part 11

Pov Abi...

Ternyata jalan dengan wanita rasanya seperti ini, apalagi dengan wanita yang bisa membuat nyaman di segala keadaan.

Jujur aku memang kurang jalan dengan wanita kalau sekedar bertemu sih sering, itu pun rekan kerja dan para investor. Walau aku sering mendengar dari sekretaris Ken, gosip para wanita dan wartawan aku lelaki yang sempurna dan tampan pokoknya idaman para wanita tapi aku tidak meresakan seperti itu. Jika memang aku idaman para wanita kenapa sampai sekarang aku masih sendiri, gak masuk di akal.

"Kenapa melamun terus, ayo makan nanti makanannya keburu dingin." Ucap wanita yang ada di hadapanku.

"Iya." Balasku singkat.

"Abi, mama mau bicara sama kamu." Ucapnya lagi, padahal kami sedang melangsungkan makan malam.

"Apa?" Tanyaku sambil mengunyah makanan.

"Kamu ingat gak sama Lulu?" Tanyanya tiba tiba menanyakan wanita masa kecilku.

"Iya, memangnya ada apa nanya itu?" Aku cukup penasaran, kenapa mama tiba tiba mengingatkan aku pada masa laluku.

"Dia akan pulang ke Indonesia besok lusa." Ucapnya.

"Terus hubungan nya denganku apa?" Tanyaku yang masih setia mengunyah makanan.

"Mama kemarin gak sengaja dengar percakapan papa sama om Harry, katanya kalian akan di jodohkan." Jelas mama yang terlihat senang.

"Di jodohkan?" Aku kaget setengah mati, kenapa harus ada perjodohan. Dan lagi kenapa harus sama Lulu, aku jadi teringat masa lalu.

Flashback saat Abi usia 10 tahun dan Lulu usia 7 tahun....

"Lulu sini main bareng kami." Panggil seorang anak perempuan.

"Iya sebentar." Sahut Lulu. "Kakak Lulu pergi dulu ya."

"Tapi Lu tunggu!"

"Kakak sendirian ya?" Tanya anak perempuan yang usia nya sekitar enam tahunan, dia menggemaskan sekali.

"Iya dek, temen kakak pergi sama temen yang lain." Ucapku seraya menunduk lemah.

"Kakak, kakak udah makan?" Tanyanya seraya memegang tanganku.

"Belum." Jawabku lemah.

"Ayo ikut nana, kita makan bareng." Oh namanya nana, suatu saat pasti kita bakal ketemu. "Ibu guru, kakak ini belum makan apa boleh nana kasih bekal nana ke kakak ini?"

"Boleh dong nana." Balas ibu guru itu sambil memberikan satu bungkus roti.

"Ini kakak ambil." Dia memberikan roti padaku, lucu sekali anak ini begitu perhatian.

"Kamu ngapain ada di taman sini, mana ayah ibu kamu?" Tanyaku padanya yang kulihat dia sedang memetik bunga.

"Nana kesini sama teman teman kakak, itu ibu guru." Ucapnya menunjuk ibu guru. "Ayah sama ibu gak ikut, nana sedih teman teman nana di antar ayah ibunya tapi cuma nana yang nggak di anter." Raut mukanya berubah drastis menjadi sedih.

"Kamu gak boleh sedih ya, kan ada kakak." Ucapku repleks memeluk anak perempuan itu.

"Makasih kakak, kakak kalo nana udah gede kakak mau nggak nikah sama nana?" Tanyanya menggemaskan.

"Oke sepakat kalo udah gede kita nikah ya."

Setelah pertemuan singkat itu akhirnya aku sama sekali nggak pernah ketemu lagi dengannya, padahal aku sangat ingin menemuinya.

"Abi, di bawah ada Lulu." Teriak mama dari balik pintu.

"Iya ma, Abi turun." Sahutku pada mama, akupun turun ke bawah menemui Lulu. Hari ini Lulu begitu cantik menggunakan dress warna merah muda dan rambutnya yang di gerai, begitu menawan dan memikat hati. Walaupun kami masih kanak kanak tapi aku menyukai dia, aku ingin memilikinya.

"Kakak." Panggil Lulu dengan wajah berseri seri.

"Lulu, hari ini kamu cantik banget." Aku memuji kecantikan Lulu.

"Benarkah? Kalau benar terimakasih kakak." Ucapnya begitu imut.

"Mau pergi ke taman?"

"Boleh, ayo kak."

****

"Cie Abi kamu suka sama Lulu ya?" Ledek salah satu temanku.

"Kelihatan ya kalau aku suka sama Lulu?" Tanyaku seraya mengusap tengkuk kepala.

"Wah aku bilangin deh sama Lulu." Sambung salah seorang lagi.

"Jangan jangan dong." Cegahku.

"Bodo."

Aku mengejar temanku yang akan memberitahu Lulu soal perasaanku, sejujurnya aku senang karena Lulu akan segera tahu tapi di lain hati ini memalukan.

"Lulu." Panggil temanku dengan nafas tak beraturan.

"Iya." Lulu menoleh ke arah suara sambil tersenyum.

"Lulu apa kamu tahu?"

"Apa?"

"Abi hosh hosh....Abi menyukaimu." Ucapnya dengan nafas ngos ngosan.

Aku senang karena Lulu sudah tahu perasaanku, tapi kenapa raut muka Lulu seakan menolaknya.

"Gimana lu?"

"Bilang sama kak Abi, aku gak suka sama dia. Dia terlalu kolot buat aku, aku selalu bersamanya bukan berarti suka tapi karena kasihan dia gak ada teman yang klop sama dia. Menyedihkan." Ucapannya begitu menyayat hati, untuk anak seusia dia ternyata ucapannya cukup bagai orang dewasa saja.

"Begitu ya." Ucapku yang datang dari balik pohon.

"Maaf kak, aku jadi gak mau temenan sama kakak." Tuturnya seraya meninggalkanku.

Semenjak itu aku memilih untuk tidak menyukai perempuan sama sekali, tapi cinta pertamaku saat kanak kanak anak perempuan yang menggemaskan itu.

Ucapan Lulu membuatku menolak setiap wanita yang menembakku, aku takut kecewa.

Flashback end...

"Kamu suka kan sama Lulu? Mama dulu lihat kamu sangat suka sekali sama Lulu." Ucap mama sok tahu.

"Nggak Abi sama sekali gak suka sama Lulu." Ucapku penuh penekanan.

"Kalo kamu gak mau di jodohkan, kamu harus bawa calon istri sekarang juga." Tutur mama begitu serius.

"Tapi ma."

"Gak ada tapi tapi an, pokoknya itu syarat pembatalan perjodohan ini. Mama sudah baik memberi kamu kesempatan membatalkan perjodohan asal kamu bawa calon istri kamu sekarang juga, tunggu! Mama kasih waktu sampai besok." Ucap mama seraya meninggalkan meja makan.

"Calon istri ya? Oke."

Semalaman setelah selesai makan, aku memikirkan ucapan mama. Perjodohan? Apa mama sama papa ini zaman siti nurbaya seenaknya menjodohkan anaknya, dan gak berunding dengan orang yang bersangkutan. Tapi mama memberiku peluang buat membatalkan perjodohan ini, dimana aku akan menemukan calon istri dalam waktu singkat.

"Telepon sekretaris Ken." Aku mengambil ponselku dan menelpon Ken.

Me 'Hallo Ken'

Ken 'Ada apa presdir nelpon malam malam begini?'

Me 'Gak usah panggil presdir, panggil aja seperti biasa. Ini bukan mau membahas pekerjaan kok.'

Ken 'Terus apa?'

Me 'Ken, mama sama papa menjodohkan aku'

Ken 'Apa? Dengan siapa?'

Me 'Kamu ingat Lulu?'

Ken 'Lulu anak yang nolak kamu?'

Me 'Betul'

Ken 'Kok bisa, padahal setahuku kamu gak menyukai nya'

Me 'Itu dia alasannya, mama memberi aku kesempatan buat membatalkan perjodohan asal aku membawa calon istri ke hadapan mama besok'

Ken 'Besok? Apa gak kecepatan?'

Me 'Itu syarat yang mama beri, bagaimana ini?'

Ken 'Maaf kali ini aku tak bisa membantu, soal perempuan kamu tahu jugakan aku terlalu alergi pada perempuan'

Me 'Betul juga, ya sudah aku tutup teleponnya'

Tut...tut...

Ayo berpikir Abi, aku mondar mandir depan ranjang memikirkan siapa yang akan ku bawa ke hadapan mama. Selama ini aku tidak dekat dengan wanita, tapi tunggu! Alena, iya dia bisa membantuku melakukan pernikahan ini. Dia juga punya kesulitan karena permintaan ayahnya untuk segera menikah, aku harus menggunakan kesempatan ini. Malam ini aku harus cepat cepat tidur, besok aku akan bicara pada Alena semoga Alena juga mau.

***

Kantor

Pagi ini aku tak melihat Alena, apa dia baik baik saja. Tunggu bukankah itu Alena kelihatan nya hari ini dia tidak bersemangat, aku telepon saja.

Alena 'Hallo, ini siapa ya?'

Me 'Datang ke ruangan saya sekarang juga'

Alena 'Tunggu siapa ya?'

Me 'Bos kamu'

Alena 'Baik pak saya segera kesana'

Tutt....tutt...

Pov end....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!