part 13

"Baru pulang, kayaknya habis kencan kelihatannya senang banget." Ucap seseorang yang tengah duduk di kursi depan kontrakanku.

"Bukan urusanmu." Balasku ketus.

"Oh ya bukan urusanku?" Ucapnya menyebalkan.

"Ada urusan apa kamu datang kesini?" Tanyaku kesal kenapa dia datang malam malam ke rumahku.

"Bukan mau apa apa sih, cuma mau ngasih ini." Ucapnya seraya memberikan kertas undangan padaku.

"Ah..jadi kamu mau menikah?" Aku sedikit terkejut, rupanya pengangguran macam dia akan menikah.

"Kamu terkejut gitu pasti sakit hati banget ya?" Tanyanya meremehkan perasaanku, dia pikir aku belum bisa move on.

"Sakit hati? Apa kamu gak waras hah? Kamu nikah ngapain aku sakit hati, oh iya aku juga akan menikah dalam waktu dekat dengan orang yang lebih dari kamu. Kamu hanya sampah bagiku, untuk tiga tahun yang kita lewati itu terlalu biasa bagiku." Ucapku seraya melipat tangan diatas dada.

"Jadi kamu akan menikah juga? Selamat ya semoga lebih dari aku yang selalu menerima uang sedikit dari kamu." Ucapnya tidak tahu malu, jadi dia memang benar benar benalu.

"Hei Doni, dengarkan ya! Aku akan menikah dengan orang yang setiap hari memberiku uang bukan dengan orang yang setiap hari minta uang." Ucapku penuh penekanan.

"Dari dulu mimpimu terlalu tinggi, siapa di dunia ini yang mau menikahi wanita kere seperti kamu." Ucap Doni sambil terbahak.

"Lihat saja, aku ambil undanganmu dan akan memastikan hadir di acara itu. Terimakasih atas undangannya selamat malam selamat beristirahat." Ucapku seraya mengambil undangan yang sedari tadi dia pegang, aku memasuki kontrakanku dan meninggalkan Doni yang masih mematung di depan kontrakan.

Aku mengintip dari celah jendela, rupanya Doni sudah pergi. Awalnya aku kaget mendapat undangan ini tapi di lihat dari bicara nya dia benar benar mengejekku, iya benar kalau aku dulu begitu mencintainya tapi bukan berarti aku gak bisa move on darinya, dasar benalu sialan.

Pov author...

"Abi, mama kayaknya suka deh sama si Alena dia menggemaskan." Ucap Sera seraya memasuki rumah.

"Syukurlah kalau mama suka sama Alena." Ucap Abi tersenyum saat mamanya gak menolak pilihan Abi.

"Oh iya bi, mama dengar kok si Alena manggil kamu presdir terus sih?" Sera mulai curiga.

"Itu mungkin karena kebiasaan di kantor ma." Balas Abi sigap takut ketahuan.

"Begitu ya, mama ke kamar dulu ya." Ucap Sera seraya pergi ke kamarnya.

"Iya ma."

Abi memasuki kamarnya, dia duduk di atas kasur empuk miliknya Abi memikirkan pernikahan yang secara mendadak ini cukup aneh.

"Alena." Ucapnya memanggil nama Alena seraya membenamkan wajahnya kedalam bantal.

Pov end...

SKIP

Pagi ini hariku sangat kacau, kenapa tiba tiba teringat si Doni sih? Nggak aku harus fokus kerja jangan mikir ini itu, masih banyak hal yang harus aku pikirkan.

"Selamat pagi." Sapaku.

"Pagi juga." Balas pak ben.

"Pagi." Sambung ketua Hena.

"Pagi, eh len semalam ada yang nyari kamu cowok." Ucap Jia.

"Oh ya?" Aku pura pura tak tahu.

"Jangan jangan dia pacar kamu ya? Tapi semalam aku kamu kemana?" Tanya Jia.

"Aku ada urusan." Balasku seraya duduk dan melepaskan tasku.

"Ah begitu, padahal dia kayak yang serius gitu dan kayak bawa apa ya aku lupa. Ah, aku ingat kalo gak salah kayak undangan gitu." Ujar Jia panjang kali lebar, inginku menyumpal mulutnya.

"Wah apa jangan jangan." Sambung pak ben.

"J-jangan jangan apa?" Tanyaku gelagapan, aduh memalukan kalo ucapan pak ben benar.

"Jangan jangan itu teman Alena mau ngasih undangan pernikahannya." Syukurlah ucapan pak ben diluar dugaanku.

"Apa benar len?" Sambung ketua Hena. "Takutnya ucapan pak ben salah."

"Betul kok, pak ben memang selalu betul." Ucapku yang memaksakan untuk tersenyum.

Tok tokk....

"Permisi, ada yang namanya Alena Putri?" Tunggu siapa yang memanggil namaku.

"Saya." Ucapku seraya mengacungkan tangan.

"Presdir menyuruh anda untuk datang ke ruangan nya." Ucapnya, aduh ada apa ini kok tiba tiba di panggil ke ruangan presdir sih.

Aku melihat rekan kerjaku, mereka seakan menyelidik ada apa aku bisa di panggil ke ruangan presdir.

Gleg....

"Ah saya akan kesana."

"Ada apa Alena di panggil presdir ya?" Tanya Jia.

"Entahlah." Balas ketua Hena seraya menggidigkan bahunya.

Cklek...

"Permisi pak."

"Masuk." Titahnya.

"Ada apa bapak memanggil saya?" Tanyaku padanya.

"Pertama saya mau ngasih tahu kamu novel karyamu sudah di terbitkan, dan peminatnya cukup banyak selamat atas kenaikan jabatanmu menjadi penulis resmi. Kamu juga bisa langsung pindah ke divisi penulisan, untuk yang kedua saya mau ngasih tahu kamu jadwal pernikahan kita akan di langsungkan minggu besok. Jadi siap siap, dan jangan lupa kasih tahu orang tuamu." Jelasnya, mulanya aku bahagia karena pencapaianku akhirnya sukses namun untuk kabar yang kedua kok bisa mendadak begini, minggu besok aku menikah?.

"Terimakasih pak, saya akan segera memberitahu keluarga saya." Ucapku.

"Pernikahan kita tinggal 5 hari lagi, ingat itu." Ucapnya.

"Baik pak, saya permisi." Ucapku seraya keluar dari ruangan presdir.

Lima hari lagi? Kok bisa mendadak banget sih, padahal aku belum siap secara fisik maupun mental. Terus bagaimana caranya kasih tahu ayah ibu, mereka pasti bertanya tanya kok bisa pernikahan nya mendadak begini. Alena, fokus saja dulu untuk kerja urusan ngabarin aya sama ibu belakangan.

"Wah wajah Alena kok berseri seri." Ucap pak ben.

"Masa sih?" Tanyaku seraya memegang pipiku sendiri.

"Kayak dapat apa gitu." Timpal Jia.

"Jangan jangan dapat bonus." Celetuk ketua Hena.

"Pfftt...bonus apanya sih?" Aku tersenyum mendengar ucapan ketua Hena, mana ada aku dapat bonus seorang diri.

"Mana mungkin juga dapat bonus, kalo Alena dapat bonus maka kita juga dapat bonus kitakan satu tim." Ujar Jia.

"Ketua Hena kalo ngomong gak mikir dulu." Ledek pak ben kepada ketua Hena.

"Di saring emangnya kopi di saring saring." Timpal ketua Hena seraya mengetuk meja.

"Sudah gak usah ribut." Jia melerai pak ben dan ketua Hena dari keributan yang gak akan ada habisnya.

"Kalian itu kayak tom and jerry." Cetusku menunjuk ketua Hena dan pak ben.

"Bodo amat." Ucap ketua Hena dengan raut muka jutek.

Aku akan merindukan senior yang selalu ribut dengan masalah sepele, akan rindu sama Jia yang selalu melerai keributan yang di buat oleh ketua Hena dan pak ben. Dan akan memulai pekerjaan baru sebagai penulis novel yang tetap, dan berada di tempat yang berbeda. Tidak ada canda lagi yang bisa ku tonton saat aku merasa jenuh dan tak fokus.

"Sebenarnya." Ucapku yang membuat ketiga rekan kerjaku menatapku dengan begitu serius.

"Sebenarnya apa?" Tanya Jia.

"Sebenarnya, huh.." Aku menarik nafas, sulit banget mau ngomong.

"Apa Alena bikin penasaran saja." Timpal pak ben.

"Lihat nih kita serius mau denger." Sambung ketua Hena.

"Saya pindah divisi." Ucapku seraya menutup mata.

"Wah serius?" Tanya ketua Hena tak percaya.

"Iya ." Aku mengangguk.

"Divisi mana?" Sambung Jia.

"Penulis."

"Wah wah selamat Alena, akhirnya kamu resmi jadi penulis." Ucap pak ben memberiku ucapan selamat, reaksinya begitu senang aku jadi terharu.

"Wah Alena Putri selamat ya." Ucap ketua Hena seraya memelukku.

"Alena.." Jia memelukku. "Selamat, bukankah jadi penulis sudah jadi cita citamu dari lama."

"Ah kalian, bagaimana mungkin aku bisa berjauhan dengan kalian." Aku menangis seraya memeluk Jia, ketua Hena dan pak ben yang berdiri di depanku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!