...***...
"Bu Aruna, ini udah waktunya pulang. Kita pulang, yuk!" Ajakan dari Indira membuat Aruna mengalihkan pandangannya dari layar laptop di hadapannya. Sembari mengangsurkan kacamatanya, gadis itu menatap Indira dengan tatapan dingin.
"Yang ngizinin kamu pulang siapa?" tanya Aruna balik.
"Loh, bukannya perusahaan mewajibkan karyawannya hanya bekerja sampai jam lima, Bu?" tanya Indira dengan wajah bingung. "Wah, jangan-jangan Ibu nggak baca peraturan perusahaan, ya, waktu tanda tangan kontrak kerja?" celetuk Indira dengan polosnya sambil terkekeh.
"Kita lembur hari ini," seru Aruna setelah mengalihkan pandangannya ke layar laptop lagi.
"Ki—kita, Bu?" Indira mengernyitkan kening.
"Hmm ... masalah ini harus segera diselesaikan. Pihak investor sudah memberikan kesempatan kepada kita untuk menyelesaikan masalah internal ini dengan baik. Jadi, kita tidak boleh santai-santai sekarang." Aruna berkata panjang lebar tanpa menoleh ke arah Indira.
Aruna tidak mau kehilangan kepercayaan investor atau pemegang saham. Dia sudah berhasil meyakinkan Juno jika kesalahan itu tidak akan mempengaruhi hasil produksi ke depannya. Sehingga Aruna tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang sudah diberikan kepadanya untuk membuktikan alibinya tersebut.
Dena yang mendengar perkataan Aruna dari balik kubikelnya lantas menyanggah, "Kalau kamu mau lembur, lembur aja sendiri! Nggak usah ajak-ajak orang lain."
"Bu Dena juga lembur! Aku sudah mendapatkan izin dari pak Danu. Satu divisi kita akan lembur hari ini," tukas Aruna.
Dena tercekat, lalu berdiri tegak. Kedua tangannya menopang di atas kubikel yang menjadi pembatas area kerjanya dengan Aruna. "Kamu ini apa-apaan? Cuma anak baru sudah mau mengatur kami. Kan, kamu tadi yang menyakinkan mereka untuk menyelesaikan masalah ini. Jadi, uruslah sendiri!" berang Dena tidak terima.
Kepala Aruna mendongak menatap wajah Dena. "Kita ini satu tim, Bu Dena. Keuangan perusahaan kita sekarang sedang down, dan tugas kita buat memperbaiki itu semua. Kalau semisalnya begini terus, investor juga tidak akan menanam modalnya lagi. Project kita dengan mereka akan selesai. Kita juga akan susah menjual hasil produksi kita ke pasaran karena dananya minim. Bu Dena mau perusahaan kita bangkrut, terus kita jadi pengangguran?" Pertanyaan Aruna membuat Dena sontak terdiam.
"Aku nggak mau jadi pengangguran, Bu Aruna. Aku mau lembur aja." Indira langsung kembali pada kubikel miliknya, dan kembali bekerja. Sebenarnya Indira tidak mau bekerja lembur. Namun, perkataan Aruna memang benar. Keadaan keuangan perusahaan memang sedang tidak stabil. Mungkin semua ini terjadi karena kecurangan seseorang. Mereka harus menemukan orangnya, dan mengembalikan uang perusahaan yang sudah dia ambil.
"Aku juga mau lembur. Kalau nganggur nanti nggak bisa ngajak pacarku nikah," timpal Yoga—admin akuntansi sekaligus anak buahnya Dena.
Aruna tersenyum penuh kemenangan. "Jadi, Bu Dena nggak mau lembur juga?" tanya Aruna.
Dena mendengus, dia tetap teguh pada pendiriannya. "Aku tetap mau pulang. Silakan kalian bertiga yang menyelesaikan masalah ini!" seru Dena tidak peduli, lalu meraih tas jinjingnya sebelum melangkah pergi.
"Kalau begitu Bu Dena harus menemui wakil direktur, untuk memberikan alasan kenapa Bu Dena tidak mau lembur. Karena perintah lembur ini aku dapatkan langsung dari beliau, sesuai arahan dari pak Surya—direktur utama kita."
Pernyataan Aruna membuat langkah kaki Dena tertahan, lalu berbalik lagi menghadap Aruna. "Kamu mengancamku?" Dena menatap tajam Aruna.
"Bukan, cuma memberitahu," jawab Aruna.
"Udah, deh, Bu Dena lembur aja! Ini, kan, juga tertera di perjanjian kontrak kita. Kalau karyawan bersedia untuk bekerja lembur, jika perusahaan membutuhkan." Indira ikut menimpali perdebatan Aruna dan Dena.
"Aku ada urusan. Aku akan bilang sama pak Danu. Biar dia yang bicara sama pak Bana." Dena tetap kekeh tidak mau lembur.
Aruna menghela napas kasar. Perempuan itu sudah tahu dari Indira, jika Dena adalah keponakan dari manajer HRD perusahaan tempatnya bekerja. Makanya sikapnya selalu seenaknya. Tidak peduli dengan peraturan perusahaan. Karena apa pun kesalahannya, Danu selalu saja membela Dena. Termasuk melobi wakil direkturnya—Bana.
Setelah dirasa Aruna tidak bisa lagi membantahnya, Dena tersenyum pelik. Ia merasa menang satu langkah dari perempuan kampungan itu. Di perusahaan itu tidak ada yang berani melawannya. Dena punya dukungan yang kuat di belakangnya. "Oke, kayaknya kamu sudah nggak bisa lagi maksa aku. Aku pulang. Bye!"
Setelah berkata seperti itu Dena melanjutkan niatnya yang sempat tertunda. Aruna hanya diam menatap punggung Dena hingga hilang di balik pintu ruangan.
"Udah, Bu Aruna. Ada kita berdua yang membantu Bu Aruna, kok. Iya, kan, Ga?" Indira bertanya pada Yoga, dan hanya dibalas anggukkan kepala oleh Yoga.
Aruna melontarkan senyum manisnya, lalu membenarkan posisi kacamatanya. Entah sudah jadi kebiasaan atau dirinya yang tidak nyaman dengan kacamata besar. Aruna memang sering melakukan gerakan itu di setiap kesempatan.
...***...
"Assalamualaikum, selamat sore, Tante." Kezia menyapa maminya Juno setelah mereka sampai di rumah besar orang tua Juno.
"Waalaikumsalam. Wah, Kezia udah datang. Sini, Sayang!" Ara langsung menyambut Kezia dan mengabaikan anak kandungnya.
Ara—seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya yang tidak lagi muda. Perempuan bernama lengkap Tyara Arriela itu adalah ibu kandung dari Juno Abercio Kingley. Istri dari suami yang bernama Jonathan Kingsley. Pemilik asli grup J&J dan beberapa hotel bintang lima di beberapa kota besar dengan nama Kingsley's Hotel.
"Mam, anakmu di sini, loh?" Juno mendengus sebal, karena merasa diabaikannya oleh ibu kandungnya sendiri. Kezia adalah teman Juno sedari kecil, makanya Ara begitu dekat dengan perempuan itu. Pun Ara juga kenal dengan orang tua Kezia yang merupakan sahabat dekatnya.
"Eh, iya. Anak yang melupakan rumahnya juga ada di sini," cibir Ara dengan nada menyindir, tetapi sesaat kemudian langsung tersenyum dan merengkuh tubuh anaknya dalam dekapan. "Mami kangen kamu. Kenapa nggak pulang-pulang?" Suara Ara terdengar parau.
Juno yang mendengar suara maminya sedikit berbeda sontak mengurai pelukan mereka. Mendorong pelan tubuh perempuan pemilik surganya itu untuk sekadar memberikan sedikit jarak di antara keduanya. "Mami, kok, nangis?" Juno menatap wajah Ara sembari mengernyitkan kening.
"Ih, dasar anak nggak peka! Mami, tuh, sedih karena baru bisa ketemu sama kamu. Udah sebulan, Juno. Udah sebulan kamu nggak pulang ke rumah ini. Mami sering berkunjung ke rumah kamu, tapi kamunya nggak ada. Makanya mami telepon nyuruh kamu pulang." Ara memukul pelan dada bidang Juno yang tidak terasa sakit.
"Kalau Mami kangen sama aku. Ngapain Mami nyuruh aku ngajak Kezia? Memangnya dia anak Mami juga?" Pertanyaan yang sudah Juno pendam sedari kantornya tadi akhirnya terlontar juga.
Ara kembali mendekati Kezia yang beberapa saat terabaikan, karena adanya drama pertemuan anak dan ibunya yang baru sebulan tidak bertemu. "Ada yang mau mami bilang sama Kezia," ucap Ara sambil tersenyum penuh makna.
...***...
to be continue...
Mau bicara apa, ya, maminya Juno? Tungguin terus, ya! Jangan lupa like, komen, favorite, sama bintang tujuhnya 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
istri nya suga
asal bukan melamar aja c😊😊😊
2023-06-10
1
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
pasti juno mo dijodohin sama Kezia,dan Kezia udah PD aja secara ibunya juno dekat sama dia
2022-05-28
0
Neni
waah ini mami keknya mu jodohin kezia ama juno
2022-05-28
1