"Aduh sakit pelan pelan kenapa."
"Berisik."
"Itu sakit."
"Saya tahu pasti sakit, tahan dulu kalo gak di obatin nanti lukanya jadi infeksi."
"Iya iya tapi pelan pelan, perih."
"Iya, ini saya pelan."
Abi tengah mengobati luka yang di dapat Alena saat meracau di depan klinik.
"Baru pertama kali saya mengobati kaki pegawai dan poin pentingnya pegawainya menyebalkan, padahal saya sudah baik mau ngobatin luka kamu." Abi mengomel tanpa di hiraukan oleh Alena.
"Hmmhh..." Alena hanya berdehem saja.
"Kamu gak dengar saya ngomong?" Tanya Abi.
"Denger." Balas Alena seraya memonyongkan bibir dan menatap langit yang begitu cerah.
Abi yang kesal menekan keras luka Alena, sontak Alena menjerit.
"Aa.....sakit ih." Alena menarik kakinya dan mengelus pelan lukanya.
"Makanya kalo saya ngomong dengerin, saya gak suka di anggurin." Ujar Abi meninggalkan Alena yang masih duduk di kursi.
"Ih pemarah." Ucap Alena seraya menatap punggung lebar milik Abi yang jauh dari pandangan.
Pov author end....
Ish dia marahnya unik juga, padahal dari tadi aku denger dia ngomel kok. Ya sudahlah nanti juga bakal baik baik lagi, dan makasih ya udah obati luka aku.
Aku menatap kakiku yang terbalut plester dan sesekali tersenyum saat teringat bagaimana dia begitu posesif padahal lukaku gak separah itu. Apa dia orangnya seperti itu ya? Pasti kaku saat pacaran kalo semestinya dia pacaran, ngomong apa sih aku.
****
"Kamu dari mana saja nak?" Tanya ibu saat aku kembali untuk berpamitan pulang.
"Cari angin." Balasku singkat.
"Kamu mau pulang ke jakarta sekarang?"
"Iya."
"Temui ayah dulu ya." Ibu memintaku menemui ayah padahal ibu tahu jelas aku begitu kesal pada ayah yang terus terusan nyuruh aku nikah.
"Iya." Aku dan ibu masuk ke dalam menemui ayah yang kulihat dia sedang tertidur. "Ayahnya tidur, gak usah di bangunin."
"Tapi nanti kalo ayah tahu kamu sudah ke jakarta dia bakalan sedih, sebaiknya kamu tunggu biar ibu bangunin ya."
Aku mengangguk mengiyakan perkataan ibu.
"Aku keluar sebentar kalo udah bangun telepon aja." Ucapku seraya keluar dari ruangan.
"Apa kebiasaan makan pedasmu kurang bagus?" Tiba tiba ada suara yang mengagetkanku dari sudut ruangan.
"M-maksud bapak apa?" Tanyaku terbata.
"Kamu tuh aneh yah, padahal cuma makan mie kuah pedas tapi sudahnya kayak orang habis mabuk hilang kesadaran." Jelasnya yang membuatku mematung.
"Oh.." Aku ber oh saja.
"Oh? Jadi cuma oh? Padahal kamu itu kayak orang gila tau, sampe sampe saya harus gendong kamu buat keluar dari kantin."
"Apa?" Aku begitu kaget, gendong? Aku di gendong? Alena Putri seorang pegawai di gendong oleh bos sendiri, aih memalukan. "Kalo begitu saya minta maaf." Aku membungkuk dan cepat cepat masuk ke dalam ruangan lagi.
"Baru aja ibu mau telepon kamu." Ucap ibu mengagetkan ku.
"Ah lama nunggu ibu telepon." Ucapku santai, aku menghampiri ayah. "Ayah, Alena pamit pulang lagi ke jakarta."
"Iya hati hati di jalan, soal pernikahan kita bahas kalo ayah udah pulang ke rumah." Ucap ayah lagi lagi membahas pernikahan.
"Terserah ayah."
"Hati hati ya nak, kalo udah nyampe telepon ibu ya." Ucap ibu.
"Iya bu, Alena pamit ya." Aku berpamitan kepada orang tuaku.
"Mari pak kita pulang." Ajakku kepada presdir yang sebenarnya juga aku memberanikan diri padahal aku setengah mati malu padanya.
"Mari."
****
Kenapa suasananya suram seperti ini?
Aku celingak celinguk di dalam mobil mengelus elus lutut, kenapa suasananya hening seperti ini.
