part 20

Presdir Abi 'Tapi aku sedang di rumah Lulu'

Me 'Apa?'

Presdir Abi 'Semalam Lulu telepon aku, dia terjatuh di tangga rumahnya ya otomatis aku menemuinya'

Me 'Jadi Lulu sudah pulang ke Indonesia?'

Presdir Abi 'Iya, aku hawatir jadi buru buru menemuinya'

Me 'Gila, bukannya kau harus bersama istri mu semalam kenapa kau malah menemui Lulu gadis kecil yang pernah melukaimu'

Presdir Abi 'Kau tahu aku pergi semalam dari siapa?'

Me 'Pikirkan sendiri'

Aku memutuskan panggilan via telepon itu, dasar Abi gila dia lebih hawatir pada wanita yang jelas jelas sudah menyakitinya.

Aku harus menemui istrinya, dia sudah hawatir berlebihan kepada Abi.

****

Tok tok..

"Masuk." Ucapnya yang berada dalam ruangan.

"Apa saya mengganggu?" Tanyaku.

"Tidak, silahkan duduk." Ucapnya mempersilahkan aku untuk duduk.

"Terimakasih." Balasku seraya menjatuhkan pantat pada kursi.

"Ada apa? Apa Pak Ken sudah tahu dimana Presdir berada?" Dia terlihat antusias sekali, padahal aku belum tentu ingin berbicara tentang Abi.

"Iya." Balasku santai.

"Jadi pak Ken tahu dimana sekarang presdir berada?"

"Tentu, dia sedang di rumah Lulu."

Raut muka sumringah nya mendadak luntur, apa Alena menyukai Abi?

"Lulu? Siapa Lulu?" Tanyanya seakan dia sedang cemburu.

"Dia gadis yang pernah di sukai Abi." Jawabku, mungkin ini agak menyakitkan tapi Alena harus tahu.

"Ahh begitu." Dia memalingkan wajahnya.

"Apa ibu cemburu?"

"Untuk apa cemburu, diakan cuma masa lalunya." Balasnya dengan menampilkan wajah yang tegas.

"Saya lihat ibu seperti cemburu." Aku terus memancingnya.

"Untuk apa saya cemburu, asal bapak tahu hubungan kami hanya sebatas kontrak saja. Astaga aku keceplosan."

"Santai saja saya tahu kok."

"Jadi semuanya dia tahu?" Batin Alena.

Dia berhenti bicara, dan menunduk entah apa yang dia pikirkan saat ini. Tapi kenapa aku sangat tertarik pada wanita ini, padahal sudah jelas dia adalah istri orang lebih tepatnya istri Abi bos ku sendiri.

Pov end....

"Pak Ken, apa bapak bisa keluar dari ruangan saya?"

Jujur saat ini perasaanku sangat aneh, di satu sisi aku merasa cemburu dan di sisi lain aku tak bisa apa apa.

"Baiklah, kalau butuh sesuatu hubungi saya." Ucapnya seraya menyerahkan secarik kertas yang berisi nomor hp nya.

Aku mengambil secarik kertas itu lalu memasukan nomor sekretaris Ken, iya siapa tahu aku akan membutuhkan bantuan sekretaris Ken suatu saat.

Kenapa dadaku serasa sesak sekali setelah mendengar perkataan sekretaris Ken, apa aku mulai menyukai presdir?

****

Jam pulang kantor

Aku harus ke kontrakan dulu mengambil barang barangku.

"Eh len, mau pergi kemana?" Tanya Jia.

"Mau ke kontrakan ngambil beberapa barang yang ketinggalan, kita bareng ya." Balasku seraya menggandeng tangannya.

"Ayuk, btw kita makan makan dulu yuk." Ajak Jia.

"Boleh, aku yang traktir deh. Gaji ku sekarang udah gede." Aku menyombong karena mendapat gaji yang banyak.

"Sombong nih enak ya naik gaji." Jia menyenggol badanku.

"Harus dong, harus sombong kemarin kemarin kan gajinya cuma dikit." Aku dan Jia tertawa terbahak bahak.

****

Pov Abi..

"Lu, apa kaki nya sudah baikan?" Tanyaku memastikan kalau kaki Lulu sudah benar benar membaik.

"Sudah kok kak." Balasnya begitu anggun.

"Kalau begitu aku pergi ya, istriku pasti menunggu." Ucapku pada Lulu.

"Maaf ya kak ngerepotin kakak begini, maaf sudah menyita malam pertama kakak dengan istri kakak." Ucap Lulu seraya menunduk.

"Tidak papa kok, aku pamit ya." Aku berpamitan pada Lulu.

Aku pergi dari kediaman Lulu, dan sebelum pergi aku menyiapkan beberapa makanan untuk makan malam Lulu.

"Alena tunggu aku pulang." Gumamku seraya memarkirkan mobil.

Selama perjalanan pulang aku hanya fokus mengendarai mobil, namun seketika mataku berhenti menatap pada sebuah toko pernak pernik. Apa sebaiknya aku membelikan sesuatu untuk di berikan kepada Alena, aku turun dari mobil.

"Selamat datang di toko kami." Sambut seseorang sepertinya pegawai toko itu, aku hanya tersenyum membalas sambutan itu.

Aku mencari sesuatu yang unik untuk di berikan pada Alena, mataku fokus pada sebuah jepitan rambut berbentuk bunga rose dengan warna keemasan. Aku refleks mengambilnya, ini pasti sangat cantik kalau di sematkan di rambut Alena.

"Ini." Aku menyodorkan jepitan itu kepada kasir.

"Harganya 25.000, dan ini ada hadiah untuk pembelian jepit ini." Kasir itu memberikan kotak sedang yang aku sendiri tak tahu apa isinya.

"Terimakasih." Aku memberikan uang dan mengambil barang yang aku beli, semoga Alena suka.

Aku kembali menyetir mobil melanjutkan perjalanan pulang ke hotel, Alena pasti sedang menungguku.

****

Hotel

Cklek..

Aku membuka pintu, ku lihat begitu rapih aku memasuki kamar namun aku tidak mendapati Alena apa Alena ada di kamar mandi?

Aku pun membuka pintu kamar mandi tapi dia tetap saja tidak ada, dimana dia sekarang? Apa masih di kantor?

Aku harus menelponnya.

Me 'Hallo Alena kamu dimana?'

Alena 'Saya di luar'

Me 'Kenapa gak ijin sama saya kalau pergi keluar?'

Alena 'Emangnya harus ya ijin dulu?'

Apa maksud Alena bilang seperti itu, tentulah harus ijin sekarangkan dia punya suami jadi kemana mana harus ijin dulu.

Me 'Sudahlah, dimana kamu sekarang?'

Alena 'Di cafe star'

Me 'Saya kesana sekarang juga'

Alena 'Eh gak us...'

Aku memutuskan telepon, dan bergegas menesmui Alena.

Pov end...

"Siapa yang telepon?" Tanya Jia.

"Ibu, yang telepon ibu aku. Oh ya Jia, aku pulang duluan ya bye." Aku pergi tanpa mendengar ucapan Jia.

"Gak jelas banget sih." Gumam Jia.

Jangan sampai Jia tahu kalau aku sudah menikah apalagi sampai tahu siapa yang menikahiku, bisa bisa mati aku.

Sebuah mobil berhenti tepat di depanku, sudah ketebak pasti presdir. Enak banget ya jadi dia, udah ninggalin aku eh sekarang malah ngejemput aku, semalam kamu kemana ferguzo?

"Alena ayo naik." Ucapnya menyuruhku masuk ke dalam mobil, akupun masuk.

"Kamu seharian tadi ngapain saja?" Tanyanya tiba tiba, ngapain anda kepo sekarang hah?

"Seharian tadi saya kerja, terus ngobrol sama pak Ken sudah itu saja." Balasku seraya memukul mukul tas yang ada di pangkuanku.

"Saya gak suka kamu dekat sama cowok lain." Ucapnya yang cukup membuatku ternganga, apa apaan ini siapa dia?

"Maaf ya pak presdir, emangnya saya dekat sama cowok siapa? terus siapa? Gak ada. Ngapain juga ngurusin cowok gak penting." Ujarku judes.

"Bagus kalau begitu." Sambungnya.

****

"Lelahnya hari ini." Gumam presdir seraya menjatuhkan badan ke atas ranjang.

"Emangnya bapak habis ngapain sampai selelah itu?" Aku bertanya siapa tahu dia bicara jujur padaku, walaupun aku gak berharap dia bicara jujur padaku.

"Nggak ngapa ngapain hanya lelah saja." Jawabnya, benar saja dia tidak bicara jujur padaku.

"Saya mandi dulu." Aku pergi memasuki kamar mandi.

"Gak minta di bukain resleting lagi kan?" Godanya padaku, padahal aku benar benar gak mood sama sekali bicara dengannya.

"Gak perlu, saya gak pake baju yang resletingnya di belakang." Balasku malas.

"Kamu kok kayak gak mood gitu bicara sama saya, ada apa Alena?" Dia ternyata peka, bodo amatlah.

Dasar laki laki gak tahu diri, masa ninggalin aku di malam pertama dan malah menemui wanita lain. Harga diriku jatuh banget, malu banget pas tahu dari sekretaris Ken kalau suami sendiri lebih memilih wanita yang pernah di sukainya, aku benar benar gak ada harganya sama sekali di mata presdir. Cap istri padaku hanyalah status semata, toh pada akhirnya aku hanya istri kontrak, mohon bantuannya ya diri kamu harus sadar diri akan semuanya kamu hanya pajangan di mata presdir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!