"Jadi alasan bapak ngajak nikah karena syarat dari mama bapak?" Apa dasarnya orang kaya untuk menikah harus dengan perjodohan, kasihan sekali presdir di paksa menikah dengan wanita yang tak di cintainya.
"Begitulah." Balasnya yang terlihat memaksakan tersenyum.
"Pasti sulit buat bapak." Ucapku merasa simpati padanya.
"Jadi maukan kamu menikah dengan saya?" Tanyanya meyakinkan aku.
"Tapi kenapa harus sama saya, bukankah menikah harus di dasari cinta dan yang paling penting saya gak cinta sama bapak begitu juga bapak gak cinta sama saya sebaiknya cari wanita yang benar benar bapak cintai." Ujarku, duh mulut malu maluin banget.
"Begini saja kita nikah kontrak saja, mau kan? Dalam jangka satu tahun setelah satu tahun berakhir kita bercerai." Jelasnya semakin ngaco.
"Nikah kontrak? Nggak pak, saya itu mau nikah sesuai keinginan saya. Saya ingin menikah dengan lelaki yang saya cintai dan lelaki itu mencintai saya, bukan menikah seperti ini."
"Kamu yakin begitu, padahal kamu juga dalam keadaan mendesak." Ucapnya tiba tiba, aku nggak ngerti ucapannya.
"Maksud bapak apa?" Tanyaku seraya menatapnya.
"Ayah kamu nyuruh kamu nikah dalam waktu cepat padahal kamu baru putus sama pacar kamu, kalo semisalnya kedua orang tuamu tahu kalo kalian putus gimana reaksinya?"
"Reaksinya?" Betul reaksi ayah sama ibu pasti kaget, mungkin mereka akan menjodohkan ku sama seperti presdir. Nggak aku nggak mau di jodohkan.
"Coba pikirkan." Ucapnya.
Aku berpikir keras, ini keputusan yang cukup sulit tapi kalo di pikir pikir ini benar benar menguntungkan. Aku membantu presdir dari perjodohan nya itu, dan aku pun sama tertolong dalam situasi pernikahan yang di tunggu tunggu.
"Baiklah." Tegasku pada presdir. "Saya menerima tawaran nikah kontrak ini."
"Yakin?" Dia meyakinkan aku.
"Saya yakin, toh ini menguntungkan kita berdua." Balasku sok iya.
"Oke, untuk kontraknya besok kamu datang ke ruangan saya. Dan sekarang kamu harus ikut saya."
"Kemana malam malam begini?"
"Ketemu mama saya."
"Apa?"
****
Dalam mobil
"Nanti kalo ketemu sama mama saya kamu harus bicara santai sama saya, tunjukin kalo kita benar benar pacaran dan bakalan nikah." Ucapnya menyuruhku berakting di depan mamanya.
"Oke saya akan lakukan sebisa saya." Ucapku begitu yakin.
"Sebentar lagi kita sampai, kamu siapkan?"
"Saya siap." Sahutku sok siap padahal aku gugup begini.
Kami sampai dan memasuki restoran, aku begitu gugup untuk bertemu mamanya presdir. Aku menatap diriku pada pantulan kaca, bajuku cukup rapih walaupun sederhana rambutku juga rapih.
"Apa kamu tegang?" Bisiknya.
"Ah,,,saya nggak kok." Ucapku gemetar.
"Padahal kelihatan banget kamu tegang, dari tadi saya lihat kamu ngaca terus. Apa kamu gak percaya diri? Padahal hari ini kamu cantik banget dengan dress itu." Ucapnya yang membuat jantungku berdegup kencang.
"Masa sih padahal saya gak yakin banget?"
"Kamu harus yakin, ayo itu mama saya sudah menunggu." Ucapnya seraya memegang tanganku, aku menatapnya keheranan apa iya aku sama presdir akan menikah?
"Selamat malam ma." Sapa presdir begitu sopan pada mamanya.
"Malam." Balasnya.
Duh aura mamanya kok gak bagus banget, aura emak emak orang kaya beda banget kayak gimana gitu nyaliku aja sampe menciut.
"Ayo duduk kita pesan makan." Ucapnya menyuruh kami berdua untuk duduk.
"Iya terimakasih." Balasku seraya duduk.
Kami bertiga memesan makanan, aku memesan makanan yang sama dengan presdir. Suasana begitu tenang dan hening, hanya ada suara sendok yang beradu dengan piring.
"Jadi sejak kapan kalian berdua pacaran?" Tanya mama presdir memecah keheningan.
"Gak lama sih tante, kami berdua kenal dalam waktu dekat." Balasku spontan.
"Kamu kerja apa?"
"Saya penulis di perusahaan Presdir." Ucapku jujur.
"Oh jadi kamu pegawai di perusahaan Abi?" Ucapnya yang meremehkan pekerjaanku.
"Walaupun cuma pegawai biasa saya cukup bersyukur, mungkin gak kayak orang lain yang sudah kaya dari sananya saya harus merintih dari bawah untuk bersinar. Saya bukan tipe orang yang menikmati harta orang tua, saya ingin sukses dengan jerih payah saya sendiri." Jelasku panjang lebar.
"Wah, dedikasimu saya sangat suka. Sukses yah nak." Ucapnya seraya mengelus tanganku.
"Maksud tante?"
"Saya sangat suka dengan sikap jujur kamu, Abi pasti beruntung bisa miliki kamu bahagia ya kalian berdua." Ucapnya menyemangati hubungan aku dan presdir.
"Terimakasih ma." Sambung presdir, padahal dari tadi dia tidak bersuara sama sekali.
"Sama sama, ngomong ngomong dari tadi banyak bicara padahal kita belum kenalan. Perknalkan nama tante Sera, mamanya Abi." Ujarnya seraya menjulurkan tangannya.
Aku menjabat tangan tante Sera. "Saya Alena Putri."
"Senang berkenalan dengan mu Alena, semoga kedepan nya kita makin akrab ya." Ucapnya menaruh keyakinan kuat terhadapku, kalo boleh jujur aku sama presdir cuma menjalani hubungan kontrak.
"Ah iya tante, semoga kita makin akrab ya." Sambungku seraya tersenyum, sudah berapa minggu aku tak sesenang ini dan kali ini aku benar benar senang bertemu tante Sera.
"Alena nasib kita sama loh." Ucap tante Sera.
"Oh ya, kelihatannya beda deh. Tante diatas aku berada di bawah dan paling bawah, sama dari mana nya?"
"Dulu sebelum menikah sama papanya Abi tante juga pegawai biasa, dulu papanya Abi masih dalam jabatan direktur dan tante hanya sekretaris biasa."
"Oh ya tante?"
"Iya, tapi kami saling jatuh cinta dan memutuskan pacaran."
"Setelah itu apa yang terjadi ma?" Timpal presdir, dia juga kayaknya gak tahu ya cerita mama sama papanya bisa menikah.
"Kamu mau tahu juga rupanya." Ledek tante Sera pada presdir, aku hanya tersenyum melihat tingkah presdir yang malu.
"Emangnya Alena siapa kok mama bisa bisanya cerita tentang pertemuan mama sama papa, padahal mama gak pernah tuh cerita ke Abi sebelumnya." Ucap presdir yang mulai kesal, rupanya pria tua yang ada di sebelahku ini sifatnya seperti anak kecil.
"Lihatlah Alena, calon suami kamu cemburu sama kamu." Ledek tante Sera seraya menunjuk ke arah presdir.
"Ah iya." Aku ber iya saja.
"Padahal seumur hidup, Abi paling sayang sama mama tapi sekarang mama malah buka rahasia mama sama Alena. Menyebalkan." Dari ucapan presdir sepertinya dia kesal padaku, tapi kenapa laki laki dingin ini bisa berubah macam kelinci, menggemaskan.
"Apa kamu gak malu sama Alena, kelakuan kamu berbeda sama umur." Ucap tante Sera seraya menggelengkan kepalanya. "Alena apa di kantor kamu sering lihat Abi seperti ini?"
"Nggak tante, yang Alena tahu presdir begitu bertanggung jawab dan sangat peduli." Ucapku yang tak sinkron dengan otak.
"Padahal presdir kaku banget." Batinku.
"Anak tante memang paling top." Ucap tante Sera membanggakan anaknya itu.
Makan malam dengan calon mertua lebih tepatnya mamanya presdir berakhir, aku pamit pulang karena sudah larut.
"Tante, Alena pamit pulang ya." Aku berpamitan pada tante Sera.
"Kamu pulang sama siapa?" Tanya tante Sera.
"Sendiri aja tante, naik taksi." Balasku.
"Jangan, mending kita barengan ya." Ucap tante Sera.
"Gak perlu tante, takutnya ngerepotin." Aku menolak ajakan tante Sera.
"Jangan gitu dong, tante gak merasa kamu ngerepotin kok." Ucap tante Sera seraya menarik tanganku.
"Sudah ikut saja, saya akan anterin kamu toh rumah kita searah." Timpal presdir.
"Wah masa sih, kalo gitu ayo naik mobil kita duduk di belakang aja ya sambil ngobrol ngobrol." Ucap tante Sera antusias.
"Baik kalo begitu." Aku memasuki mobil begitu juga tante Sera dan presdir.
Dalam mobil suasana begitu hening, aku celingak celinguk sendiri sesekali membuka ponsel tapi kenapa gak ada yang seru padahal suasananya sangat mencanggungkan.
"Mama tumben gak bawa mobil." Ucap presdir memecah keheningan.
"Padahal mama mau pergi bawa mobil, eh tiba tiba mobilnya mogok." Ucap tante Sera sedih.
"Pantesan aja." Ucap presdir.
****
"Terimakasih tante, presdir kalian sudah anterin saya pulang." Ucapku berterimakasih kepada presdir dan mamanya.
"No problem sayang hati hati ya." Ucap tante Sera begitu santai padaku.
Aku bersenandung sampai depan kontrakanku, tiba tiba aku di kejutkan oleh seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments