part 7

"Sudah ibu bilang jangan di potong kan jadi kena tangan pisaunya."

Aku mengalihkan pandanganku dan menarik tanganku refleks setelah mendengar suara ibunya Jia.

"Ada apa bibi?" Aku menghampiri ibunya Jia.

"Tangan Jia jarinya kena pisau." Balasnya santai seraya mencari kotak P3K.

"Cari kotak P3K ya bi?" Tanyaku.

"Iya mau cari plester." Balasnya tanpa menatapku.

"Plester ya, bentar aku bawa kok." Aku mengambil plester yang ada di tasku. Kemana mana aku selalu membawa plester, itu sudah kebiasaan dari kecil.

"Sini tangannya." Aku mengambil tangan Jia dan menempelkan plester di jari telunjuknya.

"Makasih na." Ucap Jia lesu.

"Sama sama."

"Ibu lanjut lagi ya." Ucap ibunya Jia

"Iya bu." Jawab Jia.

"Iya bi." Sambung ku.

"Good morning." Sapa pak ben yang baru keluar dari kamar seraya menggaruk pipi sebelah kanannya, astaga berantakan sekali dia.

"Pagi." Balas presdir.

"Pagi." Sambungku barengan sama Jia.

"Sepertinya saya paling akhir bangun." Ucapnya cengangas cengenges.

"Nyadar dia." Kata Jia perlahan.

"Santai saja ini kan weekend." Timpal presdir.

Sesekali aku mencuri pandang pada presdir, apa seorang presdir akan selalu gagah seperti dia? Dia nampak sempurna di mataku gak kebayang kalo dia punya pacar, kayaknya bakal kaku deh. Apaan sih aku ngapain mikirin dia.

"Makanan sudah siap, mari kita makan." Ucap ketua Hena mengiring kami semua ke meja makan.

"Ayo makan yang banyak." Ucap ibunya Jia.

Kami semua menikmati sarapan pagi ini, walaupun hanya makanan biasa tapi seenak ini bisa makan bersama.

***

"Terimakasih untuk makanannya." Ujar presdir.

"Sama sama, besok besok kesini lagi ya pak." Balas ibunya Jia.

"Baik." Balasnya singkat.

"Jia." Panggilku. "Mau bareng ke kontrakan?"

"Nggak deh aku masih betah ada di rumah, besok palingan aku udah ke kontrakan." Balas Jia.

"Oh oke."

Kami berempat memutuskan untuk pulang, seperti biasa kami numpang sama presdir sungguh merepotkan bukan.

"Oh iya, bu Hena dan pak ben rumahnya searah apa gimana?" Tanya presdir.

"Iya kami satu arah, bapak bisa berhenti di jalan xxx di sana tinggal jalan kaki juga sampe." Balas ketua Hena.

"Jadi kalian satu arah?" Aku baru tahu kalo rumah ketua Hena dan pak ben satu arah.

"Kamu baru tahu len?" Tanya pak ben seraya menggeleng kepala.

"Hehe..." Aku nyengir kuda.

"Oh iya, rumah kamu gak searah sama bu Hena dan pak ben?" Tanya presdir padaku.

"Nggak pak, arah ke rumah saya ke jalan xxx." Jelasku.

"Bukannya itu komplek perumahan elit ya?" Sambung ketua Hena.

"Iya bener, tapi saya tinggal di kontrakan biasa." Balasku lemah, berada di komplek perumahan elit tapi tinggal di kontrakan sempit nasib orang miskin.

"Baiklah nanti kalian saya antarkan ya." Ujar presdir tiba tiba.

"Gak perlu pak." Balasku.

"Iya pak gak perlu kami bisa naik bis, kami turun disini saja." Sambung ketua Hena.

"Tanggung sih kalo turun disini, kan searah semua tinggal lurus doang arah ke rumah kita mah bu Hena." Jelas pak ben sangat jujur sekali.

"Bukan apa apa, ya siapa tahu pak presdir mau ke suatu tempat dulu." Ucap ketua Hena.

"Tidak apa apa gak usah berdebat hari ini saya senggang jadi bisa antar kalian semua." Dan lagi lagi pasti begini, dia mengalah pada pegawainya.

"Ahh..terimakasih banyak pak." Ucapku merasa sungkan.

Setelah selesai berdebat kami berempat hanya fokus masing masing, ketua Hena asyik dengan ponselnya pak ben dia terlihat nyenyak sekali pak presdir dia sangat fokus mengendarai mobilnya, sedangkan aku hanya memperhatikan satu persatu orang yang ada di dalam mobil.

Drrtt....drrttt

Ponselku bergetar, aku merogoh ponselku dalam tas, Ibu.

"Maaf saya angkat telepon." Ucapku pada semua orang.

"Silahkan, angkat saja siapa tahu penting." Balas presdir.

Me 'Hallo'

Ibu 'Hallo'

Me 'Ada apa bu?'

Ibu 'Ayah masuk klinik'

Me 'Kok bisa?'

Ibu 'Panjang ceritanya'

Me 'Baik aku nanti pulang'

Telepon pun terputus.

"Ada apa sepertinya kamu kelihatan panik?" Tanya Pak Presdir yang juga keliahatan panik.

"Ayah saya masuk klinik." Jawabku yang juga lebih panik.

"Kita pergi ke klinik sekarang juga." Ucap presdir tergesa gesa. "Di klinik mana di rawatnya?"

"Kenapa dia begitu berlebihan?" Batinku.

"Bogor di bogor." Balasku.

"Baik ayo kita ke bogor." Semudah itu dia bilang akan ke bogor, apa sih aku ini dia begitu karena peduli pada pegawainya.

"Maaf pak saya tidak bisa ikut ke bogor, saya ada kepentingan yang lain jadi saya berhenti disini saja." Tutur ketua Hena.

"Saya juga pak." Sambung pak ben.

"Tapi gak papa kalian turun disini saya jadi gak enak, mending saya ke bogor naik bus saja." Ucapku merasa tak nyaman, kenapa jadi aku yang harus di antar oleh presdir ke bogor itu tak boleh terjadi.

"Gak apa apa len, biar cepet kalo di antar presdir maaf kami gak bisa ikit nengok ayah kamu." Jelas ketua Hena begitu pengertian.

"Sudah jangan hawatirin kita, pergi saja sama presdir toh presdir juga gak keberatan anterin kamu." Tutur pak ben, ah jadi terharu.

"Ba-baiklah makasih semuanya."

"Kita berhenti di depan ya." Kata presdir.

****

Setelah menurunkan ketua Hena dan Pak ben keadaan dalam mobil hanya sunyi tanpa ada suara apapun. Aku memandang ke depan fokus dengan jalanan yang cukup ramai, sedangkan presdir dia masih setia mengendarai mobilnya.

"Ayahmu punya riwayat sakit apa?" Tanya presdir memecah keheningan diantara kami berdua.

"Asam urat sama maag." Balasku, kenapa tiba tiba nanya riwayat penyakit ayah.

"Oh." Dia ber oh saja.

"Kenapa pak?" Tanyaku sedikit kepo.

"Nggak cuma nanya aja." Jawabnya cukup membuatku kesal.

"Ahhh." Aku mengangguk seraya menepuk nepuk kaki yang tak sakit.

Kayak orang ambigu saja di dalam mobil bareng sama atasan, orangnya pasti gak suka neko neko deh apalagi basa basi bagus deh aku punya atasan yang sangat to the point dalam visinya.

****

Akhirnya kami berdua sampai di klinik.

"Ibu." Panggilku kepada ibu yang tengah duduk di kursi tunggu.

"Alena." Panggilnya memelukku, dia tak henti hentinya menangis.

"Kok ayah bisa masuk klinik?" Tanyaku yang sebenarnya ingin tahu apa yang terjadi pada ayah, biasanya kalo sakit gak separah ini sekarang sampai sampai di bawa ke klinik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!