My Possessive Lover
Namaku Alena Putri, orang kadang memanggilku dengan panggilan Lena, Elen, Nana. Kini usiaku 21 tahun, aku di lahirkan di dalam keluarga yang sederhana. Di usiaku yang masih terbilang sangat muda di hadapakan dengan pekerjaan, aku kini hidup berjauhan dengan orang tuaku, aku di kota dan kedua orang tuaku tinggal di desa.
Hingga pada suatu hari aku harus terjebak dalam konspirasi keluarga orang kaya, terjebak dengan lelaki yang usianya 4 tahun di atas aku.
***
"Akhir akhir ini kamu kelihatan capek." Ujar salah satu rekan kerjaku, aku hanya menatapnya dengan malas. Pagi ini aku bagaikan kain kusut yang tak di setrika, sebuah notifikasi masuk ke handphoneku dia mengirim pesan.
Kita putus
Doni, lelaki yang ku perjuangkan selama 3 tahun ternyata hanya memanfaatkanku. Kerjanya hanya diam di rumah dan meminta uang jajan padaku, karena aku sangat mencintainya apapun akan kulakukan termasuk membiayai hidupnya. Tapi sayangnya setelah dia mengenal Ayu anak pemilik kedai chicken, dia melupakan aku. Mungkin karena aku hanya memberi dia uang yang sedikit di banding pemberian Ayu, tapi aku juga bersyukur karena tuhan telah membuka mataku lebar lebar untuk melepaskan benalu macam Doni.
"Ahhhh." Aku menarik nafas berat, hidup ini antara bahagia dan sedih.
"Na, aku denger tadi ya. Presdir baru udah datang dan katanya lagi dia cucunya ketua presdir." Ucap Jia perlahan. Aku yang mendengar hanya mendecak rambut yang kusut, sungguh menyebalkan.
Aku menatap pintu ruangan dan mengabaikan Jia yang masih setia mengoceh tentang presdir baru, aku sih bodo amat.
Jia melambaikan tangannya ke hadapan mukaku. "Denger gak sih?"
"Hmmm.." Aku hanya berdehem, agar Jia tak marah marah karena aku mengabaikannya.
"Dia ganteng banget katanya, itu juga masih katanya"
"Jia." Ku tepuk pelan bahunya, menatapnya dengan tatapan so imut pasalnya aku sudah malas mendengar ocehannya.
"Iya." Jawabnya dengan suara cemprengnya, yang juga tak kalah imut dariku.
Ku tarik nafas dalam dalam. "Bisa berhenti bicara?"
Jia mengangguk dan tersenyum manja layaknya anak kecil, jijik aku lihatnya. Its oke no problem yang penting Jia diam.
"Bagus, duduk dan kerjakan tugasmu. Katanya proposalnya harus jadi sekarang biar ketua Hena puas dan mengajukan kepada presdir." Ucapku panjang lebar.
"Ah betul, terimakasih telah mengingatkanku." Jia kembali ke kursinya,dan akupun bisa dengan leluasa menikmati hari suramku.
"Alena Putri." Tiba tiba aku dikagetkan oleh suara Ketua Hena, sesegera aku merapihkan pakaian dan rambutku yang acak acakan.
"Iya ketua, ada apa?"
"Proposal pengajuan milikmu belum di kumpulkan kapan kira kiranya mau mengumpulkan? Sekalian saya mau menilai agar bisa langsung di setujui oleh pak presdir." Astaga, proposal yang kubuat belum selesai dan aku seharian ini hanya murung.
"Iya secepatnya."
"Saya tunggu sampai nanti setelah selesai makan siang." Ucap ketua Hena.
"Baik."
Ku buka laptop dan melanjutkan membuat proposal, semoga ideku kali ini bagus dan di setujui presdir.
Setelah seharian mengerjakan proposal, perutku sudah memanggil untuk segera di isi.
Kantin
"Kok kantin agak kosong hari ini?" Aku bertanya tanya, kemana pegawai yang lain kenapa hanya ada beberapa orang saja. Ah biarlah apa gunanya aku tahu kemana yang lain pergi, aku sudah lapar.
