayang mau aku yang kenalin apa kamu yang mau mengenalkan diri?" Tanyaku seraya mengusap tangannya.
"Biar saya mengenalkan diri terlebih dahulu, perkenalkan nama saya Abi Pangestu presdir dari perusahaan percetakan komik dan novel no.1 di Indonesia saya akan menikah dengan Alena besok saya harap anda bisa hadir di acara saya." Mati kau Doni, aku lebih dari segalanya mendapat calon suami konglimerat gak kepanasan gimana coba kamu.
"Ah sayang kok jujur banget sih, aku kan jadi malu." Ucapku so imut.
"Kita hidup memang harus jujur sayang." Balasnya seraya mencubit ujung hidungku,
Alena jangan baper ini hanya pura pura.
"Kami pulang dulu ya, ada acara keluarga." Ucap presdir. "Oh iya, hadiah pernikahan nanti datang semoga kalian suka."
"Hadiah pernikahan?" Tanya Ayu.
"Iya hanya sebuah mobil saja, apa kalian suka hadiah mobil?"
"M-mobil? Apa gak salah? Gila dia gila." Batinku membeku.
****
"Apa gak berlebihan memberi hadiah mobil?" Tanyaku.
"Itu hanyalah hadiah kecil." Entengnya, hadiah kecil apanya.
"Begitu ya?"
"Ayo kita langsung ke restoran." Ajaknya seraya membuka kan pintu mobil, aku masuk kedalam mobil.
Seperti biasa dalam mobil kita berdiam diaman saja.
"Kok bapak bisa bawa saya ke pesta pernikahn itu? Apa itu keluarga?" Tanya ku.
"Bukan."
"Lantas kok bapak ngajak saya ke sana?"
"Itu karena."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments