Magic Love
...Hei, gengs. Ketemu lagi sama aku. Semoga kalian nggak lupa, ya. Ceritanya aku mau lanjutin kisah anaknya Ara dan Jo. Mudah-mudahan kalian suka. Kalau suka, tolong tekan tombol favoritnya, ya! Sama like dan komentar di tiap babnya....
...Terima kasih, sayang-sayangnya aku 🙏...
...***...
Suara derap langkah kaki seorang perempuan muda menggema di sebuah gedung perkantoran. PT. Suryafood—Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan dan pengemasan makanan ringan. Kedatangan gadis itu menyita perhatian banyak orang, terutama karyawan di perusahaan tersebut. Bukan karena penampilannya yang menawan, melainkan karena penampilannya berbeda dari orang-orang kebanyakan.
Menggunakan kemeja putih lengan panjang, dipadukan dengan rok span selutut berwarna hitam, serta sepatu pentofel flat yang ketinggalan zaman. Pun dengan aksen kaca mata bulat dengan ring besar yang membingkai iris pekatnya, dan rambut yang digelung di tengah kepala, layaknya punuk unta. Sungguh ... terkesan begitu kampungan di mata mereka.
"Permisi, ruangan bagian HRD di mana, ya?" tanya gadis itu kepada resepsionis di sana.
Resepsionis yang memakai nametag bertuliskan nama 'Mita' menatapnya dari bawah sampai atas, "Kamu siapa? Ada keperluan apa?" tanyanya ketus.
Gadis itu mengulurkan tangan kanannya mengajak bersalaman. "Saya Aruna. Saya ke sini karena memenuhi panggilan wawancara kerja. Saya sudah buat janji dengan bagian HRD. Beliau meminta saya datang pukul delapan." Gadis bernama Aruna itu memperkenalkan diri dengan bangga.
Namun, tanggapan sepele ia dapatkan dari Mita. "Kamu yang melamar jadi cleaning service itu, ya?" tanyanya dengan nada meremehkan.
Aruna hanya mengulas senyuman. "Bisa tunjukkan di mana ruang HRD-nya? Saya tidak mau gagal melakukan wawancara hanya gara-gara terlambat menemukan ruangan beliau," tukas Aruna.
Mita berdecak malas. "Ruangannya ada di lantai dua. Nanti kamu tanya saja sama orang di sana!"
"Terima kasih." Lantas Aruna pergi tanpa basa-basi lagi. Meninggalkan sang resepsionis yang menggerutu sendiri.
"Cih, mau jadi cleaning service aja sombong banget gayanya!" cibir Mita kesal.
...***...
Aruna sudah berada di lantai dua. Ia pun bertanya pertanyaan yang sama kepada seorang karyawan yang kebetulan bertemu dengannya. Kesan pertama mereka juga sama ketika melihat penampilan Aruna. Terkesan merendahkan dan memandang sebelah mata.
"Ruangannya di sana. Lurus, mentok tembok belok kiri!" jawab pegawai laki-laki berdasi yang membawa secangkir kopi.
Setelah mengucapkan terima kasih Aruna pun pergi.
"Selamat datang, Ibu Aruna, 'kan?" Aruna disambut baik oleh Manajer HRD ketika dirinya sudah mencapai ruangan yang dia tuju.
Gadis lulusan National University of Singapore itu tersenyum manis sambil menganggukan kepalanya. "Iya, Pak," jawabnya.
"Silakan duduk, Bu! Sudah lama saya menunggu Anda."
Wawancara yang berujung pada kesepakatan kerja pun terjadi di antara keduanya. Aruna ke luar ruangan disertai oleh Danu—pimpinan HRD. Danu mengantar Aruna ke ruangan divisi keuangan.
"Mari, Buk. Saya akan perkenalkan rekan kerja baru Anda!" ajak Danu. Lalu beralih pada tiga orang yang berada di dalam ruangan itu. "Yang memakai baju pink itu Bu Dena, Manajer Akuntansi dan itu Yoga, Admin Akuntansi, dan satu lagi Indira yang akan membantu pekerjaan Anda. Dia Admin Keuangan." Danu memperkenalkan satu persatu karyawannya.
"Halo, semua. Salam kenal. Nama saya Aruna. Mohon bimbingannya sebagai pekerja baru di sini." Aruna tersenyum sambil membungkukkan sedikit punggungnya.
Semua orang tampak tercengang. Tidak ada respon dari ketiga karyawan yang diperkenalkan Danu kepada Aruna. Mereka masih bergeming di tempatnya masing-masing.
"Hei, kalian ini kenapa? Bu Aruna ini yang akan mengganti posisi pak Gunawan yang sudah mengundurkan diri. Apa kalian tidak akan menyambutnya?" Teguran Danu membuat ketiganya tersentak, dan Dena yang pertama maju menghampiri Aruna dan Danu.
"Oh, maafkan kami! Kami sepertinya terpukau melihat penampilan manajer keuangan baru kita ini. Maafkan kami, Bu ... siapa tadi namanya?"
"Aruna."
"Oh, iya, Bu Aruna. Salam kenal, saya Dena, Manajer Akuntansi di perusahaan ini," tutur Dena dengan senyuman yang terkesan dipaksakan. Pandangannya menyapu tubuh Aruna dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Bibirnya meringis dengan kening mengernyit tipis. Merasa teman kerjanya itu adalah makhluk aneh yang akan merusak keindahan penghuni divisinya saat ini.
"Bu Aruna, saya Indira. Selanjutnya akan menjadi partner kerja Ibu. Saya siap membantu ibu dengan segenap jiwa raga saya." Kehadiran Indira yang menyerobot tubuh Dena meramaikan suasana. Pasalnya, sepatu mahal Dena tidak sengaja terinjak oleh Indira.
"Aww ... kamu ini punya mata nggak, sih?" pekik Dena sambil mengangkat sebelah kakinya karena kesakitan.
"Eh, maaf, Bu Dena. Aku nggak sengaja," cicit Indira yang memang sedikit ceroboh dalam segala hal.
"Kamu itu memang selalu ceroboh. Kamu tahu, nggak, ini sepatu harganya berapa? Gaji kamu aja nggak akan cukup buat ganti kalau sampai rusak," sembur Dena yang lebih mengkhawatirkan sepatunya. Indira hanya diam saja sambil menundukkan kepala.
"Tapi kaki Ibu nggak apa-apa, kan?" Aruna yang bertanya kepada Dena.
Dena sejenak terdiam, menatap Aruna dengan tatapan kesal. "Tolong Anda jangan ikut campur! Ini urusan saya sama dia," sengit Dena sambil menunjukkan jarinya di depan wajah Indira.
"Sudah, sudah! Ini kenapa jadi ribut cuma gara-gara sepatu. Kalian baru saja berkenalan. Masa, iya, harus bertengkar." Danu melerai perdebatan mereka.
"Tapi, Om ... eh, Pak—" Dena menghentikan ucapannya lalu menundukkan kepala. Ketika ia melihat tatapan tajam Danu seolah hendak menusuk bola matanya.
Danu pun beralih kepada Aruna. "Maaf, Bu Aruna. Ini hanya perselisihan kecil biasa. Wajarlah dalam satu divisi suka debat kayak gini," Danu berkelakar sambil tersenyum lebar.
Aruna membenarkan posisi kaca matanya yang sedikit merosot. Lalu mengangguk. "Iya, Pak. Saya ngerti. Oh, iya, panggil saya Aruna saja! Saya merasa sangat tua jika dipanggil 'ibu' oleh Bapak," celetuk Aruna sembari melebarkan senyumnya.
Danu pun tergelak, diikuti oleh tawa kecil dari bawahannya. "Ternyata kamu bisa bercanda juga," kelakar Danu. Kemudian ia bersikap formal sambil menjulurkan tangannya. "Baiklah, Aruna. Selamat bekerja. Semoga kamu betah dan bisa bekerja dengan baik di sini," ucapnya memberikan semangat.
Aruna balas menjabat tangan Danu. "Siap, Pak. Terima kasih," balasnya.
Danu pun beralih kepada Indira, "Indira, tolong bantu Aruna untuk melihat data laporan keuangan perusahaan! Biar bisa dia pelajari olehnya. Saya pamit dulu." Danu pun berlalu.
"Baik, Pak," sahut Indira. "Ayo, Bu Aruna, saya tunjukkan berkas-berkasnya!" Tanpa ragu ia menggandeng tangan Aruna. Sikap Indira memang seperti itu, sok akrab sok dekat walaupun dengan orang yang baru ditemuinya.
Sedangkan Dena merasa kesal dengan Aruna. Ia merasa dipermalukan oleh seorang anak baru itu. Bahkan Manajer Personalia sekaligus pamannya sendiri pun membela Aruna. Apa yang dimiliki Aruna? Bahkan penampilannya saja sangat jauh dari kata biasa. Dena memang mendengar jika Aruna adalah lulusan luar negeri. Namun, itu tidak menjamin kalau dirinya sangatlah hebat. Aruna tetaplah anak kuliahan yang baru lulus dari Universitas. Tentu saja pengalaman kerjanya masih sangat minim. Dena ingin tahu sampai di mana dia bisa bertahan dengan tekanan pekerjaannya. Apalagi dia harus satu divisi dengan Dena. Senyuman licik pun tercetak di bibir Dena sembari menatap Aruna. "Kita lihat saja, sampai kapan kamu akan bertahan di sini," gumamnya dalam hati.
...***...
Next 👉
Klik tombol like-nya dulu ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
istri nya suga
biasa manuasia² yang selalu merasa diri nya lebih dari manusia lain nya
manusia kaya dena ini banyak di dunia nyata
2023-06-10
0
istri nya suga
sensi amat bu 😂😂😂
2023-06-10
0
istri nya suga
betty lapea kaya nya penampilan aruna kaya gitu😂😂😂😂
2023-06-10
0