"Pergilah dan pakai payung ini." Titahnya sembari memberi paksa payung padaku. Aku hanya terdiam dan mengambil payung miliknya, dia pergi meninggalkanku yang masih terpatung dengan payung di tanganku. Tunggu, kenapa dia pergi tanpa menggunakan payung?
"Terimakasih pak presdir buat payungnya, saya janji besok besok akan bawa payung." Teriakku.
Tunggu aku belum tahu nama presdir itu, apa aku telpon Jia saja. Aku mengeluarkan ponsel dari dalam tas, mencari nama Jia lalu ku telepon. Dan yang paling menyebalkan kenapa Jia gak angkat teleponku, ish menyambung tapi tak di jawab. Tulikah kau Jia? Ah di angkat.
Jia 'Hallo na, ada apa?'
Me 'Jia, presdir baru kita namanya siapa?'
Jia 'Abi Pangestu, tunggu kenapa nanya nama presdir ada apa ini?'
Me 'Untuk mencantumkan nama dalam proposal'
Jia 'Begitu?'
Me 'Iya, terimakasih'
Aku mematikan sambungan telepon, oh rupanya presdir itu namanya Abi.
Pov Abi....
"Jadwalku hari ini apa saja?" Tanyaku kepada sekretaris Ken.
"Untuk hari ini hanya meeting dengan investor, dan itupun sudah selanjutnya jadwal bapak kosong." Jelasnya begitu sopan, padahal aku dan ken tumbuh bersama di lingkungan yang sama.
"Baiklah, kau bisa pulang duluan." Aku menyuruhnya pulang lebih awal.
"Tapi pak."
"Aku masih ingin disini, pulanglah nanti keburu hujan."
"Baik pak, saya permisi."
5 menit lagi jam kantor berakhir, biasanya menuju sore sering turun hujan. Aku hanya mondar mandir dalam ruangan, sesekali ku buka cv pegawai yang menumpuk di mejaku. Aku terhenti saat mendapati cv milik wanita yang tadi siang ceroboh. Alena Putri usia 21 tahun, aku membaca detail cv miliknya. Kenapa aku tertarik pada gadis kecil ini? Pikiranku melayang dan bertanya tanya kenapa aku bisa bisanya tergoda oleh gadis kecil ini.
Ku lihat arloji, sudah waktunya pulang. Sebaiknya aku membawa payung cukup jauh menuju penyimpanan mobil, dan kenapa mobilku harus mogok segala?
Jadinya aku harus ke bengkel mengambil mobil untungnya mobilku mogok depan bengkel milik perusahaan.
Aku melihat gadis itu sedang menunggu hujan reda, tunggu apa dia akan menerobos hujan?
Kenapa kakiku refleks berlari? Kenapa tiba tiba aku ingin memayungi dia?
Dia mendongak dan memutar badan, cantik kenapa dia begitu cantik? Tunggu kenapa jantungku berdebar, aku ingin sekali menyentuh wajahnya. Ada apa denganku? Sudahlah mungkin ini hanya debaran biasa, mana mungkin aku menyukai gadis biasa ini, mustahil.
"Sudah tahu hujan malah nekad mau pulang." Tegasku kepadanya yang masih mematung, menatapku.
"Kenapa lihat nya sampai segitunya?" Ku lontarkan pertanyaan, dan dia sedikit terkejut lucu sekali rasanya aku ingin mencubit pipinya yang terlihat panik.
"Ahh." Balasnya.
"Kenapa nekad hujan hujanan, gak takut sakit?" Tegasku kepadanya.
"Anu...itu karena." Lucu sekali saat dia terlihat gugup.
"Kenapa?" Aku terus mencecarnya, lihatlah ekspresinya begitu imut.
"Lupa bawa payung." Balasnya agak sedikit teriak mungkin takut aku gak mendengar, mungkin dia pikir suara derasnya hujan sering membuat kita agak budeg tapi ya aku nggak budeg.
"Kamu tahu akhir akhir ini sering turun hujan? seharusnya sedia payung sebelum hujan itu wajib." Kesalku kenapa dia gak bawa payung, padahal sudah jelas akhir akhir ini sering turun hujan.
"Pergilah dan pakai payung ini." Titahku padanya seraya memberikan payungku, dan aku terpaksa berlari menuju bengkel untuk mengambil mobil.
"Terimakasih pak presdir buat payungnya, saya janji besok besok akan bawa payung." Teriaknya yang mampu membuat bibirku terangkat ke atas.
Pov end......
Malam ini ku tatap payung milik pak presdir, payung yang indah apalagi orang yang memberikannya lebih dari indah. Ups apa apaan aku, jangan ngehalu deh Alena, dari segi apa aku cocok bila bersanding dengan presdir. Kasta saja sudah berbeda kebiasaan pun lebih jauh berbeda, jadi jangan mimpi terlalu tinggi. Aku teesadar bukankah aku sedang memasak mie instan, astaga tuhkan airnya surut untungnya gak gosong tapi ini gak bagus buat kesehatan tapi yasudahlah aku sedang berhemat uangku cuma sisa 200.000, gajian masih satu mingguan lagi. Ah rasanya aku ingin pulang, lalu makan sepuasnya walaupun dengan lauk seadanya aku benar benar merindukan makan yang sehat dan cukup banyak.
Drrt...drrtt..
Ku ambil ponselku di atas nakas, kubuka siapa yang telepon malam malam begini.
Ah, rupanya ibu.
Me 'Hallo ibu'
Ibu 'Hallo, Len udah makan?'
Me 'Ini lagi makan kok bu, ayah sehat?'
Ibu 'Sukur kalo lagi makan, makan sama apa? Ayah sehat kok jangan hawatir ya'
Me 'Lena makan sama sup ayam bu, sukur kalo ayah sehat. Jaga kesehatan ya bu'
"Maafin aku ya bu, aku berbohong aku gak mau bikin hawatir ibu sama ayah" Batinku.
Ibu 'Makannya enak enak ya kalo tinggal kota'
Me 'Nanti kalo ibu kesini sama ayah, Lena beliin makanan paling enak pokoknya'
Ibu 'Iya, kalo gitu udah dulu ya ibu lagi bikin adonan kue buat besok'
Me 'Loh ibu jualan kue lagi?'
Ibu 'Yang pesen buat acara sukuran'
Me 'Kirain ibu jualan lagi'
Ibu 'Nggak kok, ibu tutup telepon nya ya'
Tut...tut...
Air mataku tiba tiba tumpah dengan deras macam hujan tadi, ibu maafin aku ya mana bisa aku jujur kalo aku lagi makan mie gosong nanti ibu malah hawatir lagi. Aku berjanji gak akan merepotkan ayah dan ibu.
Setelah selesai makan aku membuka laptopku, rupanya ada email masuk.
Astaga aku terkejut bahagia bercampur sedih, terimakasih tuhan proposalku di acc sama presdir. Karyaku akan di terbitkan paling lambat satu minggu, ahhh bahagia banget.
Aku bekerja di perusahaan percetakan buku komik dan novel, aku mengajukan proposal dan di dalamnya aku menyelipkan cuplikan novel yang ku buat.
"BIDADARI TUAN MUDA" itu judul yang ku buat untuk penulisan novel baruku. Awalnya aku ragu menyelipkan cuplikan novelku, tapi aku ingin novelku di terbitkan dan dipasarkan. Sungguh aku wanita yang egois dan serakah, masa bodo lah yang penting gak ngerugiin.
Selama ini aku mengirim novelku di forum para pembaca, dan pembacanya hanya sedikit dan aku mulai pasrah dan berhenti menulis novelku di forum para pembaca. Akhirnya malam ini aku bisa tidur nyenyak, seharian badmood dan malam berakhir good mood. Mimpi indahku akhirnya kenyataan juga, selamat tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments