...***...
"Maksud Bapak apa? Walaupun aku orang kaya juga, nggak mungkin segila itu nabrak mobil orang dengan sengaja. Terus, apa tadi Bapak bilang? Cara aku mendekati pria? Siapa? Anda?" Aruna tertawa sarkas, "Bapak ini PeDe banget, ya. Aku sama sekali nggak tertarik sama Bapak," ujarnya di sela tawa.
Juno memalingkan wajahnya menatap tajam Aruna. Dia bahkan melupakan wejangan Devan agar tidak menatap mata perempuan itu. Perkataan Aruna seperti menurunkan kadar ketampanan yang dia miliki. Sungguh, baru pertama kali ada seorang perempuan yang menolak Juno secara blak-blakan.
"Gini aja, deh. Bapak bawa aku ke bengkel mobil yang memperbaiki mobil Bapak. Biar aku tanyakan sendiri berapa rincian biayanya." Aruna berkata lagi dengan sisa-sisa tawa yang masih membingkai bibirnya.
"Ayok!" Tanpa berpikir panjang, Juno pun setuju. Dalam hatinya dia berkata, "Kau pikir aku berbohong dengan biaya itu. Aku mau lihat bagaimana reaksi kamu ketika melihat rincian biaya yang ternyata lebih besar dari yang aku minta. Dasar cewek aneh?"
Aruna pun mengikuti langkah Juno menuju parkiran kafe, lalu mengikuti Juno yang masuk ke dalam mobilnya dari sisi yang berbeda.
"Ngapain kamu masuk ke sini?" Juno berjingkat kaget ketika melihat Aruna sudah duduk manis di kursi samping kemudi.
"Bukannya kita mau ke bengkel?" tanya Aruna balik dengan wajah polosnya.
"Naik mobil kamu, lah."
"Bapak lupa mobil aku di bengkel juga? Aku ke sini naik taksi, karena nggak punya mobil cadangan kayak Bapak ini."
Juno berdecak, wajah Aruna yang merengut malah membuatnya merasa gemas sendiri. Wajahnya yang cemberut terlihat lucu dengan kedua pipi yang menggembung. Buru-buru ia alihkan pandangannya, agar daya magis yang dialirkan dari tatapan perempuan itu tidak memengaruhi hatinya lagi.
"Boleh, kan, aku ikut mobil Bapak?" tanya Aruna lagi.
"Kalau kamu masih berisik, aku lempar kamu keluar." Aruna sontak terdiam. Juno ini mulutnya seperti petasan cabe. Kecil, tetapi sekali meledak membuat jantung hampir melesat.
...***...
Setengah jam kemudian, mobil yang membawa Aruna dan Juno sampai di sebuah bengkel besar di ibu kota. Bengkel mewah yang bernama 'One Service Supercars' itu hanya menerima servis mobil dengan jenis Supercar termasuk mobil mewahnya Juno.
Aruna dibuat kagum dengan peralatan dan kecanggihan sistem kerja di bengkel tersebut. Kedua matanya disuguhkan pemandangan menarik di tempat tersebut. Hingga ia melupakan niat pertamanya untuk datang ke sana.
"Selamat datang, Pak Juno. Apa Anda ke sini mau mengambil mobil?" Seseorang yang menjadi manajer di bengkel tersebut langsung menyapa Juno. Sebagai langganan terbaik, tentu saja Juno mendapatkan sambutan yang hangat dari pimpinan di sana.
"Mobilnya sudah selesai?" tanya Juno. Manajer itu menggelengkan kepalanya.
"Sayangnya belum, Pak. Kerusakan pada mobil Anda cukup parah. Jadi, sepertinya harus menginap dua hari lagi," jawab manajer itu.
"Kalau gitu saya minta rincian biaya perbaikannya saja dulu. Sudah ada perinciannya, kan?" Juno berkata sambil melirik ke arah Aruna.
Aruna terlihat tegang, ia seperti seorang murid yang sedang menunggu hasil ulangannya dibagikan.
"Sebentar, Pak." Manajer itu pun pergi untuk mengambil permintaan Juno. Setelah beberapa saat dia kembali dengan selembar kertas di tangannya. "Ini, Pak, rinciannya."
Juno meraih kertas itu lalu membacanya sejenak sebelum diberikan kepada Aruna. Senyuman miring terbesit di bibirnya, seolah merasa menang dari Aruna.
Aruna terperangah melihat rincian biaya yang tertera pada kertas tersebut. Dia tidak menyangka ternyata angka yang tertera di sana bahkan lebih besar dari nominal yang Juno minta kepadanya.
"Ini nggak salah, Pak? Masa mahal banget?" Aruna menyodorkan kertas itu pada manajer. Manajer itu pun menerimanya.
"Ini sudah benar, Nona. Tapi kenapa Anda mempermasalahkan ini. Apa—"
"Dia yang mau bayar biaya perbaikannya, Pak." Juno memotong perkataan manajer. Senyum usilnya masih tersemat meledek Aruna.
Aruna meringis. Rasanya ingin sekali kabur dari sana. Andai dia tidak membuat masalah dan mempertanyakan masalah rincian biaya perbaikannya, mungkin dirinya masih bisa menghemat beberapa digit angka yang tertera di belakang angka lima dalam jumlah biayanya.
"Kita bisa diskusikan lagi, Pak Juno. Mari pergi!" Aruna mengajak Juno untuk pergi dari sana. Juno tersenyum penuh kemenangan. Rasanya puas sekali melihat Aruna dilanda kebingungan.
...***...
Aruna dan Juno sama-sama terdiam ketika berada di dalam mobil. Hanya suara deru mobil mendominasi di antara keduanya. Aruna bingung dari mana ia harus mendapatkan uang sebesar itu, sedangkan Juno merasa bingung karena dirinya begitu menurut kepada Aruna ketika gadis itu tiba-tiba memegang tangannya lalu membawanya pergi dari bengkel.
"Aneh, kenapa gue nurut aja waktu perempuan ini narik gue dari sana. Padahal tadi, tuh, kesempatan gue buat bikin dia menyesal karena udah berani gangguin ketenangan hidup gue," batin Juno
Keheningan itu berlangsung sampai Aruna meminta berhenti dan turun di depan minimarket dekat dengan tempat Putri berjualan. "Kamu mau ketemu anak kecil itu lagi?" Itulah kalimat pertama yang terlontar dari mulut Juno setelah keheningan tercipta cukup lama.
"Iya," jawab Aruna dengan wajah lesu. Sebelum ia membuka pintu mobil lalu turun dari sana. Aruna sedikit membungkuk lalu mengucapkan terima kasih kepada Juno di balik kaca jendela mobil yang terbuka setengah.
Juno langsung tancap gas tanpa basa-basi lagi. Aruna menghela napas panjang. Sepertinya dia sudah mulai terbiasa dengan sikap Juno yang arogan. Dalam hatinya dia berjanji akan segera melunasi hutangnya itu. Walaupun dirinya harus menjual semua aset yang dia punya. Aruna tidak mau terlibat dengan lelaki itu lagi.
...***...
Juno mengarahkan mobilnya menuju rumah pribadinya. Dia tidak kembali ke kafe dengan alasan ingin beristirahat tanpa adanya kebisingan. Ketika mobilnya sudah mencapai pekarangan rumahnya. Kening Juno dibuat mengkerut saat melihat sebuah mobil mewah yang Juno kenal siapa pemiliknya terparkir cantik di depan rumahnya. Itu adalah mobil papinya–Jonathan Kingsley.
"Mau ngapain papi ke sini? Apa bareng sama mami?" Juno bermonolog sendiri. Lantas bergegas turun dari dalam mobil dan berjalan menuju rumahnya.
Sarla dengan sigap membuka pintu rumah ketika terdengar suara bel pintu pertama kali. "Ada Nyonya Ara sama Tuan Jo di dalam," terang Sarla memberitahu.
"Aku sudah tahu, Bi. Aku lihat mobil mereka di depan. Di mana mereka?" Juno berkata sambil berjalannya melewati Sarla.
"Di ruang keluarga, Tuan," jawab Sarla.
Juno mengangguk, langkah panjangnya tertuju ke ruang keluarga tempat orang tuanya berada. Ketika sudah sampai di sana. Juno harus mengusap dada, merasa tidak habis dengan kelakuan orang tuanya yang tidak sadar akan usia mereka yang tidak lagi muda. Bisa-bisanya mereka sedang bermesraan di sana.
...***...
Next 👉
Like-nya dulu sebelah loncat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩFajar¹
jadi mupeng gak Jun,liat orang tua kamu begitu🤭
2023-01-20
0
erenn_na
lihat apa, Jun???? 🤣🤣
2022-06-10
1
Ita Widya ᵇᵃˢᵉ
km sudah terkena sihir Aruna Juno..🤭
2022-06-09
1