Tiba tiba seseorang menarik tanganku dengan kasar. "Aww." Rintihku, sumpah cengkalan tangannya begitu kuat.
"Heyy,,gak sopan banget narik narik tangan orang." Aku membalik badan melihat siapa yang tega menarik paksa tangan seorang wanita.
Apa apaan ini kok aku berdebar saat melihat mukanya, kenapa dia begitu tampan dan sangat jangkung. Dia menatapku begitu dalam, apa dia akan marah? Tunggu! Siapa dia kenapa aku baru melihatnya? Dari divisi mana lelaki tampan nan jangkung ini? Ah, kenapa pikiranku penuh pertanyaan pertanyaan soal lelaki ini.
"Hei." Suaranya mengejutkanku yang tengah memikirkan tentangnya.
"Ahhh." Aku melihat ke sekeliling, kenapa begitu banyak pasang mata yang melihat ke arahku.
"Apa pak presdir tidak papa?"
What? Presdir? Jadi ini presdir? OMG Alena memalukan sekali.
"Maaf pak." Aku membungkuk dan berjalan melewatinya.
"Kalo jalan hati hati, tadi kamu hampir menginjak pecahan kaca." Ucapnya seraya menatap dengan tatapan tajam, ups menyeramkan.
"Ahh, maaf pak saya sedang tidak fokus. Sekali lagi maafkan saya." Aku membungkuk lebih rendah, memalukan ini benar benar memalukan.
"Tunggu!" Cegahnya, membuatku berhenti dari jalanku yang pelan dan aku membalik badan.
"Iya pak." Sahutku sopan.
"Mari makan, kamu kesini untuk makan bukan?" What dia ngajak aku makan, wah apa gak salah? Tapi nggak mungkin aku menolak toh aku sudah sangat sangat lapar tapi aku juga ngerasa bakalan gak nyaman lebih baik aku urungkan niatku untuk makan.
"Silahkan bapak duluan."
"Baiklah, mari sekretaris Ken."
Akhirnya aku bebas dari kecanggungan ini dengan presdir, mimpi apa aku semalam? Di putuskan lewat pesan dan bertemu presdir di saat yang tidak tepat. Ishhh membagongkan, dan yang paling penting aku sangat lapar.
SKIP
"Alena proposalnya?" Bu ketua meminta proposal. Aku memberikan kepadanya, untungnya sudah selesai.
"Tunggu hasilnya, semoga di acc ya." Ucapnya menghiburku.
"Oke."
Jam kantor sudah berakhir, aku berjalan menuju lift dan menekan tombol 1. Aku berada di lantai 1, kenapa akhir akhir ini sering hujan dan kenapa aku sering lupa membawa payung padahal sudah tahu sering turun hujan pas banget pulang kerja.
"Ish,,,kenapa hujan lagi?" Aku berdecak kesal, terpaksa aku menerobos hujan menuju halte. Tunggu kenapa tidak basah, aku mendongak sebuah payung menutupi kepalaku. Siapa yang memayungiku? Aku membalik badan, sosok ini.
"Sudah tahu hujan malah nekad mau pulang." Suara basnya begitu nyaring di telingaku, aku hanya menatap dengan tatapan hampa.
"Kenapa lihat nya sampai segitunya?" Ucapnya menyadarkanku.
"Ahh." Jujur aku salting sendiri tapi aku sadar diri.
"Kenapa nekad hujan hujanan, gak takut sakit?" Tegasnya.
"Anu...itu karena." Astaga kok jadi gugup begini.
"Kenapa?"
"Lupa bawa payung." Balasku agak sedikit teriak takutnya gak dengar, you knowlah suara derasnya hujan sering membuat kita agak budeg.
"Kamu tahu akhir akhir ini sering turun hujan? seharusnya sedia payung sebelum hujan itu wajib." Kenapa dia jadi ceramah begini hanya karena aku gak bawa payung, menyebalkan.
Dan tunggu. kenapa dia begitu akrab denganku padahal kita baru ketemu tadi siang?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
fahri salwa
aku jg cuek jdi orang... bomatd dgn masalah... krna prcaya... everything will be fine....
2022-09-02
4
Ra dhiraemon
Hai Kk Aku Mampir Nih
2022-05-24
4