...***...
Juno pulang dari rumahnya sekitar pukul 20.30 WIB. Tanpa mampir dulu ke bengkel mobil seperti yang disarankan oleh Aruna, karena memang insiden bocor ban hanyalah rekayasa semata.
Hati Juno kini merasa sedikit lega. Rasa penasarannya terhadap Aruna yang tiba-tiba membawa Putri ke rumahnya sedikit terobati. Namun, di sepanjang perjalanan pulang Juno terus saja berpikir keras. Apa yang dia lakukan hari ini benar-benar konyol. Bukan seperti seorang Juno yang biasanya cuek sama perempuan.
"Sebenarnya aku ini kenapa?" tanya Juno pada dirinya sendiri sembari menyugar rambutnya frustrasi, lalu memukul setir kemudi dengan kepalan tangannya. "Malu-maluin aja, sih!" decaknya lagi.
Juno tidak bisa mengartikan perasaannya sendiri terhadap Aruna. Di matanya, gadis itu terlihat aneh dengan penampilannya, tetapi dalam hatinya malah terkesan istimewa. Juno berpikir jika dirinya mungkin sudah gila. "Mungkin aku harus pergi ke psikiater. Biar bayangan dia hilang dari kepalaku. Sangat mengganggu!" pikir Juno, lalu menurunkan kecepatan mobil karena dirinya sudah sampai di depan rumahnya.
Juno menekan klakson mobilnya tepat di depan gerbang. Seketika gerbang pun di buka oleh seorang security yang berjaga di sana. Ia pun melajukan mobilnya perlahan. Melewati gerbang rumahnya menuju garasi mobil. Setelah terparkir sempurna, bergegas lelaki berumur dua puluh lima tahun itu turun dari mobilnya. Belum sempat Juno menggapai pintu rumah. Suara nyaring dari dering ponselnya membuat dirinya menghentikan langkah, lantas merogoh saku jasnya untuk mengambil benda pipih itu dari sana.
Terlihat nama 'Mami' memanggil di layar utama. Juno lekas menerima panggilan tersebut.
"Halo, Mi," sapa Juno lebih dulu.
"Halo, anak mami yang ganteng," balas Ara di seberang sana.
"Eh, apa, nih? Bau-baunya Mami lagi ada maunya." Juno berkata sambil masuk ke dalam rumahnya. Ketika Sarla–asisten rumah tangganya membukakan pintu rumah. Sarla yang sudah mendengar suara mesin mobil majikannya datang langsung berinisiatif membukakan pintu. "Makasih, Bi," ucap Juno pada perempuan paruh baya yang ikut merawatnya dari sejak kecil tersebut, lalu pergi menuju kamarnya di lantai atas.
"Kamu ini sama orang tua nggak ada sopan-sopannya. Memangnya mami nggak boleh telepon anak mami sendiri." Suara Ara terdengar lagi. Juno yang sedang menaiki tangga rumahnya hanya terkekeh geli menanggapinya. "Nggak usah ketawa! Besok pulang ke rumah, ya! Mami mau kenalin kamu sama anaknya temen mami. Cantik banget, loh, Jun!" seru Ara lagi.
"Tuh, kan. Juno nggak salah. Mami telepon malam-malam gini pasti ada maunya. Nggak mau. Juno nggak mau pulang," tolak Juno dengan tegas. Ia sudah bosan terus-menerus dijodohkan. Kini ia sudah berada di dalam kamarnya. Juno lantas duduk di tepi tempat tidur untuk membuka sepatunya satu persatu. Ponselnya sengaja ia selipkan di antara pundak dan kepalanya yang sengaja ditempelkan untuk menopang benda pipih tersebut agar tidak jatuh.
"Sayang, bantu aku bicara! Anakmu ini benar-benar keras kepala. Pokoknya kalau sampai besok dia nggak pulang. Malam ini kamu nggak boleh tidur di kamar!"
Juno ingin sekali tertawa terbahak-bahak mendengar maminya mengancam seseorang di seberang teleponnya, yang ia yakini adalah papinya yang paling bucin sedunia. Juno pun segera menjauhkan ponsel dari telinganya dan menekan tombol speaker. Bersiap mendengarkan omelan berikutnya dengan suara yang berbeda. Ponselnya sengaja digeletakan di samping dirinya.
"Juno! Dengerin mami kamu atau papi coret nama kamu dari ahli waris papi!" Suara bariton itu sangat Juno kenal, bahkan kalimatnya pun sampai Juno hafal.
"Iya, Pi, ya. Juno dengerin mami," ujar Juno dengan malas. Ia merebahkan tubuhnya telentang di atas ranjang.
"Tuh, udah, Yang. Aku udah boleh tidur di sini, kan?" Juno memutar kedua matanya malas ketika mendengar Jojo— sang papi, merayu istrinya.
"Mi, berhenti jodohin aku, dong. Aku udah punya pacar, nih."
"Beneran?" Pernyataan Juno langsung disambut antusias oleh Ara.
"Iya, bener. Nanti aku kenalin," sahut Juno.
"Kapan? Besok, ya!"
"Nggak besok juga, Mi. Aku belum dapat ceweknya."
"Eh, belum dapat gimana?" Juno meringis sambil menepuk keningnya karena keceplosan berbicara.
"Ma–maksud Juno cewek Juno harus nyari waktu luangnya dulu. Dia sibuk banget, Mi. Dia seorang direktur di perusahaan keluarganya," ujar Juno tidak tanggung-tanggung berbohong pada maminya.
Hening sesaat. Juno menyangka maminya sudah mengakhiri panggilan telepon mereka. Tangannya pun menggapai ponsel yang tergeletak di samping dirinya, tetapi tenyata setelah Juno mengeceknya nama sang mami masih tertera di layar utama.
"Mami masih hidup, kan?"
"Sembarangan kamu, ya! Kamu nyumpahin mami mati?" Pernyataan Juno yang asal tentu saja langsung menyulut emosi Ara di seberang teleponnya.
Juno terkekeh lagi. "Bukan gitu, aku pikir teleponnya udah mati. Abisnya Mami diem aja," kilah Juno di sela tawanya.
"Mami cuma lagi mikir. Kalian pacaran, tapi sama-sama sibuk. Kapan ada waktu berduanya?"
Juno menaikkan kedua alisnya, lalu menggaruk keningnya sembari berpikir. "Itu urusan anak muda, Mi. Nggak usah dipikirin. Yang penting keinginan Mami buat lihat aku nikah akan segera terlaksana."
Juno yang sudah kehabisan stok kata-kata untuk membohongi Ara segera mengakhiri obrolan itu. "Mi, udah dulu, ya. Aku mau mandi. Baru pulang abis ngapelin pacar. Dah, ya. Love you." Tanpa mendengar balasan dari Ara, Juno langsung menekan tombol akhiri panggilan. Ia usap wajahnya dengan kasar, sambil menghela napas panjang. Lagi-lagi dia melakukan kekonyolan.
"Mau nyari pacar di mana coba? Selama ini yang deketin aku nggak ada yang masuk kriteria. Cuma Kezia yang agak mendingan, tapi nggak mungkin dia juga, kan?" Juno mengacak rambutnya frustrasi. Itu salahnya sendiri.
...***...
Keesokan harinya. Aruna berangkat bekerja dengan sangat tergesa. Perempuan itu takut terlambat ke kantor karena bangun kesiangan. Sampai-sampai ia harus melewatkan sarapan. "Haduh, kenapa bisa kesiangan, sih?" gerutunya pada diri sendiri. Ia menginjak pedal gas mobilnya untuk meningkatkan kecepatan. Hingga di sebuah perempatan tiba-tiba lampu merah menyala tanpa dia sadari, dan akhirnya ....
Brak!
Bemper depan mobil Aruna berhasil mencium bemper belakang mobil seseorang. Sialnya, mobil yang di depan adalah mobil mahal. Aruna meringis kesakitan ketika keningnya terbentur setir kemudi. Beruntung rem mobilnya berfungsi dengan baik dan tabrakan itu tidak mengakibatkan dirinya terluka parah. Namun, tetap saja tidak bisa menghindari mobil di depannya yang juga berhenti tiba-tiba.
"Mampus, Lamborghini yang aku tabrak." Aruna meringis takut ketika baru sadar jika yang dia tabrak adalah mobil mewah. Apalagi saat pemilik dari mobil tersebut keluar dari pintu mobilnya, lalu berjalan mendekati mobil Aruna.
"Kayak pak Juno." Aruna menajamkan penglihatannya. Ketika ternyata orang yang dia tabrak mobilnya adalah Juno. "Ah, gimana ini? Sial banget, sih!" Aruna menyembunyikan wajahnya pada setir kemudi. Namun, suara ketukan dari kaca mobilnya terdengar berisik sekali.
"Keluar, woy!" teriak Juno di luar sana.
Aruna kebingungan, tetapi dia harus berusaha tenang. Ia kembali menegakkan badan sembari menghela napas panjang. Seolah mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi masalah yang baru datang.
...***...
to be continue...
Kalau udah jodoh ketemu terus, ya. 🤭
Kasih komentarnya, dong. Biar keliatan ada yang baca 🤧😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩFajar¹
katanya kalau jodoh itu gak jauh² dari kita..
2023-01-20
0
Ita Widya ᵇᵃˢᵉ
paling pacar kontrak 😂😂
2022-06-09
0
angie widya
ko pd ga apal mobilnya🤔🤔
2022-06-02
0