"Kenapa kamu?" Tanyanya yang membuatku sedikit terhentak.
"Ahhaahh..apa?" Aku berbalik nanya.
"Iya, kamu kenapa tegang gitu?" Tanyanya seraya menatapku.
"Gak papa pak, silahkan fokus menyetir." Ucapku seraya mempersilahkannya fokus untuk menyetir.
"Ngantuk banget." Batinku sesekali menutup mata. "Tunggu kamu jangan tidur Alena."
Untuk menghilangkan kantuk aku harus ngapain ya? Aku buka handphone aja deh siapa tahu ada yang menarik. Aku mengambil handphone dalam tas, aku membuka aplikasi instagram dan betapa terkejutnya aku sampai aku ternganga seraya menutup mulut menggunakan tangan.
"Gila gila gila." Umpatku kesal setelah melihat postingan seseorang.
"Apanya yang gila?" Tanya presdir.
"Anu itu." Ucapku sambil menunjuk ke arah handphone.
"Apa saya gak ngerti?"
"Entahlah."
Apaan kamu Alena, kenapa? apa kamu mau curhat sama bos kalo mantan kamu sudah tunangan sama cewek lain gitu? Nggaklah jangan ngapain gak ada untungnya juga dan yang paling penting bikin malu. Sudahlah biar aku pendam sendiri, dasar laki laki gak berguna sama sekali mudah banget mutusin aku.
"Rumah kamu yang mana?" Tiba tiba presdir nanya rumah yang mana.
Saking sedang keselnya aku, aku gak sadar kalo kami sudah sampai. Tapi yang bikin aneh kok dia tahu arah ke rumahku sih.
"Kok bapak tahu arah ke rumah saya?" Tanyaku pada presdir.
"Sekalian saja toh satu arah, rumah saya ada di ujung jalan sini rumahmu yang mana?"
"Oh begitu, rumah saya ada di gang sana jadi saya berhenti disini. Terimakasih sudah mengantar saya." Ucapku membungkuk seraya keluar dari mobil.
SKIP
Pagi di kantor
"Selamat pagi." Sapaku pada orang orang kantor yang sudah datang terlebih dahulu.
"Pagi." Balas salah seorang dati mereka.
"Alena tunggu." Teriak seorang wanita di ujung pintu masuk.
"Jia?" Rupanya Jia.
"Tunggu, masuk lift nya barengan." Ucapnya yang ngos ngosan.
"Pencet tombolnya." Ucapku kesal.
"Ah...iya lupa." Ucapnya dengan nafas tersengal sengal.
"Emangnya kamu habis maraton, nafasnya gak beraturan gitu tuh lihat keringat aja bercucuran." Aku menunjuk kening Jia yang penuh dengan keringat.
"Ah ini." Jia melap keringat yang bercucuran. "Aku tuh pas mau berangkat ada berkas yang ketinggalan, jadi aku balik lagi ke rumah."
"Sabar." Ucapku mengelus pelan pundak Jia.
Pintu lift terbuka aku keluar mendahului Jia.
"Hari ini Alena kenapa ya kok tampak kesal?" Batin Jia penasaran.
Hari ini aku benar benar kesal gara gara kemarin, kenapa ayah minta aku buat nikah bikin aku kepikiran aja.
Aku membuka laptop dan melanjutkan novelku.
"Aishh...aku jadi gak bisa fokus."
"Ada apa Alena?" Tanya ketua Hena.
"Sedang frustasi saja, maaf mengganggu kalian bekerja. Saya permisi ke toilet dulu." Aku melenggang pergi menuju toilet.
Toilet
Aku bercermin menatap pantulan wajahku, menyedihkan sekali. Kenapa ayah malah menggoyahkan hidupku, padahal aku sudah move on.
Drtt...drrtt....
"Siapa yang menelponku?" Aku bertanya tanya siapa yang menelponku di jam kerja begini. Nomor tak di kenal.
Me 'Hallo, ini siapa ya?'
.......'Datang ke ruangan saya sekarang juga'
Me 'Tunggu siapa ya?'
......'Bos kamu'
Me 'Baik pak saya segera kesana'
Tutt....tutt...
Ruangan presdir
"Permisi pak." Sapaku pada presdir, kelihatannya dia sedang sibuk.
"Iya, silahkan duduk." Dia mempersilahkan duduk padaku.
"Ada apa bapak memanggil saya?"
"Soal kemarin, ayo kita bicara setelah pulang kerja."
"Soal kemarin? ah baiklah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments